• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja

METODOLOGI PENELITIAN

B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja

Perilaku konsumsi buah dan sayur adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu untuk memenuhi kebutuhan akan buah dan sayur agar terpenuhi kecukupan gizi. Adapun kecukupan konsumsi buah dan sayur dihitung berdasarkan frekuensi rata-rata dan porsi asupan buah dan sayur dalam sehari selama seminggu (Depkes, 2008).

Menurut WHO (2003), konsumsi buah dan sayur dianggap ‘cukup’ apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap ‘kurang’ apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari. Angka kecukupan tingkat dunia ternyata tidak jauh berbeda dengan kecukupan yang

dianjurkan di Indonesia, yaitu menurut Almatsier (2003), konsumsi buah yang dianjurkan sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari sedangkan porsi sayuran yang dianjurkan sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sehari. Jika dijumlahkan kurang lebih 5 porsi buah dan sayur per hari.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Indonesia memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur yang kurang (<5 porsi sehari) yaitu sebesar 94,5%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susenas (2004), yang menyatakan bahwa persentase ‘kurang’ konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia sebesar 83,6%. Hal ini berarti dalam kurun waktu 3 tahun terjadi peningkatan jumlah remaja yang kurang konsumsi buah dan sayur sebesar 10,9%. Tingginya angka kurang konsumsi buah dan sayur pada remaja ini merupakan salah satu masalah terkait gizi yang dapat berdampak pada kesehatan remaja di masa yang akan datang.

Buah dan sayur seringkali dianggap sebagai bahan makanan yang tidak bergengsi untuk dikonsumsi sehingga remaja cenderung tidak mengonsumsi buah dan sayur, justru remaja lebih memilih bahan makanan lainnya seperti makanan cepat saji. Hal ini sesuai dengan teori yang diuraikan oleh Mudjianto (1994), bahwa buah dan sayur bukanlah makanan yang dianggap bergengsi (prestige) jika

dibandingkan dengan bahan makanan cepat saji (fast food) yang sedang trend di

kalangan remaja saat ini. Selanjutnya, menurut Brown (2005), dari segi kepraktisan, remaja akan lebih memilih mengonsumsi fast food dibanding buah

dan sayur karena terbatasnya waktu dan tingginya tingkat kesibukan yang mereka miliki seperti kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah.

Selain itu, budaya pada masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa dalam sekali makan cukup dengan mengonsumsi makanan pokok dan lauk saja, sedangkan sayur dan buah hanya dianggap sebagai makanan tambahan, bukan sebagai makanan utama yang harus dipenuhi dan dikonsumsi setiap hari. Hal ini sesuai dengan teori yang diuraikan oleh Sekarindah (2008), bahwa budaya turut berperan besar terhadap kebiasaan makan masyarakat.

Sedangkan menurut Mc William (1993) dalam Bahria (2001), remaja cenderung akan memilih makanan apapun yang tersedia ketika mereka lapar dan tidak terlalu memperhatikan kebutuhan gizi dari bahan makanan yang dikonsumsi. Hal ini tentu akan berdampak tidak baik, karena remaja akan berisiko kekurangan zat gizi yang penting seperti serat yang terkandung pada buah dan sayur.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja di Indonesia kurang mengonsumsi buah dan sayur, padahal buah dan sayur merupakan makanan sehat dan bergizi. Seperti dipaparkan oleh Silalahi (2006), buah dan sayur kaya akan nutrisi seperti mengandung tinggi serat, antioksidan, vitamin, asam folat, mineral, dan tidak mengandung lemak maupun kolesterol sehingga sangat baik dikonsumsi demi menjaga kesehatan.

Selain itu, Indonesia merupakan Negara yang kaya akan produksi buah dan sayur. Hal ini sesuai dengan pendapat Wirakusumah (1998) dalam Wulansari (2009), bahwa berdasarkan letak geografis Indonesia yang terletak di Asia Tenggara, produksi buah dan sayur di Indonesia berlimpah hampir sepanjang tahun. Bahkan beberapa buah hanya dijumpai di Indonesia, sehingga seharusnya

buah sering dikonsumsi untuk menambah zat gizi pada susunan menu makan. Begitupun dengan sayur, yang merupakan salah satu sumberdaya hayati yang banyak terdapat di Indonesia, mudah diperoleh, harganya relatif murah serta kaya vitamin dan mineral.

Jika remaja di Indonesia kekurangan konsumsi buah dan sayur dalam waktu yang terus-menerus, maka akan berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif (penyakit akibat pola makan yang tidak sehat). Hal ini sesuai dengan teori WHO (2003), bahwa masyarakat yang kurang konsumsi buah dan sayur, maka akan meningkatkan risiko terjadinya perkembangan penyakit degeneratif seperti obesitas, PJK (Penyakit Jantung Koroner), diabetes, hipertensi, ambeyen, kanker usus besar dan lain-lain.

Laporan WHO (2003), juga menyebutkan bahwa orang yang konsumsi buah dan sayurnya rendah (kurang dari 1,5 porsi/hari) akan 30% lebih tinggi terkena penyakit jantung atau stroke dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi 8 kali/hari atau lebih. Selain itu, risiko terkena penyakit jantung akan meningkat sebesar 31% dan stroke meningkat 11% yang disebabkan oleh kurangnya asupan buah dan sayur di dalam tubuh.

Dalam penelitian Hung et al (2004) dalam Bahria (2009) terhadap 110.000

pria dan wanita selama 14 tahun (Harvard-based Nurses’ Health study and

Health Professionals Follw-up Study) menunjukkan bahwa rata-rata orang yang

mengonsumsi buah dan sayur dengan cukup dapat menurunkan perkembangan penyakit kardiovaskuler. Penelitian Takachi et al (2008) dan Wright et al (2008)

dan sayur dapat menurunkan peluang terjadinya kanker dan penyakit kardiovaskular lainnya. Menurut Verr et al (1999) bahwa angka kematian akibat

penyakit kardiovaskuler di Netherlands dapat dicegah sekitar 6-28% dengan peningkatan konsumsi buah dan sayur 1-2 kali/hari. Bebarapa hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa buah dan sayur merupakan salah satu bahan makanan yang penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh agar tetap sehat.

Buah dan sayur memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Seperti diuraikan oleh Almatsier (2003), bahwa dengan mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup dapat mengontrol kadar kolesterol darah sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit degeneratif dan bagi remaja serta membantu proses pertumbuhan pada remaja. Oleh karena itu, sejak dini diharapkan setiap orang dapat menerapkan pola makan yang seimbang dan sehat, khususnya pada masa anak-anak dan remaja karena pada masa tersebut merupakan awal mengadopsi perilaku diet yang cenderung akan menetap pada masa dewasa sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatannya di masa depan. Seperti kata bijak, mencegah lebih baik daripada mengobati.

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan

Dokumen terkait