• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kota Makassar ............................... 56-57

BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Kota Makassar ............................... 56-57

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822. Kota Makassar menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 1965, (lembaran Negara tahun 1965 nomor 94), dan kemudian berdasarkan undang-undang nomor 8 tahun 1965 daerah tinkat II kota Praja Makassar diubah menjadi daerah tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama menjadi Ujung Pandang, wilayahnya dimekarkan dari 21 km2 menjadi 171,77 km2 dengan mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu Gowa, Maros dan Pangkajene Kepulauan, lingkup daerah Sulawesi Selatan.

Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 89 Tahun 1999 tentang perubahan nama Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk.II Ujung Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hokum dan pelaku bisnis.

Hingga tahun 2013 Kota Makassar telah berusia 406 tahun sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota Makassar tanggal 9 Nopember 1607, terus berbenah diri menjadi sebuah kota dunia yang berperan tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan jasa tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara.

Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya, kecamatan Tamalanrea, kecamatan Tallo, dan Kecamatan Ujung Tanah. Dibagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini. Dibagian timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakkukang. Bagian barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso.

B. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Makasar yang berjumlah 100 orang. Mereka dipilih secara random antara laki-laki dan perempuan dari 14 kecamatan yang ada di Kota Makassar.

Karakteristik responden merupakan bagian yang tak terpisahkan dari variabel-variabel penelitian. Sehingga dari hasil penelitian yang telah dilakukan data diketahui karakteristik responden sebagai berikut. Adapun beberapa karakteristik responden dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin dilakukan untuk mengetahui proporsi jenis kelamin responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Frequency Percent (%) Valid

Laki-laki 61 61.0

Perempuan 39 39.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer yang diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden sebanyak 100 orang. Mereka mewakili semua masyarakat Kota Makassar yang diambil secara acak dari 14 kecamatan. Adapun jumlah laki-laki yaitu sebanyak 61 orang atau sekitar 61,0% dari total sampel dan perempuan yaitu 39 orang atau sekitar 39,0% dari total sampel. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki sebagai proporsi yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin perempuan.

2. Berdasarkan Usia

Berdasarkan responden menurut umur, dilakukan untuk mengetahui batasan usia responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia

(Tahun) Frequency Precent (%)

15-25 16 16.0

25-35 37 37.0

35-50 33 33.0

>50 14 14.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer yang diolah, 2019

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden antara usia 15-25 tahun dengan jumlah 16 orang (16%), usia 25-35 tahun sebanyak 37 orang (37%), usia 35-50 tahun sebanyak 33 orang (33%), usia >50 tahun sebanyak 14 orang (14%). Hal ini menunjukkan bahwa usia Responden yang terbanyak mengisi kuesioner adalah antara usia 25-35 tahun dengan jumlah persentase 37,0. Sedangkan usia responden paling sedikit mengisi kuesioner adalah usia >50 tahun deangan jumlah persentase 14,0.

3. Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan karakteristik terhadap pekerjaan, dimaksudkan untuk mengetahui komposisi pekerjaan responden. Berikut ini disajikan komposisi responden berdasarkan pekerjaan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frequency Precent (%)

Pegawai Negri/Swasta 50 50.0

Wirausaha 12 12.0

Pelajar/Mahasiswa 11 11.0

Lain-lain 27 27.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer yang diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah jenis pekerjaan responden adalah pegawai negri/swasta dengan jumlah 50 orang (50%), Wirausaha 12 orang (12%), pelajar/mahasiswa dengan jumlah 11 orang (11%), lain-lain dengan jumlah 27 orang (27%).

C. Deskriptif Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 responden melalui penyebaran kuesioner untuk memperoleh jawaban responden terhadap jawaban masing-masing variabel akan didasarkan pada rentang skor jawaban yang akan dilampirkan. Berikut ini penjelasan mengenai indikator-indikator dari variabel Motivasi (X1), Persepsi (X2), Kepercayaan (X3), dan Keputusan pembelian (Y).

1. Motivasi (X1)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tanggapan responden terhadap kuesioner yang disebarkan dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4

Tanggapan Responden Mengenai Motivasi

NO PERNYATAAN SKOR JUMLAH

SS S KS TS STS

1 X1.1 65 31 1 3 - 100

2 X1.2 64 32 1 3 - 100

3 X1.3 60 36 3 1 - 100

4 X1.4 82 14 1 2 1 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2019

Variabel Motivasi (X1) pada penelitian ini di ukur melalui 5 indikator yang dibagi dalam 4 pertanyaan dan disebar ke 100 responden, yaitu: Saya terdorong membeli mobil karena merasakan kebutuhan akan kendaraan untuk keluarga (X1.1), Saya membeli mobil Toyota karena mobil-mobil merek Toyota nyaman digunakan (X1.2), Saya terdorong membeli mobil Toyota karena mobil itu sedang trend di lingkungan masyarakat (X1.3), dan produk mobil Toyota selalu menjadi pilihan saya saat membeli mobil (X1.4).

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa pilihan jawaban tertinggi dari beberapa pernyataan X1 berada pada keputusan sangat setuju (SS), hal ini menandakan bahwa kebanyakan responden menanggapi dengan baik pernyataan mengenai motivasi.

2. Persepsi (X2)

Tabel 4.5

Tanggapan Responden Mengenai Persepsi (X2)

NO PERNYATAAN SKOR JUMLAH

SS S KS TS STS

1 X2.1 65 31 - 4 - 100

2 X2.2 58 38 2 2 - 100

3 X2.3 79 17 1 2 1 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2019

Variabel Persepsi (X2) pada penelitian ini diukur melalui 3 indikator yang dibagi dalam 3 pertanyaan dan disebar ke 100 responden, yaitu: Menurut saya mobil Toyota terkenal irit dan handal (X2.1), Daya tahan mesin Toyota sangat baik (X2.2), dan suku cadang mobil Toyota banyak tersedia dan memiliki kualitas suku cadang yang baik (X2.3).

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa pilihan jawaban tertinggi dari beberapa pernyataan X2 berada pada keputusan sangat setuju (SS), hal ini menandakan bahwa kebanyakan responden menanggapi dengan baik pernyataan mengenai persepsi.

3. Kepercayaan (X3)

Tabel 4.6

Tanggapan Responden Mengenai Kepercayaan (X3)

NO PERNYATAAN SKOR JUMLAH

SS S KS TS STS

1 X3.1 63 33 1 3 - 100

2 X3.2 59 37 1 3 - 100

3 X3.3 78 18 2 2 - 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2019

Variabel Kepercayaan (X3) pada penelitian ini diukur melalui 3 indikator yang dibagi dalam 3 pertanyaan dan disebar ke 100 responden, yaitu: Layanan dealer Toyota memuaskan dan menjadi salah satu pertimbangan saya untuk membeli mobil Toyota (X3.1), Perusahaaan Toyota bersikap terbuka tentang kualitas mobil Toyota kepada konsumen (X3.2), dan Informasi terpercaya yang saya dapatkan terkait kualitas mobil merek Toyota menjadi pertimbangan saya untuk membelinya (X3.3).

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa pilihan jawaban tertinggi dari beberapa pernyataan X3 berada pada keputusan sangat setuju (SS). Hal ini menandakan bahwa kebanyakan responden menanggapi dengan baik pernyataan mengenai kepercayaan.

4. Keputusan Pembelian (Y)

Tabel 4.7

Tanggapan Responden Mengenai Keputusan Pembelian (Y)

NO PERNYATAAN SKOR JUMLAH

SS S KS TS STS

1 Y1.1 60 36 2 2 - 100

2 Y1.2 58 38 1 3 - 100

3 Y1.3 51 45 2 2 - 100

4 Y1.4 77 19 1 3 - 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2019

Variabel Keputusan pembelian (Y) pada penelitian ini diukur melalui 5 indikator yang dibagi dalam 4 pertanyaan dan disebar ke 100 responden, yaitu: Saya mencari informasi tentang produk Toyota sebelum memutuskan untuk membeli (Y1.1), Saya memutuskan untuk membeli produk Toyota setelah membandingkan dengan produk yang lain (Y1.2), Jika berikutnya saya akan membeli mobil lagi saya akan membeli mobil merek Toyota lagi (Y1.3), dan saya akan merekomendasikan mobil Toyota kepada kolega yang akan membeli mobil (Y1.4).

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa pilihan jawaban tertinggi dari beberapa pernyataan Yberada pada keputusan sangat setuju (SS). Hal ini menandakan bahwa kebanyakan responden menanggapi dengan baik pernyataan mengenai keputusan pembelian.

D. Pengujian Instrumen Data

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikan 5%. Seluruh pertanyaan dinyatakan valid, apabila rhitung > rtabel (n-2) dengan nilai ketetapan sebesar 0,361. Adapun hasil uji validitas dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas

Variabel Item r-hitung r-tabel Keterangan

Motivasi X1.1 0,857 0,361 Valid X1.2 0,866 0,361 Valid X1.3 0,722 0,361 Valid X1.4 0,616 0,361 Valid Persepsi X2.1 0,824 0,361 Valid X2.2 0,852 0,361 Valid X2.3 0,767 0,361 Valid Kepercayaan X3.1 0,935 0,361 Valid X3.2 0,884 0,361 Valid X3.3 0,884 0,361 Valid Keputusan pembelian Y1.1 0,903 0,361 Valid Y1.2 0,941 0,361 Valid Y1.3 0,881 0,361 Valid Y1.4 0,898 0,361 Valid

Sumber: Data Hasil Perhitungan SPSS 24.0, 2019

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan memiliki corrected-total correlation (r- hitung ) > r-tabel yaitu pada taraf

signifikan 5% (ɑ=0,05) dan n = 100. Sehingga yang menjadi acuan adalah 30. Oleh karena itu, nilai r-tabel = 0,361 membuktikan bahwa seluruh item dalam penelitian ini dikatakan valid untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian atau pernyataan yang diajukan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji akurasi dan ketetapan dari pengukurannya. Pertanyaan yang digunakan dalam penelitian dinyatakan reliable apabila nilai yang telah ditetapkan yaitu Cronbach’s Alpha > 0,60. Berikut penyajian tabelnya.

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha N Of Items

Motivasi (X1) 0,770 4

Persepsi (X2) 0,877 3

Kepercayaan (X3) 0,735 3

Keputusan pembelian (Y) 0,927 4

Sumber: Lampiran output SPSS 24.0, 2019

Pada Tabel 4.9 dapat dilihat hasil output SPSS 24.0 menunjukkan bahwa

Cronbach’s Alpha variabel (X1) 0,770 > 0,60, variabel (X2) 0,877 > 0,60, variabel (X3) 0,735 > 0,60 dan variabel (Y) 0,927 > 0,60. Hal ini dapat dikatakan seluruh pernyataan yang digunakan dalam penelitian dinyatakan reliable (dapat

dihandalkan) sehingga selanjutnya item masing-masing variabel layak digunakan sebagai alat ukur.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji data variabel bebas dan data variabel terikat pada persamaan regresi yang dihasilkan

berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Adapun hasil uji normalitas sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

RES_1

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000

Std. Deviation 1.64531 Most Extreme Differences Absolute .054

Positive .051

Negative -.054

Test Statistic .054

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Data Hasil Perhitungan SPSS 24.0, 2019

Hasil dari uji normalitas pada tabel 4.10 diatas menggunakan uji Kolmogrov Smirnov (KS) yang menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,200 > 0,05 yang berarti data dalam penelitian ini

berdistribusi normal. b. Uji multikolinearitas

Mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan melihat VIF dan tolerance. Model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila VIF < 10, dan nilai tolerance > 0,1 (10%). Hasil pengujian VIF dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Constant) 2.644 1.097 2.410 .018 MOTIVASI .030 .064 .033 .467 .641 .658 1.519 PERSEPSI .220 .077 .176 2.861 .005 .854 1.170 KEPERCAYAAN .808 .078 .733 10.404 .000 .649 1.541

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN_PEMBELIAN

Sumber: Data Hasil Perhitungan SPSS 24.0, 2019

Hasil pengujian pada tabel di atas menunjukkan bahwa VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini berarti tidak terjadi gejala multikolinearitas.

c. Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara masing-masing variabel bebas saling memengaruhi. Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antar variaebel adalah uji Durbin Watson (DW Test), hasil

pengujian korelasi dapat dilihat berikut ini:

Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .831a .690 .681 1.67082 .690 71.332 3 96 .000 2.167 a. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, PERSEPSI, MOTIVASI

b. Dependent Variable: KEPUTUSAN_PEMBELIAN Sumber: Data Hasil Perhitungan SPSS 24.0, 2019

Pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW) yang diperoleh sebesar 2,167.

1. Jika DW (2,167) > DU (1,73643) maka tidak terdapat autokorelasi positif.

2. Jika 4 – DW (1,833) > DU (1,73643) maka tidak terdapat autokorelasi negatif.

Maka dapat disimpulkan, pada analisis regresi tidak terdapat autokorelasi positif dan tidak terdapat autokorelasi negatif sehingga bisa disimpulkan sama sekali tidak terdapat autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji ada tidaknya heteroskodastisitas pada penelitian ini yaitu jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka regresi disebut homoskedastisitas dan berbeda disebut heterokedastisitas. Berikut ini pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.13

Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.119 .890 1.257 .212 MOTIVASI .026 .092 .058 .279 .781 PERSEPSI -.020 .134 -.037 -.150 .881 KEPERCAYAAN -.001 .111 -.002 -.012 .991

a. Dependent Variable: Abs_Res

Sumber: Data Hasil Perhitungan SPSS 24.0, 2019

Hasil pengujian Tabel 4.13 menunjukkan, nilai signifikansi variabel Motivasi (X1) sebesar 0,781. Variabel Persepsi (X2) sebesar 0,881. Variabel Kepercayaan (X3) sebesar 0,991. Semua nilai signifikansi variabel di atas lebih besar dari 0,05, artinya tidak terjadi heterokedastisitas.

4. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas baik secara persial maupun simultan terhadap variabel terikat. Adapun hasil analisis linear berganda dapat dilihat sebagai berikut ini;

Tabel 4.14

Hasil Uji Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.897 .863 2.197 .030

MOTIVASI .415 .089 .422 4.644 .000

PERSEPSI .554 .130 .458 4.259 .000

KEPERCAYAAN .073 .108 .057 .676 .501

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN_PEMBELIAN

Sumber: Data Hasil Perhitungan SPSS 24.0, 2019

Berdasarkan Tabel 4.14 diatas maka persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = 1,897 + 0,415X1 +0,554X2 +0,073X3

Hasil dari analisis tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta diatas sebesar 1,897 yang artinya apabila seluruh variabel X nilainya 0, maka nilai Y-nya adalah 1,897

b. b1 = 0,415 artinya apabaila motivasi mengalami kenaikan 1% maka keputusan pembelian meningkat sebesar 0,415.

c. b2 = 0,554 artinya apabila persepsi mengalami kenaikan 1% maka keputusan pembelian meningkat sebesar 0,554.

d. b3 = 0,073 artinya apabila kepercayaan mengalami kenaikan 1% maka keputusan pembelian meningkat sebesar 0,073.

5. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel motivasi, persepsi, dan kepercayaan terhadap keputusan pembelian. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan melihat nilai R square sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.15

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .898a .807 .800 .98968

a. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, MOTIVASI, PERSEPSI

Sumber: Data Hasil Perhitungan SPSS 24.0, 2019

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas nilai koefisien determinasi (R square) yaitu 0,807. Hal ini berarti bahwa 80,7% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel motivasi, persepsi dan kepercayaan sedangkan sisanya (100% - 80,7%) dipengaruhi oleh variabel luar.

6. Uji Hipotesis

a. Uji F (Uji Simultan)

untuk mengetahui bahwa motivasi, persepsi dan kepercayaan secara simultan terhadap keputusan pembelian maka dilakukan uji statistik F. Adapun hasil Uji statistik F dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.16 Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 391.971 3 130.657 133.395 .000b

Residual 94.029 96 .979

Total 486.000 99

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN_PEMBELIAN

b. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, MOTIVASI, PERSEPSI

Pada uji F didapat nilai f-hitung sebesar 133,395 nilai ini lebih besar dari f-tabel yaitu 2,70 atau f-hitung 133,395 > 2,70 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel motivasi (X1), persepsi (X2) dan kepercayaan (X3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

b. Uji t (Uji Parsial)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan hitung dengan t-tabel pada taraf nyata ɑ = 0,05. Apabila hasil perhitungan t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel) atau probabilitas kesalahan lebih kecil dari 5% (sig < 0,05) maka dapat dinyatakan bahwa X1, X2 dan X3 berpengaruh terhadap Y. Adapun hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.17

Hasil Uji t

Sumber: Data Hasil Perhitungan SPSS 24.0, 2019

Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.897 .863 2.197 .030 MOTIVASI .415 .089 .422 4.644 .000 PERSEPSI .554 .130 .458 4.259 .000 KEPERCAYAAN .073 .108 .057 .676 .501

Berdasarkan Tabel diatas maka hasil pengujian variabel bebas dijabarkan sebagai berikut:

1. Variabel motivasi (X1) menunjukkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,644>1,660), sig < ɑ (0,000<0,05). Berarti variabel motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

2. Variabel persepsi (X2) menunjukkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,259>1,660), sig<ɑ (0,000<0,05). Berarti variabel persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

3. Variabel kepercayaan (X3) menunjukkan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (0,676<1,660), sig>ɑ (0,501>0,05). Berarti variabel kepercayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh motivasi terhadap keputusan pembelian mobil Toyota di Kota Makassar

Berdasarkan hasil analisis serta berbagai pengujian maka dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian mobil Toyota di Kota Makassar. Hal ini diperoleh dari hasil statistik uji regresi dengan nilai t hitung sebesar 4,644 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari standar yang ditetapkan yaitu 0,05 (0,000<0,05) yang berarti bahwa variabel motivasi (X1) memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Hal ini berarti konsumen yang menjadi responden penelitian

menganggap bahwa motivasi sebagai faktor yang ikut menentukan keputusan pembelian pada mobil Toyota di Kota Makassar.

Hasil ini mendukung beberapa teori dan penelitian terdahulu yang mengemukakan ada pengaruh yang kuat dari motivasi konsumen terhadap keputusan pembelian konsumen. Pembelian produk dengan didasari motivasi yang lebih kuat oleh konsumen menimbulkan keputusan pembelian yang lebih signifikan. Hal ini berarti jika motivasi konsumen semakin tinggi, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian produk mobil Toyota di Kota Makassar.

Menurut Setiadi,, motivasi konsumen merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan guna mencapai suatu tujuan dimana motivasi berasal dari bahasa latin yang berbunyi movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi itu adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia (Mantik dkk, 2015: 385).

Dalam penelitian ini sejalan dengan teori yang digunakan yakni teori tindakan terencana (theory of planned behavior), dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang hendak melakukan pembelian dapat dipengaruhi karena adanya dorongan yang dirasakan oleh konsumen sehingga ingin memiliki produk tersebut. Oleh karena itu, faktor motivasi tidak datang secara tiba-tiba namun muncul karena adanya dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam diri seseorang sehingga sebelum konsumen melakukan keputusan

pembelian tentu adanya perencanaan terlebih dahulu yang kemudian disesuaikan dengan minat masing-masing konsumen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2018) dimana motivasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan hasil temuan penelitian ini berarti bahwa variabel motivasi konsumen menjadi variabel yang penting dipertimbangkan dalam keputusan pembelian konsumen mobil Toyota di Kota Makassar. Selain itu, penelitian Dewi Urip Wahyuni (2008) dan Dahmiri (2008) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada motivasi terhadap keputusan pembelian. Pembelian produk dengan didasari motivasi yang lebih kuat oleh konsumen menimbulkan keputusan pembelian yang lebih signifikan. Dalam hal ini, motivasi adalah element yang dapat mempengaruhi konsumen terjadinya keputusan pembelian mobil Toyota di Kota Makassar.

Menurut Kotler dan Amstrong, menyatakan bahwa motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut (Priyamitra, 2010: 22). Sedangkan menurut (Sadiman, 2007: 43) mengatakan bahwa motivasi merupakan kumpulan proses psikologi yang memiliki kekuatan di dalam diri seseorang yang menyebabkan pergerakan, arahan, usaha dan kegigihan dalam menghadapi rintangan untuk mencapai suatu tujuan (Amalia, 2018: 72).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayu (2013) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan variabel motivasi konsumen terhadap keputusan pembelian. Selain itu juga didukung oleh

penelitian Reagi (2011) yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel independen motivasi konsumen terhadap variabel dependen keputusan pembelian (Huriartanto dkk, 2015: 163). Dengan demikian penelitin ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan motivasi berpengaruh terhadap keputusan konsumen membeli mobil merek Toyota.

2. Pengaruh persepsi terhadap keputusan pembelian mobil Toyota di Kota Makassar

Berdasarkan hasil analisis serta berbagai pengujian maka dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian mobil Toyota di Kota Makassar. Hal ini diperoleh dari hasil statistik uji regresi dengan nilai t hitung sebesar 4,259 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari standar yang ditetapkan yaitu 0,05 (0,000<0,05) yang berarti bahwa variabel persepsi (X2) memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi bisa mendorong para konsumen untuk melakukan keputusan pembelian mobil Toyota di Kota Makassar.

Dalam penelitian ini sejalan dengan teori yang digunakan yakni teori tindakan terencana (theory of planned behavior), dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang hendak melakukan pembelian dapat dipengaruhi karena adanya persepsi yang muncul ketika ingin memiliki produk tersebut. Oleh karena itu, faktor persepsi tidak datang secara tiba-tiba melainkan muncul karena adanya faktor lingkungan sekitar atau keinginantahuan konsumen

pada produk tersebut, sehingga sebelum konsumen melakukan keputusan pembelian tentu adanya perencanaan terlebih dahulu.

Penelitian ini sejalan dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Tirajoh (2013) dimana persepsi mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Konsumen percaya bahwa persepsi dapat membantu dalam mempertimbangkan produk mana yang akan mereka beli. Berdasarkan hasil temuan penelitian ini berarti bahwa variabel persepsi konsumen menjadi variabel yang penting di pertimbangkan dalam keputusan pembelian konsumen mobil Toyota di Kota Makassar (Pahlevi, 2018: 83).

Peran persepsi konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian, hal ini wajar karena setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu objek oleh karena itu keputusan pembelian akan cepat terlaksana apabila muncul persepsi yang baik terhadap barang atau jasa yang akan dibelinya. Selain itu, persepsi yang diberikan konsumen terhadap suatu produk sangat tergantung dari sudut pandang masing-masing konsumen, dalam hal ini faktor pengalaman dalam menggunakan produk yang bersangkutan dan juga beberapa faktor subyektif yaitu rasa atau tidak suka terhadap atribut produk yang ditawarkan, akan mengarahkan konsumen untuk membentuk suatu persepsi terhadap suatu produk.

Selain itu, semakin tinggi persepsi konsumen terhadap suatu mobil, maka akan mendorong konsumen untuk membeli mobil tersebut. Hal tersebut wajar, karena mobil termasuk barang mahal. Membeli barang dengan harga mahal harus disertai dengan kualitas yang baik pula. Jadi, jika konsumen memiliki persepsi yang tinggi terhadap suatu mobil akan semakin tinggi niat konsumen untuk

Dokumen terkait