• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KOPERASI PERTANIAN LANGGENG MULYO

Sejarah dan Perkembangan Koperasi

Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo memiliki lokasi yang sangat strategis. Koperasi ini berada di Desa Ngancar, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. yakni sekitar 27 Km dari pusat pemerintahan kabupaten. Walaupun demikian, akses menuju koperasi ini cukup mudah karena posisi gedung koperasi berada tepat di sisi jalur utama akses wisata Gunung Kelud yang menjadi pembatas antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Malang. Koperasi ini sendiri berjarak 8 Km dari objek wisata Gunung Kelud sehingga Desa Ngancar yang menjadi tempat berdirinya koperasi berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai desa wisata.

Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo merupakan Badan Usaha dari Gapoktan Langgeng Mulyo. Pertama kali yang dibentuk oleh masyarakat Desa Ngancar adalah Gapoktan Langgeng Mulyo. Gapoktan ini diinisiasi pada tahun 1997 oleh empat kelompok tani yang berada di Desa Ngancar yakni Poktan Tani Jaya (Dusun Purwodadi), Poktan Loh Jinawi (Dusun Panceran), Poktan Rukun Tani (Dusun Ngancar), dan Poktan Tani Mulyo (Dusun Puhrejo). Karena gapoktan mengalami keterbatasan dana dalam menjalankan organisasinya, para pengurus dan anggota gapoktan sepakat untuk membentuk sebuah badan usaha berbentuk koperasi yang disahkan pada tanggal 25 Agustus 1999 dengan No Badan Hukum 271/BH/KDK.13-17/VIII/1999.

Pada masa-masa awal berdirinya, koperasi mengalami defisit keuangan karena besarnya biaya investasi dan kurangnya pendapatan. Sumber pendapatan hanya berasal dari himpunan iuran wajib, pokok, dan sukarela dari 25 anggota. Pada tahun 2002 koperasi mendapatkan bantuan pupuk dari Jepang. Atas kesepakatan para anggota, pupuk-pupuk tersebut kemudian dijual ke petani dengan harga Rp15 000,00 per karung. Dana yang terkumpul menjadi simpanan poktan untuk dijadikan modal awal koperasi. Pada tahun kedua ini, koperasi mulai melakukan kerjasama dengan para penyuluh pertanian dan peternakan.

Pada tahun 2004 koperasi mendapatkan program bantuan dari dinas peternakan Kabupaten Kediri berupa sapi potong dengan menggunakan sistem bagi hasil. Karena koperasi dinilai berhasil dalam menjalankan program ini, pada tahun 2005 koperasi mulai mendapatkan kepercayaan untuk mengelola dana program pengembangan dari dinas koperasi dan terkait di tingkat kabupaten. Bank-bank swasta pun mulai membuka akses pinjaman ke Koperta Langgeng Mulyo ini sehingga pada akhir tahun 2005 koperasi mulai memiliki sistem permodalan yang lebih kuat untuk pengembangan usaha. Gapoktan pun mulai mengembangkan program-program yang dapat menunjang produktifitas petani nenas setempat secara berkesinambungan.

Koperasi mulai kedatangan banyak investor asing seperti Korea, Thailand, Perancis, dan Taiwan pada tahun 2007. Rata-rata investor tersebut melakukan investasi dalam pengembangan agribisnis nenas sehingga diharapkan Desa Ngancar ini dapat dijadikan sumber penghasil nenas untuk kemudian di ekspor. Karena grade buah yang dihasilkan belum memenuhi selera pasar luar negeri dan koperasi masih belum dapat memenuhi permintaan kiriman per minggunya, program investasi tersebut dibatalkan.

Pada tahun 2008, Gapoktan Langgeng Mulyo mencoba menanam Nenas Subang varietas Smooth cayenne. Nenas tersebut secara fisik berbentuk lebih besar sehingga memenuhi kriteria pasar ekspor. Program baru yang diajukan koperasi ini baru mendapat tindak lanjut dari Kementrian Pertanian pada tahun 2009. Untuk langkah awal, pihak Kementrian Pertanian mengundang Gapoktan Kabupaten Blitar dan Gapoktan Kabupaten Kediri untuk melakukan studi banding ke Subang. Melalui kegiatan tersebut, para peserta studi banding menjadi tahu bahwa selain varietas yang berbeda, sistem budidaya petani Kediri-Blitar juga berbeda dengan petani Subang. Pasca studi banding, gapoktan Kediri dan Blitar melakukan uji coba menanam bibit nenas Subang di daerah masing-masing. Hasil uji coba menunjukkan bahwa nenas Subang varietas Smooth cayenne yang ditanam Gapoktan Langgeng Mulyo memiliki rasa yang lebih manis daripada nenas dengan varietas yang sama yang ditanam di Subang. Hal ini diperkirakan karena suhu, kelembaban, dan komposisi unsur dalam tanah yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut, pada tahun 2011 Gapoktan Langgeng Mulyo mendapatkan bantuan benih gratis Smooth Cayenne yang didatangkan dari Subang untuk lahan seluas 3 Ha.

Pada tahun 2012 Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo mendapatkan tawaran bekerja sama dengan PT. Alamanda yang merupakan perusahaan pengekspor dan penyuplai nenas ke beberapa supermarket besar. Hingga saat penelitian ini dilakukan, hasil panen nenas varietas Smooth cayenne belum diketahui secara pasti karena program bantuan bibit ini belum siap panen.

Pelaksanaan program pengembangan nenas varietas baru ini tidak berjalan lancar. Kendala yang dihadapi pengurus koperasi dalam program ini adalah kualitas bibit yang didatangkan masih banyak yang berkualitas rendah. Hal ini dikarenakan permintaan bibit ke Subang dalam kondisi mendadak dan dalam jumlah besar. Selain itu, beberapa anggota yang mendapatkan bibit gratis tidak langsung menanamnya sehingga masa panen menjadi tidak seragam.

Organisasi Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo RAT dan Struktur Kepengurusan Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo

Koperta Langgeng Mulyo telah menyelenggarakan RAT dari mulai tahun 2001 hingga tahun 2013 ini sebanyak 13 kali pertemuan. Rentang waktu pelaksanaan sejauh ini berkisar dari awal bulan Januari hingga akhir Februari. Tempat yang seringkali digunakan untuk RAT adalah halaman kios pertanian Koperta Langgeng Mulyo, Ngancar. Tempat dialihkan ke balai desa Ngancar jika halaman kios tidak memungkinkan untuk digunakan.

Pelaksanaan RAT dimulai dari pagi hingga siang hari. Namun waktu pelaksanaan ini terkendala pada tingkat keterlambatan peserta RAT yang tinggi sehingga RAT tidak dapat dimulai tepat waktu. Untuk itu, pada beberapa RAT terakhir, pengurus menekankan pentingnya kehadiran dan ketepatan waktu kehadiran kepada para anggota sehingga pelaksanaan RAT yang hanya satu tahun sekali ini dapat berjalan dengan optimal.

Gambar 5. Struktur organisasi Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo

Pemegang kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi Koperta Langgeng Mulyo adalah Rapat Anggota yang dilaksanakan setiap tahun. Dari rapat tersebut dipilih pengurus dan pengawas. Pengurus koperasi terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Kepala unit usaha. Mereka diberi wewenang untuk menjalankan koperasi dan merekrut karyawan yang ditempatkan pada pos-pos di setiap bidang usaha koperasi. Tim pengawas bertugas mengawasi kinerja pengurus dan melaporkannya pada Rapat Anggota Tahunan.

Unit Usaha Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo

1. Unit Simpan Pinjam

Kantor unit usaha simpan pinjam berada di gedung yang sama dengan kantor koperasi. Unit usaha ini tidak hanya dimanfaatkan oleh para anggota saja tetapi juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Pihak koperasi tidak memberikan perbedaan tingkat suku bunga pinjaman antara anggota dengan non- anggota. Namun koperasi memberikan perbedaan kemudahan dalam mendapatkan pinjaman.

2. Kios Saprodi

Salah satu unit usaha Koperta Langgeng Mulyo adalah pengadaan sarana produksi pertanian. Kios saprodi ini terletak 50 meter dari gedung utama koperasi. Melalui kios ini, Koperta Langgeng Mulyo menyediakan berbagai jenis pupuk kimia, obat-obatan, dan beberapa alat pertanian seperti sabit, cangkul, alat semprot, dll. Benih yang disediakan adalah benih jagung dan sayuran seperti tomat dan cabai.

3. Swalayan

Swalayan Koperta Langgeng Mulyo berada tepat di samping gedung utama koperasi. Swalayan ini seperti minimarket pada umumnya yakni menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak goreng, bumbu dapur instan, obat-obatan, peralatan mandi, kosmetik, dll. Perbedaannya, swalayan ini juga menjual hasil kerajinan tangan dari serat daun nenas yang dikeringkan dan kemudian dianyam. Hasil kerajinan tangan tersebut berupa tas, tempat tisu, keranjang, hingga kursi.

Sekretaris RAT Bendahara Ketua Bidang Swalayan Bidang Simpan Pinjam Bidang Saprodi Tim Pengawas

Kesehatan Keuangan dan SHU Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo

Perkembangan kesehatan keuangan Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo diukur berdasarkan rasio-rasio yang dilihat berdasarkan perkembangan rasio tahun 2012. Rasio-rasio yang sering digunakan mernurut Kuswadi (2006) adalah rasio profitabulitas, rasio likuiditas, dan rasio solvabilitas.

1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan maupun dari pendapatan investasi. Perusahaan dikatakan memiliki rentabilitas yang baik jika mampu memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya.

a. Return On Investment (ROI)

ROI dapat digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam menggunakan keseluruhan dan yang ditanamkan dalam aktiva untuk mengoperasikan semua aktivitas ekonomi perusahaan dan menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. ROI Koperta Langgeng Mulyo pada tahun 2010 adalah sebesar 0.88 persen, tahun 2011 sebesar 0.9 persen dan pada tahun 2012 adalah sebesar 1,10 persen. Terlihat bahwa ROI Koperta ini senantiasa mengalami peningkatan dan ini menunjukkan bahwa kinerja manajemen semakin efektif setiap tahunnya dalam mengelola investasi. Walaupun begitu, koperasi masih harus terus meningkatkan kinerjanya agar kondisi koperasi dapat lebih mantap lagi.

b. Return On Equity (ROE)

ROE digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi menghasilkan laba setelah pajak dalam mengelola modal sendiri. Rasio ini menunjukkan apakah manajemen sudah cukup efisien dalam penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio ini maka kondisi perusahaan semakin baik. Nilai ROE Koperta Langgeng Mulyo tahun 2012 adalah sebesar 2.6 persen. Angka tersebut masih sangat kecil dan ini menunjukkan bahwa Koperta Langgeng Mulyo masih belum cukup baik dalam mengelola modal sendiri.

2. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jika suatu perusahaaan mampu memenuhi kewajibannya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan dalam kondisi yang likuid.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Nilai dari rasio lancar ini mencerminkan kemampuan koperasi untuk membayar hutang-hutang lancar dari aktiva lancarnya. Pada praktiknya, standar yang sering dipakai untuk kategori perusahaan aman dalam jangka pendek adalah jika memiliki rasio lancar 200 persen. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar koperasi harus diimbangi oleh harta lancar yang dimiliki minimum Rp 2,00. Rasio lancar di Koperta Langgeng Mulyo ini pada tahun 2012 adalah sebesar 148.6 persen. Walaupun belum mencapai 200 persen, koperasi ini dinilai cukup aman karena nilai rasio lancarnya mendekati angka ideal.

b. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Cara menghitung rasio ini adalah dengan membandingkan antara kas dan saldo simpanan pada bank dengan hutang lancar. Standar kategori baik adalah dari nilai rata-rata industri sejenis. Jika lebih tinggi, maka perusahaan dalam kondisi baik. Namun jika nilai rasio kas terlalu tinggi itu juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau belum dimanfaatkan dengan optimal. Rasio kas Koperta Langgeng Mulyo pada tahun 2012 adalah sebesar 12.8 persen. Belum ada data terkait berapa rasio kas rata-rata koperasi pertanian sehingga belum dapat disimpulkan apakah koperasi ini dalam kondisi baik atau tidak.

3. Rasio Solvabilitas

Sumber pembiayaan utama perusahaan adalah dari pinjaman dan modal sendiri. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan rasio solvabilitas oleh perusahaan dalam melakukan kombinasi dari kedua sumber dana tersebut agar dana dari masing-masing sumber dapat saling menunjang dan tidak memberatkan perusahaan. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Ada dua jenis rasio solvabilitas yang paling sering digunakan.

a. Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini membandingkan antara total hutang terhadap modal sendiri. Semakin kecil nilai rasio ini maka semakin baik solvabilitas perusahaan. Nilai rasio total hutang terhadap modal di Koperta Langgeng Mulyo pada tahun 2010 sebesar 228.3 persen, pada tahun 2011 sebesar 185.7 persen dan pada tahun 2012 sebesar 163.3 persen. Pada tiga tahun terakhir koperasi terlihat berusaha memperkecil rasio ini walaupun nilainya masih tergolong besar yakni diatas 100 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar dana yang digunakan dalam menjalankan koperasi berasal dari dana pinjaman dan itu berarti koperasi memiliki risiko keuangan yang tinggi.

b. Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva (Debt to Asset Ratio)

Nilai rasio merupakan gambaran berapa persen dana perusahaan yang berasal dari total hutang dibandingkan dengan harta perusahaan. Semakin besar persentase dari rasio ini maka semakin besar pula risiko yang ditanggung perusahaan. Apabila perusahaan terlalu banyak berhutang maka perusahaan dapat mengalami masalah dalam pembayaran angsuran pinjaman beserta bunganya (Kuswadi, 2006). Nilai rasio ini pada Koperta Langgeng Mulyo tahun 2010 adalah sebesar 68.8 persen, pada tahun 2011 sebesar 64.4 persen dan pada tahun 2012 adalah sebesar 62 persen. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan adalah rasio rata-rata industry

sejenis dan saat ini belum diketahui berapa standar rata-rata rasio ini pada koperasi. Dari nilai rasio pada tiga tahun terakhir, dapat diketahui bahwa koperasi cukup berhasil memperkecil nilai Debt to Asset Ratio dan ini merupakan usaha yang cukup baik.

Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) untuk Anggota

Dari 100 persen dana SHU yang dibagikan pada akhir tahun atau pada saat awal tahun berikutnya, dirinci sebagai berikut :

1. 40 persen dana tersebut dibagikan kepada anggota sesuai dengan besar simpanan.

2. 5 persen dana dibagikan kepada anggota sesuai dengan jasa usaha. 3. 30 persen dana tersebut digunakan sebagai dana cadangan.

4. 10 persen dana tersebut digunakan untuk membayar gaji pengurus.

5. 5 persen dana tersebut digunakan untuk membayar gaji karyawan dan pengawas.

6. 5 persen digunakan sebagai dana pendidikan dan pelatihan anggota.

7. 5 persen dana digunakan untuk kegiatan sosial seperti santunan anak yatim, bingkisan hari raya, beasiswa untuk anak anggota, dll.

HASIL

DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Koperta Langgeng Mulyo

Karakteristik responden merupakan gambaran kondisi anggota yang menjadi objek penelitian. Responden yang digunakan adalah anggota koperasi yang menjadi petani nenas sebanyak 31 orang yang tersebar pada setiap kelompok tani di Desa Ngancar yakni Poktan Lohjinawi yang berada di Dusun Panceran sebanyak 4 orang, Poktan Tani Jaya yang berada di Dusun Purwodadi sebanyak 13 orang, Poktan Rukun Tani yang berada di Dusun Ngancar sebanyak 7 orang, dan Poktan Tani Mulyo yang berada di Dusun Puhrejo sebanyak 4 orang. Karakteristik yang akan diidentifikasi meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas lahan nenas, lama menjadi anggota. Lama menjadi petani nenas, dan penerimaan hasil nenas.

Usia Responden

Perbedaan umur merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan kebutuhan. Hurriyati (2005) menyatakan bahwa orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka konsumsi seiring dengan bertambahnya umur dan berubahnya siklus hidup mereka. Hal ini berlaku pula pada tingkat kebutuhan anggota koperasi terhadap jenis pelayanan tertentu.

Kategori usia dapat dibagi berdasarkan tingkat produktivitas mereka. Usia produktif menurut Sumarwan (2003) dalam Bay (2009) adalah kelompok usia yang masih dalam batas siklus hidup dewasa lanjut (25-35 tahun) dan siklus hidup separuh baya (36-50 tahun), sedangkan untuk usia tidak produktif adalah usia yang termasuk dalam kategori tua (51-65 tahun). Pengelompokan usia pada

penelitian ini menggunakan kisaran usia tua dengan kisaran 51-75 tahun karena beberapa responden berusia lebih dari 65 tahun.

Tabel 6. Karakteristik usia anggota Koperta Langgeng Mulyo

Kelompok usia (tahun) Jumlah anggota (orang) Persentase (%)

25-35 1 3

36-50 17 55

51-75 13 42

Total 31 100

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani berusia antara 36- 50 tahun yaitu sekitar 55 persen, kemudian sekitar 42 persen berada pada usia 51- 75 tahun dan selebihnya berusia 25-35 tahun sekitar 3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota koperasi berada dalam usia kerja produktif.

Pendapat Sumarwan (2003) sedikit tidak berlaku pada petani nenas Desa Ngancar karena persentase terbesar kedua petani yang menjadi anggota Koperta Langgeng Mulyo adalah usia tua dan mereka masih aktif berusahatani nenas. Para petani pada rentang usia tua masih dapat aktif berusahatani nenas karena proses budidaya nenas tidak terlalu rumit dan jangka waktu hingga masa panennya cukup panjang yakni 18 bulan. Hal ini memungkinkan mereka untuk dapat mengerjakan setiap proses budidaya nenasnya secara mandiri.

Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin merupakan karakteristik paling mendasar yang memunculkan perbedaan konsumsi barang maupun jasa pada setiap individu manusia. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kemampuan untuk setiap jenis kelamin baik dalam segi teknis maupun psikologis. Seperti halnya pada pola konsumsi terhadap barang, pola konsumsi dan tingkat kebutuhan akan jenis pelayanan tertentu pun mengalami perbedaan.

Kepuasan anggota dapat terbentuk jika kebutuhan mereka tercukupi oleh program layanan yang sesuai dengan kebutuhan. Program yang ditawarkan pun harus didasarkan pada tujuan untuk membantu memudahkan dan meningkatkan produktifitas dari para anggota. Oleh karena itu, koperasi perlu melakukan penyesuaian antara kebutuhan anggota dengan program pelayanan yang ditawarkan.

Tabel 7. Karakteristik jenis kelamin anggota Koperta Langgeng Mulyo Jenis kelamin Jumlah anggota (orang) Persentase (%)

Laki-laki 28 90

Perempuan 3 10

Total 31 100

Bertani nenas merupakan mata pencaharian utama sebagian besar anggota Koperta Langgeng Mulyo sehingga profesi ini diemban oleh 90 persen anggota

koperasi yang berjenis kelamin laki-laki seperti pada Tabel 7. Hanya sekitar 10 persen anggota koperasi yang berjenis kelamin perempuan yang menjadi petani nenas. Ibu-ibu tersebut sebenarnya tidak murni menjalankan aktivitas usahatani nenas sendirian. Mereka hanya membantu para suami bekerja di ladang saat suami mereka menjalankan profesi lain untuk mencari pendapatan tambahan seperti menjadi pedagang pengumpul, buruh bangunan, atau buruh tani. Hasil ini menunjukkan bahwa pihak koperasi perlu menyediakan program khusus yang ditujukan untuk memberdayakan kemampuan para petani perempuan atau para istri petani untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis namun tidak memberatkan mereka dalam menjalankan pekerjaan keseharian mereka.

Tingkat pendidikan responden

Tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam menentukan pilihan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin tinggi pula pengetahuan petani tentang kualitas pelayanan pada koperasi. Semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi harapan yang diberikan anggota terhadap performa kinerja koperasi.

Tabel 8. Karakteristik tingkat pendidikan anggota Koperta Langgeng Mulyo Tingkat pendidikan Jumlah anggota (orang) Persentase (%)

SD 18 58

SMP 7 23

SMA 6 19

Perguruan Tinggi - -

Total 31 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa keseluruhan responden pernah mendapat pendidikan secara formal. Anggota yang berpendidikan SD menempati porsi terbanyak yaitu 58 persen, anggota yang berpendidikan SMP sebanyak 23 persen, anggota yang berpendidikan SMA sebanyak 19 persen, dan tidak ada responden yang pernah mengenyam pendidikan tingkat perguruan tinggi. Tingkat pendidikan SD mendominasi karakteristik anggota koperasi karena sebagian besar responden merupakan anggota-anggota lama yang bergabung sejak berdirinya koperasi dan pada masa itu tingkat pendidikan bukanlah sesuatu yang terlalu dipentingkan. Dari tabel di atas dapat dismpulkan bahwa tingkat pendidikan petani di Koperta Langgeng Mulyo masih terkategori rendah.

Luas lahan nenas responden

Luas lahan merupakan salah satu karakteristik demografi yang perlu diketahui karena secara tidak langsung dapat dihubungkan dengan tingkat kesejahteraan dari anggota koperasi. Semakin luas lahan yang digunakan, maka semakin besar pula hasil yang didapatkan, cateris paribus.

Status kepemilikan lahan di Desa Ngancar tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran usahataninya. Hal ini dikarenakan sebagian besar lahan yang berada di lereng Gunung Kelud dikelola oleh Dinas Perhutani dan instansi tersebut menyewakan lahan tanpa memungut uang sewa. Sistem sewa dilakukan secara bergiliran untuk setiap warga desa dan lahan yang disewakan sebagian

besar berupa lahan tumpang sari dari tanaman perkebunan seperti pohon jati, sengon, dan tanaman kayu lain.

Tabel 9. Karakteristik luas lahan anggota Koperta Langgeng Mulyo Luas lahan (Ha) Jumlah anggota (orang) Persentase (%)

< 0.5 12 39

0.5 - 1 10 32

> 1 9 29

Total 31 100

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani nenas yang menjadi anggota koperasi merupakan petani berlahan sempit. Hal ini dapat diketahui dari Tabel 9 bahwa sekitar 39 persen anggota Koperta Langgeng Mulyo adalah petani dengan lahan kurang dari 0.5 Ha. Sebanyak 32 persen adalah petani dengan lahan sedang dan 29 persen adalah petani dengan lahan luas yakni diatas 1 Ha. Luas lahan dalam tabel ini hanya berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh petani untuk bertani nenas saat penelitian ini dilakukan.

Lama menjadi anggota koperasi

Lama menjadi anggota koperasi merupakan salah satu indikator loyalitas anggota terhadap kinerja koperasi. Loyalitas ini ditunjukkan oleh adanya konsumsi berulang terhadap pelayanan koperasi selama anggota tergabung dalam koperasi dan tindakan melakukan pembelian berulang ini menurut Griffin (2002) menjadi salah satu indikator loyalitas konsumen.

Tabel 10. Karakteristik lama responden menjadi anggota Koperta Langgeng Mulyo

Lama menjadi anggota Jumlah anggota (orang) Persentase (%)

< 5 tahun 4 13

5 tahun - 10 tahun 4 13

> 10 tahun 23 74

Total 31 100

Data dari hasil wawancara menunjukkan bahwa petani yang bergabung dengan koperasi dengan rentang waktu kurang dari lima tahun dan yang telah bergabung dari rentang 5 – 10 tahun memiliki porsi yang sama yakni sebanyak 13 persen. Sedangkan petani yang sudah lama bergabung lebih dari 10 tahun mecapai 74 persen. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar anggota-anggota dari kalangan petani nenas memiliki loyalitas yang cukup baik dan loyalitas yang baik berhubungan dengan tingkat kepuasan yang baik pula

Lama Menjadi Petani Nenas

Lama menjadi petani nenas merupakan salah satu karakteristik yang mempengaruhi jenis kebutuhan dari anggota. Semakin lama individu dalam

Dokumen terkait