• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bengkulu Selatan (SMAN 1

Bengkulu Selatan) atau yang lebih dikenal dengan sebutan “duayu top cyber school” merupakan salah satu sekolah negeri unggulan di kabupaten Bengkulu Selatan dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional 10700973. Sekolah ini berdiri pada tanggal 25 Juli 1963 dan beralamat di Jalan Pangeran Duayu Manna.

Berbagai fasilitas yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar telah disediakan di sekolah ini seperti 24 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 laboratorium MIPA, 1 lapangan basket, dan 2 lapangan volly untuk sarana olahraga siswa-siswi. Selain itu di sekolah ini juga dilengkapi 1 ruang UKS, 1 ruang aula dan 1 bangunan masjid yang ada didalam lingkungan sekolah. SMAN 1 Bengkulu Selatan dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan didampingi 50 orang tenaga pendidik serta 15 orang staff tata usaha.

Sekolah yang bergelar Sekolah Percontohan Berbasis Keunggulan Lokal ini memiliki akreditasi A, sehingga menjadikan sekolah ini favorit bagi kalangan pelajar SMA Kabupaten Bengkulu Selatan dan luar daerah. Berbagai prestasi juga telah banyak diukir oleh para pelajar SMAN 1 Bengkulu Selatan baik itu tingkat kabupaten, provinsi, bahkan telah mencapai nasional. Sekolah ini memiliki pelajar yang memiliki latar belakang yang beraneka ragam, sehingga peneliti mengambil sampel di sekolah ini dan diharapkan dapat mewakili populasi secara umum.

5.1.2.Karakteristik Responden

Karakteristik responden didapat berdasarkan data yang telah diisi oleh reponden pada kuesioner. Karakteristik responden tersebut berupa jenis kelamin, umur, kelas, penyuluhan sebelumnya, dan riwayat keluarga penderita kanker payudara.

Tabel. 4.1. Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-Laki 25 50,0 Perempuan 25 50,0 Umur 16 Tahun 23 46,0 17 Tahun 25 50,0 18 Tahun 2 4,0 Kelas XII MIPA 43 86,0 XII IPS 7 14,0 Penyuluhan Sebelumnya Pernah 0 0,0 Tidak Pernah 50 100 Riwayat Kanker

Payudara Pada Keluarga

Ada 0 0,0

Tidak Ada 50 100

Dari tabel 4.1, dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin berimbang antara laki-laki dan perempuan. Hal ini terlihat dari jumlah pelajar laki-laki yang menjadi responden sebanyak 25 orang (50%) dan pelajar perempuan yang menjadi responden sebesar 25 orang (50%). Berdasarkan umur jumlah responden yang berusia 16 tahun adalah 23 orang (46%), 17 tahun sebanyak 25 orang (50%), dan 2 orang

(4%) memiliki umur 18 tahun. Jumlah responden yang berasal dari kelas XII MIPA lebih banyak dibandingkan dari kelas XII IPS yaitu 43 orang (86%) dan 7 orang (14%).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tidak ada responden yang memenuhi kriteria eksklusi. Ini terbukti dari 50 orang (100%) responden belum pernah mendapat penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara. Hal ini juga dikuti dengan seluruh responden 50 orang (100%) tidak memiliki riwayat keluarga penderita kanker payudara.

5.1.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pre-test dan Post-test

Berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh reponden maka didapatkan nilai pre-test dan post-test sebagai berikut:

Tabel. 4.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pre-test dan Post-test Tingkat Pengetahuan Skor Pre-test Post-test N % n % Baik 11-14 0 0,0 47 94,0 Cukup 8-10 10 20,0 3 6,0 Kurang 0-7 40 80,0 0 0,0

Tabel 4.2 menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukannya penyuluhan (pre-test) tidak terdapat responden memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 10 orang (20,0%), dan 40 orang (80,0%) responden memiliki tingkat pengetahuan kurang. Setelah dilakukan penyuluhan (post-test) didapatkan 47 orang (100%) responden mendapatkan skor 11-14 atau memiliki tingkat pengetahuan baik dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (6.0%).

5.1.4.Tingkat Pengetahuan Pre-test dan Post-test Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat pengetahuan saat pre-test dikelompokan berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pre-test Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %

Laki-laki 0 0,0 4 16,0 21 84,0 25 100

Perempuan 0 0,0 6 24,0 19 76,0 25 100

Dilihat dari tabel 4.3 didapatkan bahwa sebelum dilakukannya penyuluhan kelompok responden laki-laki yang memiliki pengetahuan cukup hanya 4 orang (16%), hal ini lebih sedikit dibandingkan kelompok perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan yang sama yaitu 6 orang (24%). Untuk tingkat pengetahuan kurang terdapat 21 orang (84%) responden laki-laki, sedangkan responden perempuan yang memiliki pengetahuan kurang adalah sebanyak 19 orang (76%).

Dari tabel 4.3 di atas, dilakukan uji analisis statistika Chi-Square tests untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan pada pre-test. Hasil yang didapatkan value Chi-Square tests adalah 0,500 dengan p value sebesar0,480 (>0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan tingkat pengetahuan pada pre-test.

Tingkat pengetahuan saat post-test dikelompokan berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Post-test Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Tingkat Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %

Laki-laki 23 92,0 2 8,0 0 0,0 25 100

Perempuan 24 96,0 1 4,0 0 0,0 25 100

Berdasarkan tabel 4.4 tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh kelompok responden laki-laki dan perempuan setelah dilakukannya penyuluhan didominasi dengan tingkat pengetahuan baik. Hal ini terlihat jumlah responden laki-laki yang mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah sebanyak 23 orang (92%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup hanya 2 orang (8%). Sementara itu pada kelompok responden perempuan dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 24 orang (96%) dan 1 orang (4%) responden memiliki tingkat pengetahuan cukup.

Uji analisis statistik Chi-Square juga dilakukan pada data tabel 4.4, dari uji analisis didapatkan value Chi-Square Tests adalah 0,355 dan p value adalah0,552. Berdasarkan p value yang diperoleh maka p > 0,05, maka ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan tingkat pengetahuan pada post-test.

5.1.5.Tingkat Pengetahuan Pre-test dan Post-test Berdasarkan Umur Tingkat pengetahuan pada pre-test yang didapatkan berdasarkan kelompok umur adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pre-test Berdasarkan Umur Umur

(Tahun)

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % N % N % N %

16 0 0,0 3 13,0 20 87,0 23 100

17 0 0,0 7 28,0 18 72,0 25 100

18 0 0,0 0 0 2 100 2 100

Dari tabel 4.5 pada kelompok umur 16 tahun hanya 3 orang (13%) responden yang memiliki tingat pengetahuan cukup dan 20 orang (87%) memiliki pengetahuan kurang. Untuk umur 17 tahun terdapat 7 orang (28%) berpengetahuan cukup dan 18 orang (72%) berpengetahuan kurang. Sementara itu responden yang memiliki umur 18 tahun semuanya memiliki tingkat pengetahuan kurang atau sebanyak 2 orang (100%).

Pada tabel 4.5 dilakukan uji Correlations untuk mengetahui hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan responden pada saat pre-test. Berdasarkan uji Correlations Pearson didapatkan r-hitung

sebesar 0,277 dengan α = 5% dan p value = 0,052. Dari hasil tersebut maka p value > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan pada pre-test.

Tingkat pengetahuan pada post-test yang didapatkan berdasarkan golongan umur adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Post-test Berdasarkan Umur Umur (Tahun) Tingkat Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %

16 21 91,3 2 8,7 0 0,0 23 100

17 24 96,0 1 4,0 0 0,0 25 100

18 2 100 0 0,0 0 0,0 2 100

Seperti yang terlihat pada tabel 4.6 bahwa 21 orang (91,3%) dari kelompok umur 16 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik dan 2 orang (8,7%) berpengetahuan cukup. Responden yang memiliki umur 17 tahun sebanyak 24 orang (96%) berpengetahuan baik dan hanya 1 orang (4%) saja pada kelompok ini yang berpengetahuan cukup. Kelompok responden yang berumur 18 tahun sebanyak 2 orang (100%) memiliki pengetahuan baik.

Data tabel 4.6 dilakukan uji Correlations Pearson untuk mengetahui pengaruh umur terhadap pengetahuan responden pada post-test. Berdasarkan uji statistika didapatkan r-hitung sebesar 0,270 dengan

α = 5% dan p value = 0,058. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara umur responden terhadap tingkat pengetahuan pada post-test, karena p value yang didapatkan lebih besar dari pada 0,05.

5.1.6.Distribusi Frekuensi Jawaban Pada Pre-test dan Post-test Beradasarkan Jenis Pertanyaan

Variabel pengetahuan dalam penelitian ini terdiri dari 14 pertanyaan. Berikut ini adalah distribusi nilai pre-test dan post-test berdasarkan jenis pertanyaan pada kuesioner.

Tabel. 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Pada Pre-test dan Post-test Beradasarkan Jenis Pertanyaan

No Pertanyaan

Frekuensi Responden Pre-test Post-test

n % n %

1 Definisi Kanker Payudara 7 14,0 44 88,0

2 Faktor Risiko: Penderita Kanker Payudara 26 52,0 47 94,0

3 Faktor risiko: Usia Menstrusi Pertama 6 12,0 45 90,0

4 Faktor Risiko: Usia Melahirkan Anak ke-1 8 16,0 43 86,0

5 Gejala Kanker Payudara 4 8,0 43 86,0

6 Tindakan Pencegahan 35 70,0 46 92,0

7 Cara Mendeteksi Dini 24 48,0 47 94,0

8 Definisi SADARI 22 44,0 48 96,0

9 Tujuan SADARI 38 76,0 48 96,0

10 Hari Melakukan SADARI 3 6,0 46 92,0

11 Pengulangan SADARI 39 78,0 48 96,0

12 Jumlah Tahapan SADARI 11 22,0 48 96,0

13 Tahapan SADARI 18 36,0 45 90,0

14 Tujuan Tahapan SADARI 41 80,0 48 96,0

Dilihat dari tabel 4.7 jumlah responden yang menjawab benar dari setiap pertanyaan mengalami peningkatan setelah dilakukannya penyuluhan (post-test). Untuk pertanyaan seputar kanker payudara misalnya pertanyaan nomor 1 tentang definisi kanker payudara yang dapat menjawab dengan benar pada pre-test hanya 7 orang (14%) sedangkan pada post-test yang dapat menjawab pertanyaan benar menjadi 44 orang (88%). Sementara itu untuk pertanyaan mengenai SADARI, pertanyaan nomor 12 tentang jumlah tahapan SADARI awalnya (pre-test) hanya dapat dijawab dengan benar oleh 11 orang

(22%) dan setelah dilakukan penyuluhan (post-test) terdapat 48 orang (96%) yang dapat menjawab dengan benar.

5.1.7.Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan

Data yang akan peneliti analisis adalah data hasil kuesioner tentang deteksi dini kanker payudara yang diisi responden. Analisis dilakukan pada data kuesioner yang diambil sebelum dilakukan penyuluhan ( pre-test) dan data kuesioner yang diambil setelah dilakukan penyuluhan (post-test). Dengan setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Pada data pre-test dan post-test dilakukan uji normalitas sebagai syarat uji parametrik dalam hal ini adalah uji-t berpasangan (Uji t dependen). Dari uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan data pre-test berdistribusi normal p value > 0,05. Pada data post-test ditemukan data tidak berdistribusi normal p value < 0,05, sehingga dilakukan usaha trasnformasi data, setelah dilakukan transformasi, hasil yang didapatkan data tetap tidak berdistribusi normal. Dengan demikian, untuk analisis data pengetahuan pre-test dan post-test dilakukan uji non-parametrik yaitu uji Wilcoxon.

Tabel. 4.8. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan

Variabel Mean Z P

Pengetahuan Pre-test 5,64 -6.170 .000

Post-test 12,92

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 4.8 didapatkan nilai rata-rata yang didapatkan sebelum dilakukan penyuluhan (pre-test) 5,64 dan setelah penyuluhan (post-test) 12,92 dengan nilai z-hitung sebesar -6,170 dengan α = 0,05 serta nilai probabilitas (p value) sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa p < 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai sebelum (

pre-test) dan sesudah (post-test) penyuluhan terhadap pengetahuan pelajar tentang deteksi dini kanker payudara.

5.2.Pembahasan

Penyuluhan kesehatan ditujukan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok agar hidup sehat salah satunya melalui edukasi (pendidikan) (Ali, 2010). Penyuluhan (pendidikan) kesehatan dapat dilakukan di sekolah, karena merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral, maupun intelektual. Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid utamanya untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif di dalam usaha-usaha kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Berbagai topik kesehatan dapat dijadikan bahan dalam penyuluhan kesehatan salah satunya adalah tentang deteksi dini kanker payudara, karena sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan (Ramli, Umbas, & Panigoro, 2002).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan khususnya pelajar SMAN 1 Bengkulu Selatan. Seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pelajar dari kelas XII, yang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 25 orang perempuan serta memiliki kisaran umur antara 16 tahun sampai 18 tahun.

Dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti dari 50 reponden yang mengikuti pre-test didapatkan 80% reponden memiliki tingkat pengetahuan kurang, namun setelah dilakukan penyuluhan (post-test) dari 50 orang 94% responden tingkat pengetahuannya menjadi baik. Menurut Maharani (2010), rendahnya tingkat pengetahuan responden pada pre-test berhubungan dengan tidak adanya kebiasaan responden mencari informasi tentang SADARI.

Jika dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, pada pre-test responden laki-laki lebih banyak memiliki pengetahuan kurang dibandingkan responden perempuan, walaupun tidak terdapat perbedaan yang cukup besar. Ini juga terlihat pada post-test, responden perempuan yang berpengetahuan baik sedikit lebih banyak dari pada responden laki-laki. Perbedaan tingkat pengetahuan ini dapat disebabkan oleh perbedaan minat dan pengalaman. Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu, sedangkan pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supradi, 2007). Akan tetapi berdasarkan uji statistik Chi-Square pada penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden terhadap tingkat pengetahuan pada pre-test maupun saat post-test.

Berdasarkan umur tingkat pengetahuan pada setiap kelompok berbeda-beda. Kelompok umur 18 tahun pada post-test 100% memiliki pengetahuan kategori baik. Hal ini berhubungan dengan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah umur, dengan bertambahnya umur perkembangan aspek psikologis taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa (Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supradi, 2007). Akan tetapi, saat dilakukannya pre-test semua responden kelompok umur 18 tahun memiliki pengetahuan kurang, sedangkan pada kelompok umur 17 tahun hanya 72%. Kekurang sesuaian antara teori yang ada pada pre-test disebabkan karena ketidakseimbangan jumlah responden pada setiap kelompok usia dan juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan. Dari uji Correlations Pearson, pada penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat pengetahuan saat pre-test maupun pada post-test.

Pada setiap butir pertanyaan kuesioner, setelah dilakukannya penyuluhan terdapat peningkatan pengetahuan pada tiap butir pertanyaan sebesar 17-86%. Pada pre-test terdapat beberapa pertanyaan seperti faktor risiko, pencegahan kanker payudara, tujuan SADARI dan pengulangan pelaksanaan SADARI

telah banyak dijawab benar oleh responden. Hal ini dipengaruhi oleh kesadaran dan penalaran yang baik oleh responden, sedangkan rendahnya kemampuan responden untuk menjawab benar pada pertanyaan lainnya saat pre-test disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh responden. Kurangnya pengetahuan tentang kanker payudara dan resiko kanker payudara dapat mengakibatkan tidak akuratnya persepsi tentang penyakit dan kurangnya pemanfaatan teknik deteksi dini (Puspitasari, 2012).

Berdasarkan hasil uji beda (Wilcoxon) didapatkan nilai z-hitung -6,170

dengan α = 0,05 dan p value sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini berarti ada beda yang signifikan antara sebelum dan sesudah penyuluhan terhadap pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan pada tahun 2015.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan. Pada pre-test dengan jumlah sampel 25 orang didapatkan 14 orang (56%) memiliki pengetahuan kurang baik, sedangkan pada post-test terdapat 25 orang (100%) berpengetahuan baik. Hail analisis menggunkan uji independent sample t-test diperoleh nilai t hitung -22,179, dengan nilai p = 0,00 (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan tentang SADARI efektif untuk meningkatkan pengetahuan pada kelompok perlakukan, berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan reponden dalam upaya deteksi dini kanker payudara (Maharani, 2010).

Penelitian serupa juga diselengarakan di SMA Negeri 1 Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun tentang efektivitas penyuluhan SADARI terhadap peningkatan pengetahuan remaja. Dari hasil uji statistik menggunakan paired samples t-test (t= -9,911) terlihat perbedaan mean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan tentang SADARI dengan taraf siginifikan 0.000 (p<0.05). Data ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan

sebelum dan sesudah di berikan penyuluhan tentang SADARI adalah diterima (Fadillah, 2009).

Dalam penelitian lain yang dilakukan pada siswi SMA Futuhiyyah Mranggen Kabupaten Demak, didapatkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 55 orang (100%), tetapi setelah penyuluhan 53 orang (96,4%) dikategorikan berpengetahuan baik. Berdasarkan hasil uji beda (Wilcoxon) diperoleh diperoleh z-hitung pengetahuan siswi tentang kanker payudara (sebelum dan sesudah penyuluhan) sebesar 6,456 dan diperoleh p-value (0,000) < 0,05 sehingga ada perbedaan pengetahuan tentang kanker payudara sebelum dan sesudah penyuluhan (Hidayati, Salawati, & Istiana, 2011).

Selain itu penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI terhadap pengetahuan remaja putri pernah dilakukan di SMK N 1 Karanganyar. Hasil yang didapatkan dari uji Wilxocon adalah p-value = 0,000. Hal ini menunjukan adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan remaja putri (Viviyawati, 2014).

Di MAN Mantingan juga telah dilakukan penelitian serupa mengenai pengaruh penyuluhan tentang SADARI terhadap pengetahuan siswi kelas 2. Terdapat 58 siswi yang menjadi responden dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata pre-test sebesar 47,45 dan nilai rata-rata post-test sebesar 70,55. Hasil uji paired t-test menunjukkan nilai p (0,000) <

α (0,05) maka artinya ada beda nilai pre-test dan post-test. Dengan demikian ada pengaruh penyuluhan tentang SADARI terhadap pengetahuan SADARI Rochmawati, & Murtiningsih, 2012).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan. Tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan berada dalam kategori kurang (80%), setelah dilakukan penyuluhan tingkat pengetahuan responden menjadi kategori baik (94%). Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara responden laki-laki dan perempuan, tetapi tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan. Pada setiap kelompok umur memiliki perbedaan tingkat pengetahuan, akan tetapi tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat pengetahuan. Dengan demikian penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara efektif dalam meningkatkan pengetahuan pelajar kelas XII mengenai deteksi dini kanker payudara.

6.2.Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal kepada pihak-pihak terkait yaitu dinas kesehatan setempat diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak sekolah untuk dapat aktif menyelenggarakan kegiatan penyuluhan yang berguna untuk mensosialisasikan masalah kesehatan terutama tentang kanker payudara. Bagi para pelajar dianjurkan untuk melakukan SADARI dan dapat saling berbagi informasi tentang deteksi dini kanker payudara kepada keluarga, teman, dan orang sekitar. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang pangaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar dengan jumlah sampel yang lebih besar dan cakup wilayah yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin, 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Awaliana, U.N., 2011. “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Ibu-Ibu di RW II Desa

Krikilan Masaran Sragen”. Eprints UNS. Available from: http://eprints.uns.ac.id/10141/1/193881511201104071.pdf. [Accesed 16 April 2015].

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesda s2012.PDF. [Accesed 24 March 2015].

Benita, R.N., 2012. “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji”. Eprints

UNDIP. Available from:

http://eprints.undip.ac.id/37650/1/Nydia_Rena_Benita_G2A008137_Lap._ KTI.pdf. [Accesed 23 March 2015].

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahlan, M. Sopiyudin, 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Desen, Wan (ed), 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.

Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara. Available from: http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/bukusaku_kanker.pdf. [Accesed 21 March 2015].

Dorland, W.A. Newman, 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28, trans. Mahode, et al. Jakarta: EGC.

Elk, Ronit & Morrow, Monica, 2003. Breast Cancer for Dummies. Canada: Wiley Publishing, Inc.

Fadillah, F., 2010. “Efektivitas Penyuluhan Sadari Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja tentang SADARI Di SMA Negeri I Kecamatan

Sidamanik Kabupaten Simalungun”. Repository USU. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17155. [Accesed 18 September 2015].

Hidayati, A., Salawati, T., & Istiana, S., 2011. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah dan Demonstrasi Dalam Meningkatkan Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan Ketrampilan Praktik Sadari

(Studi Pada Siswi SMA Futuhiyyah Mranggen Kabupaten Demak)”. Jurnal

UNIMUS. Available from:

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/download/551/601. [Accesed 18 September 2015].

Internasional Agency for Research on Cancer, 2012. All Cancers (excluding non-melanoma skin cancer) Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012. Available from: http://globocan.iarc.fr/old/FactSheets/cancers/all-new.asp. [Accesed 24 March 2015].

Internasional Agency for Research on Cancer, 2012. Breast Cancer Estimated Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012. Available from: http://globocan.iarc.fr/old/FactSheets/cancers/breast-new.asp. [Accesed 24 March 2015].

Internasional Agency for Research on Cancer, 2012. World. Available from: http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx. [Accesed 25 March 2015].

Library University of Wastern Australia, 2014. Harvard Citation Style. Available from: http://guides.is.uwa.edu.au/content.php?pid=43218&sid=318559. [Accesed 10 April 2015].

Maharani, Riri, 2010. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang SADARI Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan Tahun 2010”. Repository USU. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23566. [Accesed 4 May 2015]. Manuaba, T.W., 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid PARABOI 2010.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/Menkes/SK/VII/2010. Available from: http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796 %20ttg%20Kanker%20Rahim.pdf. [Accesed 21 March 2015].

Mubarak, W.I., Chayatin, N., Rozikin, K. & Supradi, 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Netter, Frank.H., 2011. Atlas of Human Anatomy 5 Edition. USA: Saunders Elsevier.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Permatasari, D., 2013. “Efektivitas Penyuluhan SADARI Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Negeri 2 di Kecamatan Pontianak Barat Tahun

Dokumen terkait