HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .1 Keadaan Geografis
4.1.2 Gambaran Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai
untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam
sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan
ekonomi. Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu
daerah adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga yang berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Suatu masyarakat dipandang
mengalami suatu pertumbuhan dalam kemakmuran masyarakat apabila
pendapatan perkapita menurut harga atau pendapatan terus menerus bertambah.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dilihat dari sisi pendapatan
salah satunya melalui laju pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun. Laju
pertumbuhan PDRB dihitung dalam persen dengan menghitung nilai PDRB tanpa
migas atas dasar harga konstan 2000. Digunakan perhitungan atas dasar harga
konstan karena pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan lebih bisa
menggambarkan pertumbuhan yang sebenarnya jika dibandingkan dengan
pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku, hal ini dikarenakan PDRB atas
dasar harga konstan menggunakan harga tetap dari tahun ke tahun, sehingga
perubahan harga tidak berpengaruh terhadap perhitungan. Secara terperinci
pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah selama 6 tahun dari tahun 2005 sampai 2010
Tabel 4.1
PDRB Berdasar Lapangan Usaha Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010 Tahun Atas Harga Berlaku (Juta Rupiah) Laju Atas Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) Laju 2005 234.435.323,31 - 123.738.093,71 - 2006 281.996.709,11 20,3% 129.082.184,29 4,32% 2007 312.428.807,09 10,8% 135.318.563,87 4,83% 2008 362.938.708,25 16,2% 141.860.992,30 4,83% 2009 392.983.859,75 8,2% 148.512.940,69 4,69% 2010 398.104.860,30 1,3% 156.198.433,54 4,95%
Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2005-2010, BPS (diolah)
Berdasarkan tabel 4.1 didapat dilihat bahwa hasil dalam kurun waktu
2005-2010 perkembangan perekonomian di Jawa Tengah cenderung berfluktuatif,
namun secara rata-rata dari tahun 2005-2010 mengalami penurunan dan relatif
masih kecil karena masih dibawah 5%, pada tahun 2009 mengalami penurunan
yang dikarenakan dampak krisis global yang melanda sektor industri di Jawa
Tengah yang menjadi 4,69% dan pada tahun 2010 sektor industri sudah mulai
pulih. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 sektor industri pengolahan
masih memberikan sumbangan tertinggi terhadap ekonomi Jawa Tengah yaitu
sebesar 32,88 persen. Kontribusi industri pengolahan dapat dilihat pada gambar 4,
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2010
Gambar 2.1 Distribusi Persentase PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000.
Sektor pertanian yang juga merupakan sektor dominan memberikan
sumbangan berarti bagi perekonomian Jawa Tengah sebesar 19,44 % yang
disebabkan oleh program-program yang gencar dilakukan pemerintah. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran masih mempunyai peranan yang cukup besar
terhadap pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberi andil sebesar 19,50 %.
Namun, seiring dengan kemajuan tekhnologi sektor industri menggeser sektor
pertanian, industri manufaktur sebagai ujung tombak perekonomian dan sektor
yang potensial untuk terus dikembangkan dalam mempercepat pertumbuhan
4.1.3 Perindustrian
Uraian yang dilaporkan BPS Jawa Tengah menyebutkan bahwa
pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan
ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan di sektor lain. Industri merupakan
perusahaan atau usaha industri yang merupakan satu unit (kesatuan usaha)
melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa terletak
pada suatu bangunan/lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih
yang bertanggung jawab atas resiko usaha tersebut. Sektor industri dibedakan
menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga (Jawa
Tengah Dalam Angka, 2011: 315)
Tabel 4.2
Perkembangan Industri Manufaktur di Jawa Tengah Tahun 2006-2010 Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 Banyak TK Orang 2.725.533 2.765.644 2.703.427 2.656.673 2.815.292 Biaya TK Rupiah (Milyar) 4.639.544.705 6.997.446.477 7.199.290.123 7.460.794.240 7.935.185.512 Jumlah Output Rupiah (Milyar) 65.350.215.333 83.449.184.100 121.379.774.045 137.950.574.988 141.798.575.132 Nilai Tambah Rupiah (Milyar) 21.712.952.873 29.321.046.552 39.979.377.379 42.603.277.249 47.428.142.693 Aglomerasi Balassa 1,1106 1,0762 1,0938 1,0504 1,0340 Sumber: Statistik Industri Vol.1 2011, BPS (diolah)
Industri manufaktur pada tahun 2006 menyumbang 2.725.533 jiwa dan
jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang menyerap tenaga kerja sejumlah
2.815.292, menunjukkan bahwa sektor industri ini mengalami pertumbuhan
selama kurun 5 tahun tersebut. Pada sisi upah juga meningkat dari tahun 2006 Rp.
4.639.544.705 menjadi Rp. 7.935.185.512 pada tahun 2010. Sehingga bisa dilihat
biaya tenaga kerja naik 71 persen dari semula sehingga bisa dipastikan bahwa
pendapatan para pekerja juga akan meningkat. Sementara aglomerasi industri di
Jawa Tengah masih kecil karena angka indeks balassanya hanya diantara 1 sampai
2.
4.1.4 Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah mempunyai pertumbuhan yang
fluktuatif pada berbagai tahun. Komposisi jumlah penduduk Jawa Tengah diisi
oleh jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja, dan yang paling kecil
adalah jumlah pengangguran, hal ini akan sis-sia jika tidak dibarengi dengan
jumlah lowongan pekerjaan yang banyak, dan berikut adalah tabel komposisi
ketenagakerjaan penduduk berumur 15 tahun ke atas Provinsi Jawa Tengah tahun
Tabel 4.3
Komposisi Ketenagakerjaan Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010
Tahun Jumlah Penduduk Angkatan Kerja Penganguran Bekerja
Jumlah Laju Jumlah Laju Jumlah Laju Jumlah Laju
2005 32.908.850 16.634.255 978.952 15.655.303 2006 32.177.730 -2,2% 16.408.175 -1,4% 1.197.244 22,3% 15.210.931 -2,8% 2007 32.908.850 2,3% 17.664.277 7,7% 1.360.219 13,6% 16.304.058 7,2% 2008 32.626.390 -0,9% 16.690.966 -5,5% 1.227.308 -9,8% 15.463.658 -5,2% 2009 32.864.563 0,7% 17.087.649 2,3% 1.252.267 2,0% 15.835.382 2,4% 2010 32.382.657 -1,4% 16.856.330 -1,3% 1.046.883 -16,4% 15.809.447 -0,1%
Sumber :Jawa Tengah Dalam Angka Berbagai Tahun, diolah
Pada gejala pergeseran tenaga kerja yang disebabkan oleh industrialisasi
yang dialami oleh provinsi di Jawa Tengah. Hal ini ditunjukkan oleh salah satu
realitas ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu mulai berkurangnya minat angkatan
kerja muda untuk bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap kurang
mampu memberikan pendapatan yang memadai untuk hidup karena di sektor
industri tingkat upahnya lebih jelas dan lebih tinggi karena sudah ditetapkan oleh
pemerintah,berbeda dengan sektor pertanian pendapatannya sulit diperhitungkan
karena pendapatannya 3-4 bulan sekali pada waktu panen tiba belum bila gagal
panen, sehingga angkatan kerja tidak mau ambil resiko karena hal itu dan lebih
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Berumur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2005-2010 (Jiwa)
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 5.875.292 5.562.775 6.147.989 5.697.121 5.864.827 5.616.529 2 Pertambangan 113.716 148.975 163.756 155.082 147.997 136.625 3 Perindustrian 2.596.815 2.725.533 2.765.644 2.703.427 2.656.673 2.815.292 4 Konstruksi 1.019.306 1.071.087 1.123.838 1.006.994 1.028.429 1.046.741 5 Perdagangan 3.429.845 3.124.282 3.417.680 3.254.982 3.462.071 3.388.450 6 Komunikasi 713.670 654.886 738.498 715.404 683.675 664.080 7 Keuangan 140.383 157.543 147.933 167.840 154.739 179.804 8 Jasa 1.748.173 1.763.207 1.798.720 1.762.808 1.836.971 1.961.929 Jumlah Bekerja 15.655.303 15.210.931 16.304.058 15.463.658 15.835.382 15.809.447
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, BPS (berbagai tahun)
Berdasarkan tabel 4.4 sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja
terbesar. Pada tahun 2010 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sekitar
5,61 juta jiwa dari jumlah tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah. Kemudian diikuti
oleh sektor perdagangn yang mampu menyerap 3,38 juta jiwa dan industri yang
mampu menyerap sekitar 2,8 juta jiwa dari jumlah tenaga kerja. Serta yang
terakhir adalah sektor jasa mampu menyerap tenaga kerja sekitar 1,9 juta jiwa dari
jumlah tenaga kerja. Pada tahun 2005 kontribusi pertanian pada tenaga kerja yaitu
37,52 persen dan pada tahun 2010 yaitu 36 persen sedangkan perindustrian pada
tahun 2005 sejumlah 16,58 persen dan pada tahun 2010 sejumlah 18 persen.
Sektor pertanian memang cukup mendominasi dalam penyediaan lapangan kerja
meningkat dari tahun ke tahun, ini dikarenakan oleh perbedaan tingkat upah
antara daerah yang satu dengan yang lain.