• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Gambaran Umum Kecamatan Marusu

SecarageografisKecamatanMarusuyangterletakpada dataran rendah dan sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan pantai. Kecamatan Marusu yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Maros,ProvinsiSulawesiSelatan, memilikibatasadministrasisebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lau

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mandai & Turikale

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Makassar

 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Keberadaan Kecamatan Marusu dan yang tergabung dalam kawasan Metropolitan Mamminasata menjadikannya cukup strategis, karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Luas Kecamatan Marusu 73,83 km2. Kecamatan Marusu terdiri dari tujuh desa,33 dusun,65 RW dan 177 RT.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 4.2

Banyaknya Lingkungan, RW, RT Tiap Desa di Kecamatan Marusu Tahun 2016

No Desa/Kelurahan RT RW/RK Blok

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2017 2. Topografi

Kecamatan Marusu memiliki kondisi topografi yang relatif datar dengan ketinggian berkisar antara 0-30 meter dan 0-70 meter. Wilayah Kecamatan Marusu yang merupakan daerah tepi pantai umumnya memiliki topografi yang relatif datar menjadikan sangat potensial untuk sebuah kawasan industry. Aspek morfologi yang merupakan daerah tapak kawasan industri ini termasuk dalam morfologi pedataran fluvial.

Gambar 4.3Peta Administrasi Kecamatan Marusu

3. Geologi

Keadaan geologi di Kecamatan Marusu merupakan jenis batuan lavadan batuan piroklastik yang bersilangan dengan tufadan batupasir dan Formasi Camba terbentuk atas sendimen laut berselingan, dan Endapan alivium dan pantai, terbentuk atas kerikil, pasir,lempung, dan lumpur.

4. Jenis Tanah

Keadaan jenis tanah pada Kecamatan Marusu secara umum termasuk dalam golongan stadium dewasa dengan tekstur permukaan halus, umumnya kondisi tanah tersebut dipengaruhi formasi pada pegunungan Bawakaraeng dan Lompobattang. Tatanan statigrafi pada umumnya terdiri dari endapan Aluvium, Miosen tengah-akhir serta Eosen akhir-Miosen tengah dengan sedikit terobosan Andesit.

5. Curah Hujan

Dilihat dari curah hujan Kecamatan Marusu termasuk dalam golongan curah hujan yang cukup tinggi,dimana memiliki rata-rata curah hujan tiap tahunnya antara 2.500– 3.500 mm tiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 4.3

Jumlah Hari Hujan Setiap Bulan di Kecamatan Marusu Tahun 2014 – 2016 ( Dalam hari hujan )

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2016

Dari table diatas dapat diperoleh informasi bahwa hampir secara keseluruhan Kecamatan Marusu pada saat musim hujan mengalami volume hari hujan yang cukup signifikan jumlahnya.

No Bulan 2014 2015 2016

1 Januari 27 24 22

2 Februari 14 21 18

3 Maret 12 24 11

4 April 13 16 14

5 Mei 2 13 6

6 Juni 2 18 9

7 Juli - 1 1

8 Agustus - - 3

9 September - 1 2

10 Oktober 9 - 5

11 November 18 4 9

12 Desember 13 5 26

6. Aspek Kependudukan

Kecamatan Marusu Kabupaten Maros ini yang diarahkan didalamnya menjadi Lokasi Kawasan Industri Maros (KIMAS) dihuni oleh masyarakat yang cukup padat. Keberadaan Kawasan Industri Maros ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial masyarakatnya, di mana akan dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk yang ada pada kawasan ini sebelumnya.

a. Perkembangan Jumlah Penduduk

Penduduk Kecamatan Marusu pada tahun 2016 sebanyak 26.752, dengan penduduk terpadat terdapat pada Desa Marumpa dengan jumlah penduduk 7.496 jiwa dan paling sedikit berada di Abulusibatang dengan penduduksebanyak 1.840 jiwa.

Tabel 4.4

Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Marusu Tahun 2012– 2016

No Desa

Jumlah Penduduk (Jiwa)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Pabentengan 5.026 5.076 5.176 5.223 5.275

2 Temmappaduae 1.445 2.918 2.977 3.003 3.003

3 Marumpa 3.565 7.213 7.355 7.421 7.496

4 Tellumpoccoe 2.779 2.807 2.863 2.888 2.917

5 Bontomatene 2.193 2.216 2.260 2.279 2.303

No Desa

Jumlah Penduduk (Jiwa)

2012 2013 2014 2015 2016

6 Abulusibatang 1.753 1.771 1.806 1.822 1.840

7 Nisombalia 3.704 3.741 3.815 3.849 3.888

Jumlah 23.968 25.742 26.252 26.485 26.752

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2017

b. KepadatanPenduduk

Luas wilayah administrasi Kecamatan Marusu sebesar 73,83 Km2. Penduduk Kecamatan Marusu pada tahun 2016 sebesar26.252 jiwa.

Kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Marumpa dengan jumlah kepadatan penduduk sebesar 2.020 jiwa/km2 sedangkan kepadatan penduduk terkecil berada di Desa Nisombalia dengan kepadatan pemduduk sebesar 153 jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk Kecamatan Marusu sebagaimana pada table berikut ini.

Tabel 4.5

Kepadatan Penduduk Kecamatan Marusu Tahun 2016

No Desa Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2017

c. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Secara jenis kelamin Penduduk di Kecamatan Marusu didominasi oleh jenis kelamin Perempuan, namun perbedaannya tidak terlalu besar.

Untuk tingkat selisih yang paling banyak terdapat di Desa Marumpa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 4.6

Banyak Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Marusu Tahun 2016

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2017 d. Mata Pencaharian Penduduk

Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Marusu yang termasuk didalamnya Kawasan Industri Maros (KIMAS) berprofesi sebagai petani atau nelaya, industri/kerajinan, pedagang, angkutan, jasa, dan lainnya.

e. Adat Istiadat dan Perilaku Sehari-hari

Terjadinya perubahan kultur dan sosial budaya masyarakat merupakan proses transformasi global akibat tidak homogenisitasnya kultur budaya pada suatu daerah. Terjadinya dinamika perkembangan akan tidak lagi memandang kultur budaya dan adat istiadat sebagai hukum masyarakat (norma etika) yang berlaku, akan tetapi tergantikan oleh sifat individualistis dan kepentingan sosial ekonomi akan menjadi dominan.

Perubahan proses tersebut sulit dihindari karena dipengaruhi oleh masuknya budaya lain dan perkembangan teknologi menjadi orientasi masyarakat untuk mengaktualisasikan diri. Perubahan karakter dan kultur

budaya sebagai ciri khas suatu komunitas tidak perlu terjadi, jika masyarakat memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai budaya yang secara turun-temurun dianutnya. Salah satu kekuatan masyarakat di Kabupaten Maros adalah pembauran nilai religius keagamaan dalam suatu kebudayaan yang masih melekat hingga kini. Faktor lain yang mempengaruhi adalah komunitas masyarakat di Kabupaten Maros sebagian besar masih dalam satu ikatan rumpun keluarga, sehingga konflik sosial tidak menjadi pemisah, tetapi dapat terselesaikan secara kebersamaan dan kekeluargaan.

Kultur budaya masyarakat di Kabupaten Maros masih dipengaruhi oleh etnis budaya Bugis-Makassar. Keragaman kultur sosial budaya yang terdapat di Kabupaten Maros, merupakan pembentukan etnis dan budaya lokal, secara umum masih tergolong dalam Suku Bugis-Makassar.

Perbedaan dalam hal budaya umumnya terletak pada dialeg, dan system upacara adat dan ritual keagamaan, dan bentuk bangunan.

7. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesudah Masuknya Kawasan Industri

Dari segi sosial ekonomi, industri dapat mempercepat percepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Secara sederhana industrialisasi pada suatu masyarakat berarti adanya pergantian teknik produksi dari cara yang masih tradisional ke cara modern, yang dalam segi ekonomi industrialisasi berarti munculnya kompleks industri yang besar dimana produksi barang-barang konsumsi dan barang-barang sarana produksi, diusahakan secara massal. Dan juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya. Dengan harapan dan tujuan agar dapat mengurangi masyarakat yang terbelenggu oleh kemiskinan.

Sebelum adanya industri masuk di Kecamatan Marusu mata pencaharian masyarakat banyak yang bekerja disektor pertanian, tukang kayu dan berkebun.

Seiring tumbuhnya industri masyarakatnya pun secara perlahan beralih mata pencaharian kebidang lain seperti industri dan bidang lainnya, seperti swasta dan wiraswasta. Hal ini berarti bahwa masyarakat yang tinggal di Kecamatan Marusu telah mampu bekerja disektor industri dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatannya. Industri juga memberikan

dampak meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Namun pada kenyataannya industri sekarang ini kurang memperhatikan kondisi lingkungan.

Akan tetapi, meskipun memberikan dampak yang bgitu luas bagi kehidupan masyarakat di Kecamatan Marusu terutama dibidang ekonomi, industri juga akan menimbulkan masalah baru yaitu adanya konflik.

Permasalahan konflik ini sudah banyak terjadi dari sektor industri, mulai dari ketidak puasan para pekerja terhadap gaji yang diberikan, permasalahan lingkungan akibat pencemaran limbah. Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan permasalahan yang dapat memicu terjadinya konflik, namun tidak diseriusi oleh pemerintah. Masalah seperti konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya menjadi obyek penggusuran.

Permasalahan perebutan lahan ini terjadi berlarut-larut, seringkali ada saja masyarakat adat setempat mengambil kesempatan untuk meminta ganti rugilahan, yang setelah ditelusuri ternyata lahan yang jadi permasalahn sebenarnya tidak ada.

Tidak hanya konflik lahan, persaingan antar anggota masyarkat.

Persaingan yang ada yaitu persaingan dalam hal keterampilan (skill) dan pengetahuan masyarakat pada bidang pekerjaan yang menuntut kedua hal

tersebut. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Hal ini terjadi saat perusahaan mengambil karyawan dari luar daerah, padahal dari janji mereka sebelumnya akan mengutamakan masyarakat lokal dalam penarikan tenaga kerja. Jika adapun, biasanya perusahaan hanya memposisikan mereka sebagai satpam atau pembantu saat survei lapangan. Dikarenakan kebanyakan masyarakat asli daerah tersebut masih kurang berpendidikan rendah dan minim dalam kemampuan.

Tumbuhnya kawasan industri di Kecamatan Marusu tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan di berbagai sisi kehidupan baik perubahan kondisi alamnya maupun perubahan nilai-nilai kehidupannya.

Pembangunan industri di Kecamatan Marusu memberikan kesempatan kerja baik bagi masyarakat setempat maupun bagi masyarakat diluar daerah sehingga menimbulkan perubahan penduduk yang sangat pesat.

8. Kondisi Penggunaan Lahan dan Bangunan a. Penggunaan Lahan

Untuk penggunaan lahan di Kecamatan Marusu’ termasuk didalamnya Kawasan Industri Maros (KIMAS) yakni berupa sawah, tambak dan lahan kering. Rincian penggunaan lahan tersebut di Tahun 2010adalah hutan 291.924,08Ha, permukiman 236,405,22 Ha,rumput/safana 174.624,53Ha, sawah 3.276.037,96 Ha, semakbelukar 425.030,70 Ha, tambak 2.142.637,48 Ha, tegelan/lading 114.912,31 Ha.

b. Status Lahan

Kawasan Industri Maros (KIMAS) yang berlokasi dalam wilayah administrasi Kecamatan Marusu mempunyai status lahan dalam 3 (tiga) kategori, yakni; hak milik yang bersertifikat, hak penguasaan dengan status rinci dan hak milik pemerintah. Lahan dengan status hak milik berupa penggunaan lahan permukiman dan sawah, lahan dengan status rinci dengan penggunaan lahan berupa ladang dan persawahan, sedangkan hak milik pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah desa.

c. Kondisi Bangunan

Jenis bangunan yang dominan di lokasi penelitian adalah fasilitas perumahan dan permukiman yang tersebar pada bagian wilayah kota dengan membentuk kelompok-kelompok permukiman. Pola penyebaran permukiman menyebar secara linear mengikuti pola jaringan jalan, utamanya di luar pusat kota sedangkan bagian tengah kota membentuk pola mengelompok atau konsentris. Kondisi jenis bangunan yang ada di Kecamatan Marusu termasuk didalamnya Kawasan Industri Maros (KIMAS) adalah di dominasi oleh jenis bangunan permanen. Dengan mengamati kondisi bangunan yang ada di sekitar lokasi penelitian, dapat dibedakan jenis bangunan permanen dan nonpermanen. Bangunan non-permanen umumnya adalah jenis rumah panggung dengan gaya arsitektur tradisional bugis Makassar.

d. Kepadatan Bangunan

Tingkat kepadatan bangunan dalam lokasi penelitian KDB-nya masih sangat rendah, lahan yang terbangun dari seluruh luas lahan di kawasan perencanaan. Seperti halnya di daerah lain yang merupakan peralihan dari desa ke kota, bangunan-bangunan yang ada masih berada disekitar jalur transportasi dengan jarak antar bangunan yang masih relatif jauh. Perbandingan antara jumlah bangunan dengan luas Kecamatan Marusu termasuk didalamnya Kawasan Industri Maros (KIMAS) 4.782 bangunan berbanding 2,02 Km2 maka tingkat kepadatan bangunannya adalah 567 Bangunan/Km2.

9. Kondisi Fasilitas a. Pendidikan

Keberadaan fasilitas pendidikan akan sangat mempengaruhi tingkat sumber daya manusia (SDM) suatu wilayah dan kawasan. Dengan adanya sarana pendidikan akan memudahkan masyarakatnya menimba ilmu pengetahuan. Di kecamatanMarusu fasiltas pendidikan dimulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai dengan jenjang sekolah menengah atas (SMA). Jumlah dan jenis sarana pendidikan masing-masing desa,dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 4.7

Banyaknya Fasilitas Pendidikan Tiap Desa di Kecamatan Marusu Tahun 2016

No Desa TK SD SMP/ Madrasah SMU/SMK

1 Pabentengan 2 2 1 1

2 Temmappaduae 1 3 1 -

3 Marumpa 3 2 1 -

4 Tellumpoccoe 1 1 3 -

5 Bontomatene 1 1 - -

6 Abulusibatang 1 1 - -

7 Nisombalia 3 3 1 -

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2017

Gambar 4.4 Sarana Pendidikan di Kecamatan Marusu

b. Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan salah satusarana yang tidak akan terlepas dari permukiman masyarakat. Selain hubungan duniawi sesama manusia kita juga butuh hubungan secara vertical dengan sang pencipta sebagai manifestasi dari pengakuan kita terhadap keberadaan sang

pencipta (Tuhan). Jumlah dan jenis fasiltas peribadatan di Kecamatan Marusu dapat dilihat pada tebel berikut ini.

Tabel 4.8

Banyaknya Tempat Ibadah Tiap Desa di Kecamatan Marusu Tahun 2016

No Desa Masjid Langgar Gereja

1 Pabentengan 5 1 -

2 Temmappaduae 3 - -

3 Marumpa 8 1 2

4 Tellumpoccoe 5 1 -

5 Bontomatene 3 1 -

6 Abulusibatang 3 - -

7 Nisombalia 4 - -

Jumlah 31 4 2

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2017

Gambar 4.5 Sarana Peribadatan di Kecamatan Marusu c. Kesehatan

Keberadaan fasilitas peribadatan merupakan yang terutama dari kelengkapan suatu sarana dalam suatu lingkungan dan wilayah tempat tinggal. Sarana kesehatan akan membantu dalam melayani kebutuhan masyarakat akan

kesehatannya. Untuk jumlah dan jenis fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Marusu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9

Banyaknya Sarana Kesehatan dan Posyandu Tiap Desa di Kecamatan Marusu Tahun 2016

No Desa

Puskesmas/

Pustu

Apotek Poskedes Posyandu

1 Pabentengan - - 1 5

2 Temmappaduae 1 - - 2

3 Marumpa - 3 1 3

4 Tellumpoccoe 1 - - 4

5 Bonto matene - - 1 3

6 Abulusibatang - - 1 3

7 Nisombalia 1 - 1 4

Jumlah 3 3 5 24

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2017

Gambar 4.6 Sarana Kesehatan di Kecamatan Marusu

10. Kondisi Utilitas a. SumberAirBaku

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa Sumber Air baku bagi pemenuhan kebutuhan air yang tersedia di Kecamatan Marusu dan merupakan sumber air yang berasal dari alam yakni berupa air tanah yang diantaranya sebagai berikut:

1) Sumur Gali:berdasarkan data menunjukkan bahwa di Kecamatan Marusu sebagian kecil penduduknya menggunakan sumur gali 2) Sumur Bor:sementara sebagian besar penduduknya menggunakan air

tanah dalam (sumurBor).

b. Drainase

Berdasarkan jenisnya drainase itu terbagi dalam tiga jenis yaitu; drainase primer, yang mengikuti jalan-jalan utama pada Pada Kecamatan Marusu, kemudian yang kedua adalah drainase sekunder yaitu jenis drainase yang selalu mengikuti jalan-jalan Desa yang ada di Kecamatan Marusu dan yang terakhir adalah jenis drainase tersier yaitu darainase yang selalu mengikuti jalan-jalan lingkungan.

c. Persampahan

Di Kecamatan Marusu permasalahan yang terbesar adalah masih kurangnya ketersediaan tempat sampah baik yang berupa kontainer, tong sampah dan lainnya. Sehingga untuk pengelolaan sampah masyarakat

sebagian besar masih menggunakan sistem manual yakni dengan membuang dibelakang rumah dan membakarnya secara langsung.

d. Telekomunikasi

Interaksi masyarakat melalui informasi dan telekomunikasi saat ini mengalami perkembangan yang pesat, sistem komunikasi yang didukung dengan kemudahan akses antar wilayah memberi dampak positif bagi perkembangan pola piker serta perilaku masyarakat dalam menyikapi arus perkembangan yang global. Pelayanan prasarana informasi dan telekomunikasi di Kecamatan Marusu melalui sistem jaringan sambungan otomatis (STO) dari PT. Telkom, selain itu sambungan selular juga dapat diakses oleh masyarakat melalui beberapa jaringan pemancar yang tersedia.

e. Jaringan Listrik

Untuk keseluruhan kecamatan Marusu masih bergantung sepenuhnya pada Perusahaan Listrik Negara (PLN).Untuk tingkat

pemakaian listrik yang ada di Kecamatan Marusu dapat digambarkan dengan tabel berikut ini.

Tabel 4.10

Banyaknya Keluarga Pengguna Listrik ( PLN ) dan Keluarga Tanpa Pengguna Listrik Tiap Desa di Kecamatan Marusu Tahun 2016

No Desa Pengguna

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2017 f. Transportasi

1) Jaringan Jalan

Kemudahan aksesibilitas terhadap suatu wilayah atau kawasan tergatung dari prasarana yang menghubungkan wilayah tersebut,salah satunya adalah ketersediaan jalan.

2) Angkutan Umum

Selain keberadaan prasana,sarana sangat dibutuhkan dalam proses pergerakan tersebut. Berikut adalah kondisi dan jumlah sarana angkutan di Kecamatan Marusuu

Tabel 4.11

Banyaknya Kendaraan Menurut Jenisnya Tiap Desa di Kecamatan Marusu Tahun 2015

No Desa Taxi Mikrolet Truk Bendi Becak Perahu

1 Pabentengan - 9 2 4 - 9

2 Temmappaduae 6 21 4 5 11 -

3 Marumpa 96 38 9 2 35 -

4 Tellumpoccoe - 7 - 12 6 3

5 Bontomatene - 2 - 17 - 26

6 Abulusibatang - 2 - 11 - 8

7 Nisombalia - 8 - 8 - 39

Jumlah 102 87 15 59 52 85

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2016

11. Kondisi Ekonomi Pada Sektor Industri

Kabupaten Maros lebih khususnya kecamatan Marusu untuk sektor industri memiliki sumbangan yang cukup signifikan terhadap tingkat pertumbuhan penerimaan daerahnya.

a. Jumlah industri

Jumlah industri baik industrirumah tangga (RT) maupun skala kecil sangat mempengaruhi besarnya penerimaan 89ndustini. Berikut ini akan di tampilakan jumlah 89industrirumah tangga (RT) dan skala kecil yang di Kecamatan Marusu.

Tabel 4.12

Banyaknya Perusahaan/Usaha Industri Menurut Jenisnya Tiap Desa di Kecamatan Marusu Tahun 2015

/Minuman Gerabah Lainnya Jumlah

1 Pabentengan 4 - 5 - - 9

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2016

Tabel 4.13

Banyaknya Usaha Menurut Lapangan Usaha/Sektor Dirinsi Tiap Desa di Kacamatan Marusu Tahun 2015

No Desa Jenis Usaha/Sektor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Keterangan :

1 : Industri Pengolahan 2 : Konstruksi

3 : Perdagangan Besar & Eceran

4 : Penyediaan Akomodasi & Penyediaan Makan-Minum 5 : Transportasi Pergudangan & Komunikasi

6 : Perantara Keuangan

7 : Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 8 : Jasa Pendidikan

9 : Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial

10 : Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan & Perorangan Lainnya 11 : Jasa Perseorangan Yang Melayani Rumah Tangga

12 : Jumlah Usaha

Tabel 4.14

Banyaknya Tenaga Kerja Menurut Jenis Perusahaan/Usaha Indusri Tiap Desa di Kecamatan Marusu Tahun 2015

No Desa Kerajinan Kecil Sedang Besar Jumlah

Sumber : Kecamatan Marusu Dalam Angka, Tahun 2016

Data menampilkan bahwa antara jumlah industri baik rumah tangga (RT) maupun industri skala kecil dengan jumlah tenaga kerja yang diserap, disebagian desa jumlahnya berbanding terbalik dengan jumlah

industrinya jika dibandingkan dengan desa lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya produksi dari industri tersebut.

Selain industri dengan modal pribadi ada juga beberapa buah industry usaha kerajinan rumah tangga dan kecil yang mendapat bantuan modal dari pemerintah. Hal ini dipicu oleh masih terbelakangnya jumlah industri baik RT maupun kecil yang ada di desa yang berdiri dengan modal pribadi maupun swasta.

Gambar 4.7Industri di Kecamatan Marusu

b. Pemasaran

Hasil industriyang di kelola baik industry RT maupun industrikecil harus mendapatkan area pemasaran yang baik dan terus-menerus sehingga proses produksi tidakmengalami stagnan tempat pemasaran di Kacamatan Marusu berupa pasar umum di Kelurahan Marumpa

C. Deskrpisi Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Yang diteliti pada variabel ini adalah tentang aspek keadaan sosial ekonomi masyarakat sebagai implikasi dari kehadiran industry. Dari observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar industri relatif tidak banyak berbeda pada sebagian kondisi masyarakat yang ada di Kota Makassar, hanya saja bahwa dari segi faktor lingkungan dan kesehatan tentu saja terdapat dampak yang kurang baik.

Dalam penelitian kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai dampak dari keberadaan industri, maka dilakukan penelitian pada indikator-indikator sub variabel yaitu :

1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah atau hasil yang diperolah dari suatau pekerjaan. Pendapatan dikatakan sudah cukup baik karena umunya rata-rata dari responden menyatakan sudah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tabel 4.15Jawaban Responden tentang Tingkat Pendapatan di Kecamatan Marusu Interval

Jawaban

Sebelum Keberadaan Industri Setelah Keberadaan Industri Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Persentase (%) Meningkat

Sumber : Hasil Kuisioner Tahun 2017

Tabel 4.16Skala Likert Tingkat Pendapatan di Kecamatan Marusu Skala

Jawaban

Sebelum Keberadaan Industri Setelah Keberadaan Industri Skala Jawaban

*Nilai Skala Hasil Skala Jawaban

*Nilai Skala Hasil

Berdasarkan hasil olah kuesioner dan analisis skala likert yang telah dilakukan pada aspek tingkat pendapatan, diketahui bahwa tingkat pendapatan sebelum keberadaan industri di Kecamatan Marusu memiliki nilai dampak 44% yang terkategori dalam dampaksedang. Setelah keberadaan industri, dampak terhadap tingkat pendapatan penduduk menjadi baik dengan persentase yang meningkat menjadi 92%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan industri di Kecamatan Marusu berdampak baik terhadap tingkat pendapatan masyarakat Kecamatan Marusu.

2. Tingkat Pengangguran

Pembahasan tentang tingkat pengangguran tidak dapat terlepas dari ketenangakerjaan.Tabel 4.17 berikut menyajikan data hasil kuesioner tentang dampak keberadaan industri di Kecamatan Marusu.

Tabel 4.17Jawaban Responden terhadap Tingkat Pengangguran di Kecamatan Marusu Interval

Jawaban

Sebelum Keberadaan Industri Setelah Keberadaan Industri Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Persentase (%) Meningkat

Sumber : Hasil Kuisioner Tahun 2016

Tabel 4.18 Skala Likert Tingkat Penngangguran di Kecamatan Marusu Skala

Jawaban

Sebelum Keberadaan Industri Setelah Keberadaan Industri Skala Jawaban

*Nilai Skala Hasil Skala Jawaban

*Nilai Skala Hasil

Berdasarkan hasil olah kuesioner dan analisis skala likert yang telah dilakukan pada aspek tingkat pengangguran, diketahui bahwa tingkat pengangguran sebelum keberadaan industri di Kecamatan Marusu memiliki nilai dampak 36% yang terkategori dalam dampaksedang. Setelah keberadaan

industri, dampak terhadap tingkat pengangguran penduduk menjadi baik danmemiliki persentase yang meningkat menjadi 94%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah keberadaan industri di Kecamatan Marusu berdampak baik terhadap tingkat pengangguran masyarakat Kecamatan Marusu.

3. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Pemenuhan kebutuhan keluarga adalah salah satu indikator yang dapat digunakan dalam menilai seberapa besar dampak keberadaan industri di Kecamatan Marusu dalam menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

Tabel 4.19 berikut menyajikan data hasil kuesioner tentang dampak keberadaan industri di Kecamatan Marusu dalam aspek pemenuhan kebutuhan keluarga.

Tabel 4.19Jawaban Responden terhadap Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di Kecamatan Marusu

Interval Jawaban Sebelum Keberadaan Industri Setelah Keberadaan Industri Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Persentase (%) Terpenuhi

Sumber : Hasil Kuisioner Tahun 2017

Tabel 4.20 Skala Likert Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di Kecamatan Marusu

Skala Jawaban

Sebelum Keberadaan Industri Setelah Keberadaan Industri Skala Jawaban

*Nilai Skala Hasil Skala Jawaban

*Nilai Skala Hasil

Berdasarkan hasil olah kuesioner dan analisis skala likert yang telah dilakukan pada aspek pemenuhan kebutuhan keluarga, diketahui bahwa keberadaan industri di Kecamatan Marusu memiliki nilai dampak 52% yang terkategori dalam dampaksedang. Setelah keberadaan industri, dampak terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga menjadi baik dan memiliki persentase yang

Berdasarkan hasil olah kuesioner dan analisis skala likert yang telah dilakukan pada aspek pemenuhan kebutuhan keluarga, diketahui bahwa keberadaan industri di Kecamatan Marusu memiliki nilai dampak 52% yang terkategori dalam dampaksedang. Setelah keberadaan industri, dampak terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga menjadi baik dan memiliki persentase yang

Dokumen terkait