• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM

D. Gambaran Struktur Organisasi

Tabel 2.1

Struktur Organisasi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga

No Jabatan Jumlah

1 Kepala Dinas 1 orang

2 Sekretaris 1 orang

3 Kasubbag Umum 1 orang

4 Kasubbag Keuangan 1 orang

5 Kasubbag Program 1 orang

6 Kabid Pendapatan 1 orang

7 Kabid Penganggaran 1 orang

8 Kabid Perbendaharaan 1 orang

9 Kabid Akuntansi 1 orang

10 Kabid Aset 1 orang

12 Seksi Penetapan dan Penagihan 1 orang 13 Seksi Dana Perimbangan, Pajak Lain-lain dan Evaluasi 1 orang

14 Seksi Penyusunan APBD 1 orang

15 Seksi Penganggaran I 1 orang

16 Seksi Penganggaran II 1 orang

17 Seksi Belanja Langsung 1 orang

18 Seksi Belanja Tidak Langsung 1 orang

19 Seksi Kas Daerah dan Investasi 1 orang

20 Seksi Akuntansi Pendapatan Daerah 1 orang

21 Seksi Akuntansi Belanja dan Pembiayaan Daerah 1 orang

23 Seksi Pelaporan dan Pembinaan 1 orang

24 Seksi Perencanaan Aset 1 orang

25 Seksi Penatausahaan Aset 1 orang

26 Seksi Pengendalian Aset 1 orang

Tabel 2.2

Pangkat dan Golongan dalam Jabatan Struktural dan Fungsional

No Jabatan Pangkat/Golongan Jumlah Pegawai (orang)

1 Eselon II - 1

2 Eselon IIIa Pembina (IV/a) 1

3 Eselon IIIb Pembina (IV/a) 1

4 Eselon IIIb Penata Tk. I (III/d) 4

5 Eselon IVa Penata Tk. I (III/d) 2

6 Eselon IVa Penata (III/c) 5

7 Eselon IVa Penata (III/b) 6

8 Staf Penata Muda (III/a) 17

9 Staf Pengatur Tk. I (II/d) 2

10 Staf Pengatur Tk. I (II/c) 11

11 Staf Pengatur Tk. I (II/b) 5

Jumlah 55

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015

Tabel 2.3

Tingkatan Pendidikan Pegawai DPKAD Kota Sibolga

No Pendidikan Jumlah Pegawai (orang) 1 S-2 2 2 S-1 30 3 D-4 1 4 D-3 11 5 D-1 2 6 SMA 9 Jumlah 55

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN

A. Gambaran Pajak Secara Umum

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perjakan adalah kontrubusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Mardiasmo, 2011 : 23)

1. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu :

a. Fungsi budgetair, yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (regulerend), yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. (Mardiasmo, 2011 : 1)

2. Asas Pemungutan Pajak

2.1 Asas Domisili (asas Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal

dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam Negeri.

2.2 Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

2.3 Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

3. Sistem Pemungutan Pajak

3.1 Official assessment system, yaitu sistem pemungutan yang member wewenang kepada Pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus

b. Wajib Pajak bersifat Pasif

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus

3.2 Self assessment system, yaitu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri berapa besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya adalah:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak itu sendiri

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

3.3 With holding system, yaitu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya adalah: wewenang menentukan besarnya pajak yang terhutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. (Mardiasmo, 2011 : 7)

4. Lembaga Pemungut Pajak

4.1 Pajak Pusat, yaitu digunakan untuk membiayai pengeluaran atau rumah tangga negara. Contohnya adalah : Pajak Penghasilan (UU No. 36 Tahun 2008), Pajak Pertambahan Nilai (UU No. 42 Tahun 2009), Bea Meterai (UU No.13

Tahun 1985), Bea Masuk atau Kepabeanan (UU No. 17 Tahun 2006), dan Cukai (UU No.39 Tahun 2007).

4.2 Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah. Contohnya adalah : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Dalam hal ini penulis akan membahas tentang Pajak Daerah khususnya mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan 1. Dasar Hukum

1.1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

1.2 Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 8 Tahun 2011 yang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

2. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pasal 1 Ayat (37), Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Orang Pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

C. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011, Pasal 3 Ayat (1), Objek Pajak bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan.

Dalam Pasal 3 Ayat (2) yang termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasmennya, yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut;

c. Kolam renang;

d. Pagar mewah;

e. Tempat olahraga;

f. Galangan kapal, dermaga;

g. Taman mewah;

h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan

i. Menara.

Dalam Pasal 3 Ayat (3), Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang :

a. Digunakan oleh Pemerintah; dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;

b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;

d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak;

e. Digunakan oleh Badan Perwakilan Diplomatik dan Konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan

f. Digunakan oleh Badan atau Perwakilan Lembaga Internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

D. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Sibolga sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 8 Tahun 2011 dan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 8 Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

a. Untuk NJOP sampai dengan Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,11% pertahun;

b. Untuk NJOP diatas Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,22 % pertahun.

E. Rumus Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

NJOPTKP = 10.000.000

F. Tempat Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran PBB P2 di Bank Pemerintah yang ditunjuk sebagai tempat pembayaran, Kantor Pos, Giro yang telah tercantum pada SPPT. Untuk di Kota Sibolga dapat dilakukan di Bank SUMUT.

G. Wilayah Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

Wilayah pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kota Sibolga telah ditetapkan sebanyak empat wilayah pemungutan, yaitu:

1. Kecamatan Sibolga Utara 2. Kecamatan Sibolga Kota 3. Kecamatan Sibolga Sambas 4. Kecamatan Sibolga Selatan

Tabel 3.1 Wilayah Pemungutan No Kecamatan Kelurahan 1 Sibolga Utara Angin Nauli Huta Barangan

Huta Tonga-Tonga Sibolga Ilir Simare-mare 2 Sibolga Kota Kota Baringin Pasar Baru Pasar Belakang Pancuran Gerobak 3 Sibolga Sambas Pancuran Kerambil Pancuran Pinang Pancuran Dewa Pancuran Bambu 4 Sibolga Selatan Aek Manis Aek Habil Aek Parombunan Aek Muara Pinang Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015

H. Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

a. Wajib Pajak membayar pajak di RKUD (Rekening Kas Umum Daerah) Kota Sibolga melalui bank yang telah ditunjuk.

b. Pembayaran pajak yang menggunakan warkat seperti bilyet giro atau cek, atau dengan cara transfer, baru dapat dinyatakan sah apabila telah dibukukan di RKUD.

c. Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran pajaknya diberikan Surat Tanda Terima Setoran (STTS) dan/atau SSPD sebagai tanda bukti pembayaran pajak.

d. Pembayaran pajak dilakukan sekaligus atau lunas.

e. Jatuh Tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

I. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga

Tabel 3.2

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga

Tahun Anggaran 2013

No Kecamatan Target Realisasi Persen % 1 Sibolga Utara 354,463,035 259,276,715 73.15 2 Sibolga Kota 1,175,188,216 1,006,194,544 85.62 3 Sibolga Sambas 405,389,110 309,492,225 76.34 4 Sibolga Selatan 310,672,639 208,452,776 67.10 Jumlah 2,245,713,001 1,783,416,260. 79.41 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa target dari setiap Kecamatan belum bisa realisasikan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dan juga dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak masih kurang dalam

melakukan kewajiban perpajakannya yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

Grafik 3.2

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2013

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015 0 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 1,000,000,000 1,200,000,000 1,400,000,000

Sibolga Utara Sibolga Kota Sibolga Sambas Sibolga Selatan

Target Realisasi

Tabel 3.3

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2014

No Kecamatan Target Realisasi Persen % 1 Sibolga Utara 363,522,197 277,499,869 76.34 2 Sibolga Kota 1,129,993,228 958,509,417 84.82 3 Sibolga Sambas 404,211,070 306,032,840 75.71 4 Sibolga Selatan 296,165,113 180,734.957 62.88 Jumlah 2,193,891,608 1,722,777,083 78.53 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa target dari setiap Kecamatan belum bisa realisasikan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dan juga dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak masih kurang dalam

melakukan kewajiban perpajakannya yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

Grafik 3.3

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2014

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015 0 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 1,000,000,000 1,200,000,000 Sibolga Utara Sibolga Kota Sibolga Sambas Sibolga Selatan Target Realisasi

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Potensi Pajak

Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, setiap daerah dipacu untuk dapat berkreasi untuk mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan belanja daerah atau pengeluaran daerah tersebut serta dapat membangun daerahnya sendiri agar bisa lebih maju. Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa daerah memiliki hak untuk melakukan pemungutan pajak dan retribusi daerah. Pajak dan retribusi daerah ini merupakan salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Dalam era Otonomi Daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), selain itu juga menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Pemberian kewenangan yang semakin besar pula dalam urusan perpajakan.Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan merupakan salah satu pajak daerah yang baru dilimpahkan seluruhnya kepada daerah dan memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususn di Kota Sibolga. Dengan dialihkannya Pajak Bumi dan Bangunan dari pusat

ke daerah, maka daerah memiliki wewenang penuh dalam memungut PBB P2. Hanya saja bagaimana cara Pemerintah Daerah dalam mengoptimalkan kinerjanya melalui kerja sama yang baik antara Dinas Pengelola Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga dengan Kelurahan dan Kecamatan di lingkungan kota Sibolga serta kerja sama yang baik dengan Wajib Pajak itu sendiri agar Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri membayar pajak dan tanpa paksaan.

Dari data yang sudah saya dapat dari Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga, dapat dilihat bahwa target yang ditetapkan pada tahun anggaran 2013 dari 4 Kecamatan yang digunakan sebagai wilayah pemungutan PBB P2 Kota Sibolga yaitu sebesar Rp. 2.245.713.001 tetapi realisasinya mencapai Rp. 1.783.416.260 atau sekitar 79,41% dari target yang telah ditetapkan.

Pada tahun anggaran 2014 di Kecamatan Sibolga Kota target penerimaan PBB-P2 diturunkan dari Rp. 1.175.188.216 menjadi Rp. 1.129.993.228. Walaupun target penerimaan telah ditetapkan, penerimaan PBB-P2 di Kecamatan Sibolga Kota belum bisa direalisasikan sesuai dengan target bahkan realisasi penerimaan pada tahun anggaran 2014 di Kecamatan Sibolga Kota turun dari tahun anggaran 2013 yaitu dari Rp. 1.006.194.544 menjadi Rp.958.509.417 pada tahun anggaran 2014 atau penurunan realisasi penerimaan sebesar Rp. 47.685.127 sekitar 0,8%. Tidak hanya di Kecamatan Sibolga Kota target diturunkan, Kecamatan Sibolga Sambas dan Kecamatan Sibolga Selatan target penerimaannya juga diturunkan.

Di Kecamatan Sibolga Sambas target yang telah ditentukan pada tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 405.389.110 turun menjadi Rp.404.211.070 pada tahun anggaran 2014. Walaupun target telah diturunkan, realisasi penerimaan juga belum bisa mencapai target bahkan realisasi penerimaan juga ikut turun sebesar Rp. 3.459.385 atau sekitar 0,63%. Dari realisasi penerimaan pada tahun anggaran 2013

Di Kecamatan Sibolga Selatan, target yang telah ditentukan pada tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 310.672.639 turun menjadi 296.165.113 pada tahun anggaran 2014. Walaupun target telah diturunkan, realisasi penerimaan juga belum bisa mencapai target bahkan realisasi penerimaan juga ikut turun sebesar Rp. 27.717.819 atau sekitar 4,22% dari realisasi penerimaan pada tahun anggaran 2013

Tetapi di Kecamatan Sibolga Utara, target penerimaan ada peningkatan. Target yang telah ditetapkan pada tahun anggaran 2013 Rp. 354.463.035 bertambah menjadi Rp.363.522.197 pada tahun anggaran 2014. Peningkatan target pada tahun anggaran 2014 juga diikuti dengan bertambahnya realisasi penerimaan sebesar Rp. 18.223.154 atau bertambah sekitar 3,19% dari tahun anggaran 2013. Walaupun realisasi pada tahun anggaran 2014 bertambah, target pada tahun anggaran 2014 belum bisa direalisasikan atau belum bisa mencapai target.

Secara keseluruhan dari empat kecamatan yang digunakan sebagai wilayah pemungutan, pada tahun anggaran 2014 jumlah target yang telah ditentukan Rp. 2.193.891.608 mengalami penurunan target dari tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 51.821.393. Walaupun demikian target penerimaan PBB-P2 dapat direalisasikan sebesar 1,722,777,083 atau sekitar 78,53% bahkan bisa dikatakan realisasi

penerimaan PBB-P2 mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014 yaitu sekitar Rp. 60.639.177 atau sekitar 0,88%.

Ini artinya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan belum bisa optimal atau tingkat kesadaran masayarakat Sibolga sebagai Wajib Pajak masih kurang. Sangat disayangkan bila pelimpahan Pajak Bumi dan Bangunan dari pusat ke daerah belum bisa dioptimalkan pemungutan pajaknya. Seperti diketahui dan bukan rahasia umum lagi bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan merupakan salah satu pajak daerah yang menjadi “lumbung” atau pendapatan terbesar yang bisa mengisi kas Pendapatan Asli Daerah dari pajak daerah yang telah dikelola Kota Sibolga. Bila pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ini belum bisa dioptimalkan penerimaannya, maka secara otomatis Pendapatan Asli Daerah akan juga berkurang dari target yang telah ditetapkan. Belum tercapainya target penerimaan PBB-P2 tidak bisa dibebankan kepada DPKAD Kota Sibolga bahkan juga tidak bisa dibebankan kepada Kecamatan/Kelurahan Kota Sibolga. Tetapi semua pegawai yang berwenang dalam pemungutan maupun pengelolaan PBB-P2 kinerjanya harus bisa ditingkatkan agar bisa tercapainya target yang telah ditetapkan. Bukan hanya itu masyarakat kota Sibolga juga harus memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk bisa melaksanakan kewajiban perpajakannya. .

Mereka harus sadar betul dan tahu bahwa uang yang telah disetor untuk membayar pajak tidak akan sia-sia. Secara tidak langsung mereka telah menikmatinya fasilitas umum yang telah diberikan oleh pemerintah daerah. Untuk bisa membangun

daerah Kota Sibolga lebih maju harus dimulai dari bawah yaitu dari kesadaran masyarakatnya itu sendiri, terlebih dibutuhkan tingkat kesadaran yang tinggi untuk bisa membayar pajak daerah maupun pusat, dan juga kejujuran dalam melaporkan seluruh harta yang dimilikinya agar pajak yang dibayar sesuai dengan harta yang dimiliki karena dengan membayar pajak sudah ikut berpartisipasi dalam membangun daerahnya sendiri.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga

1. Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak

Berdasarkan data yang telah saya terima dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat sibolga masih kurang karena realisasi dari tahun 2013 sampai tahun 2014 belum bisa mencapai target yang telah ditentukan. Wajib Pajak harus dituntut memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dalam membayar pajak. Pembayaran pajak yang dilakukan juga sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri bahkan bagi daerahnya sendiri karna dapat membangun daerahnya sendiri agar tidak menjadi daerah yang tertinggal dari daerah yang lain. Tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar pajak akan berbanding lurus dengan realisasi penerimaan pajak.

2. Adanya Sanksi yang Tegas

Sanksi yang tegas sangat diperlukan bila tidak melakukan kewajiban perpajakannya dalam hal ini Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan

Perkotaan. Jika Wajib Pajak tidak membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Wajib Pajak akan dikenakan sanksi jika tidak membayar pajak, sanksi yang diberikan berupa dikenakan bunga sebesar 2% per bulan, dan jika tidak ada keinginan untuk membayar selama di berikan tempo batas waktu, maka petugas akan melakukan penyitaan.

C. Masalah Yang Dihadapi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga

1. Basis data yang di terima Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga tidak lengkap, sehingga membuat Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga sulit menyesuaikan data yang diterima dengan data yang telah dimiliki.

2. Basis Data tidak up to date dengan keadaan saat ini, sehingga menyulitkan

pegawai untuk mencari wajib pajak yang telah meninggal atau masih hidup, yang tanahnya sudah berpindah tangan, yang sudah dijual dan masalah lain yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

D. Upaya Dalam Mengatasi Masalah Yang Di hadapi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga

Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga selalu melakukan evaluasi per triwulan untuk memastikan target penerimaan PBB-P2 yang telah ditetapkan dapat direalisasikan di Kota Sibolga

5. Pendataan Ulang Wajib Pajak dan Objek Pajak PBB-P2

Pegawai DPKAD Kota Sibolga akan melakukakan pendataan ulang Objek Pajak yang dimiliki Wajib Pajak ke Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga, agar data yang diperoleh sesuai dengan Objek pajak yang dimiliki. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa keadilan di tengah-tengah masyarakat, sehingga tidak ada Wajib Pajak yang belum memiliki SPPT PBB-P2

6. Pemasangan Himbauan

Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga selalu berusaha untuk membangun kesadaran masyarakat dalam melakukan kewajiban perpajakannya diantaranya dapat dilakukan dengan cara membuat spanduk, baliho ataupun iklan di media cetak.

E. Sanksi Yang Dikenakan Terhadap Wajib Pajak Yang Tidak Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

1. Walikota menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak.

2. SPPT, SKPD, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. 3. Walikota atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan

yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan.

4. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, STPD, Surat Keputusan keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

5. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

6. Jika Wajib Pajak masih saja membandel dan tidak mau membayar pajak, maka pegawai dapat melakukan penyitaan pada Tanah atau bangunan yang dimilikinya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan yaitu, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Sesuai dengan amanat di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, maka berlaku Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

Dokumen terkait