• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1.1. Masyarakat Pengguna Twitter di Surabaya

Penelitian dengan judul “

Persepsi Masyarakat Pengguna Twitter di Surabaya Terhadap FPI Pasca Status adit_FPI dalam Situs Jejaring Sosial Twitter“ ini dilakukan di kota Surabaya. Kota Surabaya sendiri termasuk kota metropolitan, dan juga kota besar kedua di Indonesia setelah kota Jakarta. Sehingga pola hidup modernisasi di segala aspek juga telah berkembang pesat di Surabaya. Salah satunya adalah teknologi internet, dimana terdapat berbagai fasilitas media online yang bersifat jejaring sosial atau lebih familiar disebut social network. Ada berbagai macam jenis social network yang tengah booming di kalangan masyarakat Surabaya, di antaranya berupa obrolan (chat) dan situs (web).

Twitter merupakan salah satu situs jejaring sosial yang sedang eksis di kalangan masyarakat Surabaya kini. Hampir sebagian besar masyarakat Surabaya sudah tergabung menjadi user akun Twitter

terhitung mulai satu tahun belakangan sehingga situs tersebut tidak lagi asing bagi sebagian besar masyarakat Surabaya masa kini. Seiring berjalannya waktu, Twitter tidak hanya berfungsi sebagai wadah apresiasi seseorang atau suatu pihak untuk mengekspresikan dirinya dalam wujud kata-kata saja namun belakangan Twitter juga dimanfaatkan untuk beberapa hal lainnya antara lain untuk kepentingan promosi suatu produk atau jasa, untuk berbagi kata-kata bijak sebagai suatu motivasi tersendiri, dan juga untuk berbagi berita-berita yang ter-uptodate dari berbagai portal berita online, semuanya dapat mereka tuangkan berupa tweets yang notabene lebih simple dalam penyampaiannya namun tetap lugas. Di samping itu penggunaan situs jejaris sosial twitter ini dinilai lebih sederhana dan lebih praktis sehingga memudahkan para new-user untuk mengaktifkan dan menggunakan twitter tersebut. Oleh sebab itu, masyarakat Surabaya masa kini lebih memilih situs jejaring sosial twitter sebagai media berinteraksi dengan pengguna twitter satu sama lain.

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa masyarakat Surabaya masa kini menganggap bahwa twitter merupakan wadah berkomunikasi online yang menguntungkan dalam beragam hal dalam aspek kehidupan, baik itu bersifat personal ataupun general atau menyeluruh sehingga masyarakat twitter di kota tercinta ini juga semakin meningkat dari waktu ke waktu.

4.1.1.2.Status Adit FPI di Twitter

Adapun isi status Adit FPI di twitter antara lain sebagai berikut :  “@adit_FPI: KIRA2 YESUS BISA NGACENG GA YA KL LIAT

LUNA MAYA TELANJANG HAHAHA,,,,GOSIPNYA SICH YESUS BISEKS."

 “@adit_FPI: APA DASAR ORANG KRISTEN MENYEMBAH YESUS TOLOL(MIRIP NABI ISA),,,,”

 “@adit_FPI: ENAK BGT JD ORANG KRISTEN ABIS ML TINGGAL PENGAMPUNAN DOSA,,,TRUS DOSA HILANG,,,DSR AGAMA TOLOLLL”

4.1.2. Penyajian Data

Penelitian ini dilakukan selama 4 ( empat ) bulan, di kota Surabaya. Sebagaimana yang peneliti jelaskan sebelumnya, bahwa subjek penelitian yang dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan karena analisi yang digunakan adalah kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan bagaimana persepsi masyarakat pengguna Twitter di Surabaya terhadap FPI pasca status yang ditulis oleh sebuah akun twitter atas nama “adit_FPI” yang mengandung unsur penodaan agama tersebut. Data diperoleh dengan melakukan observasi ( pengamatan ) dan in depth interview (

wawancara mendalam ) terhadap beberapa masyarakat pengguna Twitter di Surabaya yang telah ditentukan sebagai informan oleh peneliti, dengan latar belakang yang berbeda – beda.

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak – banyaknya dari para informan, sedangkan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan juga perkembangan situasi yang diteliti.

Data yang diperoleh tersebut kemudian akan disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif, sehingga akan didapatkan gambatan, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang diangkat.

4.1.3. Identitas Informan

Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan informan adalah masyarakat Surabaya pengguna Twitter aktif dimana kriterianya telah ditentukan oleh penulis. Kriteria informan yang ditentukan antara lain informan yang seorang user twitter aktif tersebut mewakili agama muslim dan agama non-muslim yang meliputi profesi ustadzah, asisten dosen dan mahasiswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi objek sosial dari masyarakat pengguna Twitter di Surabaya terhadap

status yang ditulis oleh sebuah akun twitter atas nama “adit_FPI” yang mengandung unsur penodaan agama tersebut.

Setiap informan pasti memiliki latar belakang, pengalaman, pendapat, dan informasi yang akan diperlukan peneliti dalam menyusun penelitian ini.

Berikut ini peneliti mencantumkan tabel dari informan – informan yang telah diwawancarai :

Tabel Identitas Informan

Informan Usia Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Informan 1 45 tahun

Wanita Islam Uztadzah

Informan 2

21 tahun

Wanita Islam Mahasiswi

Informan 3 24 tahun Laki - Laki Kristen Asisten Dosen

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa informan – informan dengan latar belakang yang berbeda satu dengan yang lainnya akan menghasilkan jawaban – jawaban yang beraneka ragam, tergantung pada tingkat pengetahuan, latar belakang, pengalaman, dan juga kebiasaan.

4.2. Analisis Data

4.2.1. Persepsi Masyarakat Pengguna Twitter di Surabaya

Terhadap Status Adit FPI

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa pada

dasarnya persepsi masyarakat twiter di Surabaya terhadap status twitter Adit FPI dapat diketahui melalui pertanyaan – pertanyaan berikut ini : 1. Bagaimana tanggapan anda setelah membaca tweet si Adit FPI yang

heboh dipergunjingkan di twitter?

2. Apakah menurut anda sosok Adit FPI adalah anggota FPI asli? 3. Menurut anda organisasi FPI itu seperti apa?

4. Bagaimana persepsi anda terhadap fenomena kasus Adit FPI di twitter tersebut?

Masing – masing informan memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lain. Adapun latar belakang pengalaman tersebut pada dasarnya menyebabkan munculnya persepsi terhadap FPI pasca status twitter Adit FPI yang berbeda – beda

pula. Itu semua terjadi karena memang ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya persepsi pada seorang individu, diantaranya adalah latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang yang lainnya, antara budaya yang berbeda, dan juga suasana psikologis yang berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan persepsi seseorang dalam mempersepsi objek tertentu.

Di samping itu penulis juga melakukan observasi dalam situs jejaring sosial twitter untuk memastikan keabsahan keberadaan akun twitter Adit FPI tersebut, penulis mengajukan pertanyaan kepada akun resmi pihak FPI yang berjudul “FPI_online” apakah seseorang yang ada di balik akun twitter Adit FPI tersebut, sang administrator dari akun FPI_online menyatakan bahwa identitas Adit FPI tidak terdaftar sebagai anggota resmi dari ormas Islam FPI tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan tersebut, menunjukkan bahwa persepsi yang diberikan oleh informan terhadap status twitter Adit FPI dapat disimpulkan cenderung negatif yang disampaikan dengan berbagai pendapat antara informan satu dengan yang lain. Dari hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan juga bahwa fenomena ini memperburuk pencitraan masyarakat terhadap agama Islam dan juga FPI sendiri. Hal ini terjadi karena mereka menganggap sebelum kemunculan fenomena status twitter Adit FPI ini FPI juga sudah

menjadi pro dan kontra tersendiri di kalangan masyarakat twitter di Surabaya.

Dari semua keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa di Surabaya yang mayoritas penduduknya beragama muslim, mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap status twitter Adit FPI. Berikut adalah hasil wawancara dengan para informan :

Informan 1 :

“Saya shock pas pertama kali baca status-statusnya karena kata-katanya itu lho benar-benar kayak orang tidak berpendidikan. Saya heran, kenapa orang itu sebegitu bejatnya sampai berani berkata-kata kotor menyangkut SARA di twitter. Itu berarti dia orang yang memang mau mengadudomba antara agama satu dengan agama lain”

( Interview : Jumat, 3 Desember 2010, pukul 11.30 WIB )

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, peneliti mendapatkan informasi bahwa informan menyatakan terkejut saat membaca status twitter Adit FPI dan ia beranggapan bahwa si pemilik akun Adit FPI tersebut hanya ingin mengadudomba antara agama satu dengan agama lain. Dalam proses wawancara ini, informan tersebut memberi jawaban spontan dengan mimik serius.

Informan 2

“Saya miris banget kalau baca tweet-tweetnya si Adit FPI, habisnya isinya itu omong kasar semua, gak ada baik-baiknya. Masa iya orang Islam begitu ngomongnya di twitter. Bikin rusuh aja.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2, peneliti mendapat informasi bahwa informan menyatakan merasa miris saat membaca status twitter Adit FPI karena sebelumnya ia belum pernah membaca status di situs jejaring sosial yang semata-mata menghina agama lain dan merasa heran seorang umat beragama berkata-kata kotor seperti itu. Dalam proses wawancara ini, informan tersebut memberi jawaban dengan serius tapi santai.

Informan 3

“Saya masih ga percaya aja ada orang sebejat itu. Otaknya ga dipake kayaknya. Omongannya malu-maluin agamanya sendiri deh”

( Interview : Selasa, 11 Januari 2011, pukul 13.00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3, peneliti mendapat informasi bahwa status twitter Adit FPI justru mempermalukan agama yang dianutnya sebagaimana dia mengaku-aku sebagai seorang anggota Front Pembela Islam. Pada kesempatan wawancara ini informan memberi jawaban dengan sikap serius tapi santai.

Dari hasil wawancara diatas, peneliti sudah mendapatkan beberapa informasi yang berbeda antara Informan 1, Informan 2 dan Informan 3.

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan berikutnya, yaitu apakah menurut mereka sosok Adit FPI merupakan anggota FPI asli, informan-informan memberikan jawaban yang notabene sama. Berikut hasil wawancara dengan ketiga informan :

Informan 1 :

“Kalau saya sih ga yakin. Menurut saya statusnya terkesan hanya untuk menyebarkan fitnah SARA saja dengan membawa-bawa nama FPI. Tapi ya tetap aja dia malu-maluin FPI.”

( Interview : Jumat, 3 Desember 2010, pukul 11.30 WIB )

Informan 2

“Aku ga yakin juga sih.. tapi statusnya itu lho kejem banget ya sampe menghujat Yesus gitu.”

( Interview : Minggu, 19 Desember 2010, pukul 14.00 WIB )

Informan 3

“Saya tidak yakin, tapi siapapun dia yang pasti hatinya busuk sekali. Bahkan mungkin melebihi anggota FPI yang asli.”

( Interview : Selasa, 11 Januari 2011, pukul 13.00 WIB )

Dalam proses wawancara peneliti menyampaikan pertanyaan selanjutnya yaitu menurut informan organisasi FPI itu seperti apa, berikut hasil wawancara kepada ketiga informain :

Informan 1 :

“Menurut saya, FPI itu satu-satunya organisasi keagamaan Islam yang konsisten berpegang teguh pada kaidah-kaidah ajaran agama Islam dan

setau saya FPI itu ormas Islam yang straight, dalam artian mereka bertindak dengan perbuatan yang nyata bukan dengan perkataan yang bersifat fitnah apalagi di twitter seperti itu.”

( Interview : Jumat, 3 Desember 2010, pukul 11.30 WIB )

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, peneliti mendapatkan informasi bahwa menurut informan FPI merupakan ormas Islam yang konsistem berpegang pada kaidah-kaidah ajaran agama Islam, mereka bertindak dengan perbuatan yang nyata bukan dengan perkataan yang bersifat fitnah. Dalam wawancara ini, informan tersebut memberi jawaban serius.

Informan 2

“Menurut aku FPI tuh organisasi Islam garis keras terbesar di Indonesia karena kayaknya emang berkembang luas ke seluruh daerah di tiap kota di Indonesia.”

( Interview : Minggu, 19 Desember 2010, pukul 14.00 WIB )

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2, peneliti mendapat informasi bahwa menurut informan FPI adalah organisasi Islam garis keras terbesar di Indonesia karena sudah berkembang luas ke seluruh daerah di tiap kota di Indonesia. Dalam proses wawancara ini, informan tersebut memberi jawaban dengan santai.

Informan 3

“FPI sepertinya organisasi masyarakat yang justru meresahkan masyarakat karena tindakannya sudah berlebihan bahkan bisa dibilang keterlaluan sekali.”

( Interview : Selasa, 11 Januari 2011, pukul 13.00 WIB )

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3, peneliti mendapat informasi bahwa FPI sepertinya organisasi masyarakat yang justru meresahkan masyarakat karena tindakanya sudah berlebihan. Pada kesempatan wawancara ini, informan tersebut memberi jawaban tegas dan serius, dengan nada yang sedikit menggebu-gebu

Perbedaan jawaban tersebut, diketahui dari jawaban ketiga informan. Dari jawaban – jawaban yang diperoleh peneliti, melalui wawancara ini peneliti ingin mendapatkan informasi tentang bagaimana persepsi anda terhadap fenomena kasus Adit FPI di twitter tersebut. Berikut adalah hasil wawancara dengan para informan :

Informan 1 :

“Menurut saya dia sengaja menulis status seperti itu dengan tujuan mengadu-domba antara agama Islam dengan Nasrani, karena di tweetnya dia sering membahas dan menyebut tuhan-nya umat Nasrani yaitu Yesus.”

( Interview : Jumat, 3 Desember 2010, pukul 11.30 WIB )

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, peneliti mendapatkan informasi bahwa informan mempersepsikan sosok Adit FPI sengaja menulis status seperti itu bertujuan untuk mengadudomba antara agama Islam dengan Nasrani. Dalam proses wawancara ini,

informan tersebut memberi jawaban lugas sambil sesekali tersenyum ramah.

Informan 2

“Menurutku FPI itu memang suka bertindak ekstrim dan statusnya si Adit FPI ini malah bikin orang makin ngeri dan gak simpatik sama FPI. Padahal selama ini udah banyak orang menganggap FPI itu buruk, dengan adanya kasus ini bisa jadi bakal lebih buruk lagi citra FPI di mata orang banyak.”

( Interview : Minggu, 19 Desember 2010, pukul 14.00 WIB )

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2, peneliti mendapat informasi bahwa menurut informan status twitter Adit FPI membuat masyarakat semakin tidak simpatik terhadap FPI. Hal ini dikarenakan pandangannya terhadap FPI sebelumnya buruk dan dengan adanya fenomena ini menurutnya dapat memperburuk citra FPI di masyarakat. Dalam proses wawancara ini, informan tersebut memberi jawaban dengan santai.

Informan 3

“Keberadaan FPI sudah meresahkan masyarakat khususnya umat beragama lain dan status Adit FPI sudah menodai agama lain yang mana itu sudah termasuk tindakan melanggar hukum di Indonesia. Jelas-jelas di UU tertulis bahwa kita bebas menganut ajaran dan beribadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3, peneliti mendapat informasi bahwa status twitter Adit FPI termasuk tindakan melanggar hukum di Indonesia karena sudah menghujat dan menodai agama lain karena dalam Undang-Undang Dasar telah tertulis bahwa kita berhak memeluk agama sesuai kepercayaan masing-masing serta beribadah menurut agama yang dianutnya. Pada kesempatan wawancara ini, informan tersebut memberi jawaban tegas dan serius, dengan nada yang sedikit menggebu-gebu.

Perbedaan jawaban yang diberikan oleh para informan diakibatkan oleh perbedaan pengalaman yang pernah dialami oleh para informan. Hal ini juga dipengaruhi adanya perbedaan cara berpikir dan sudur pandang masing-masing informan. Dan ketika peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan saat melakukan wawancara, ketiga informan memberikan jawaban yang sama namun dengan sudut pandang dan alasan yang berbeda satu sama lain. Secara garis besarnya, para informan menyatakan bahwa fenomena status Adit FPI di twitter sangat mempengaruhi persepsi masyarakat twitter terhadap FPI.

Beragamnya persepsi pada setiap individu ini bisa saja terjadi seperti pendapat Ujang ( 2000 : 112 ), bahwa : persepsi adalah bagaimana cara kita memandang dunia sekitar kita. Karena cara atau

proses tersebut berbeda untuk tiap individu sesuai keinginan, nilai – nilai, serta harapan masing – masing individu, maka persepsi mengenai suatu hal tersebut tentunya berbeda untuk setiap individu. Selanjunya, masing – masing individu akan cenderung bertindak dan beraksi berdasarkan persepsinya masing – masing.

Suatu dorongan yang sama tidak selalu menimbulkan tindakan – tindakan yang sama pula, hal ini disebabkan oleh tanggapan ( persepsi ) yang berbeda bagi masing – masing individu. Persepsi mampu membedakan tindakan masing – masing individu dalam proses pemuasan kebutuhan.

Persepsi menjembatani seseorang dalam membuktikan suatu kenyataan. Oleh karena itu, seseorang harus bisa memilih dengan teliti busana yang pantas dan sesuai dengan jati diri mereka, karena penampilan dapat membentuk identitas kita dan juga dapat menimbulkan persepsi dari orang lain yang melihatnya.Persepsi dapat juga disimpulkan sebagai proses kognitif yang menyangkut peneriman stimulus, mengorganisir, dan mentafsirkan masukan untuk menciptakan bentuk yang bermakna nyata.

Seseorang mempunyai persepsi yang berbeda – beda terhadap objek rangsangan yang sama karena adanya tiga proses yang berkenaan dengan persepsi yaitu penerimaan sumber rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara selektif yang mengingat sesuatu yang selektif.

Menurut Desiderato, persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah pemberian makna kepada stimulus indrawi ( sensori stimuli ). Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan juga memori. ( Rakhmat, 2003 : 51 ).

Menurut William J. Stanton, persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertahkan berdasarkan pada masa lalu, stimuli rangsangan yang kita terima berdasarkan lima indera.

Sedangkan menurut Bilson Simamora ( 2002 : 102 ), persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses menyeleksi, mengorganisasikan, dan juga menginterpretasikan stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa diartikan sebagai inti dari komunikasi itu sendiri, sedangkan penafsiran ( interpretasi ) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian ( decoding ) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak pada definisi dari John R. Wenburg dan juga William W. Wilmor yang mengatakan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna atau menutut Rudolf F. Vverderbor, bahwa persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi. ( Mulyana, 2001 : 107 )

Penilaian masyarakat terhadap sebuah pesan tertentu dapat bersifat positif dan juga negatif. Semuanya tergantung dari individu atau masyarakat dalam mempersepsikan pesan yang disampaikan, dibandingkan dengan harapan masyarakat yang seharusnya mereka terima. Jika dalam kenyataan sama dengan yang diharapkan, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang positif terhadap pesan tersebut, tetapi bila ternyata pesan yang diterima tidak sesuai dengan harapan masyarakat, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang negatif terhadap pesan tersebut. 

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk sebuah persepsi, masyarakat melakukan proses memilih, mengorganisasikan, dan juga menginterpretasikannya sebagai stimuli yang diterimanya mengenai suatu hal, yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat, maupun tanggapan mengenai hal tersebut.

Begitu pula dalam penelitian ini, pada saat melakukan wawancara, peneliti berusaha mendapatkan jawaban – jawaban sebanyak mungkin. Dan selain jawaban – jawaban dari para informan, peneliti juga berusaha menangkap pesan non verbal dari para informan pada saat mereka menjawab pertanyaan – pertanyaan dari peneliti selama proses wawancara berjalan. Di antara ketiga informan, masing-masing mempunyai persepsi yang sama tentang pertanyaan –

pertanyaan yang diberikan peneliti, tetapi mereka semua mempunyai alasan yang berbeda satu dengan yang lain.

Pada saat wawancara, peneliti juga memperhatikan bagaimana sikap para informan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diberikan peneliti, dan ternyata mereka memberi jawaban dengan sungguh – sungguh dan juga ramah pada peneliti, walaupun dalam kondisi santai dan terkadang mengeluarkan kata – kata dengan nada bercanda. Di samping itu ada pula informan yang terlihat sangat menggebu-gebu dan emosional dalam menyampaikan pernyataannya menanggapi pertanyaan dari peneliti, akan tetapi apa yang ia sampaikan kepada peneliti bisa menghasilkan jawaban-jawaban yang memuaskan bagi peneliti, sehingga komunikasi dua arah dalam wawancara ini berlangsung dengan baik dan berkualitas.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

dapat diketahui bahwa Informan 1 mempersepsikan fenomena status twitter Adit FPI hanya ingin mengadudomba antar agama yang diperbuat oleh seseorang di balik akun twitter Adit FPI tersebut dengan membuat fenomena penodaan agama. Sedangkan berdasar hasil wawancara terhadap Informan 2 dan Informan 3, mereka mempersepsikan fenomena status twitter Adit FPI ingin memperburuk citra agama Islam di mata masyarakat dengan menyangkutpautkan FPI secara tidak langsung.

Dan dari hasil kegiatan wawancara tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masyarakat twitter Surabaya mempersepsikan status twitter Adit FPI bertendensi untuk mengadudomba antar umat

beragama dengan menyebar fitnah SARA melalui situs jejaring sosial twitter. Di samping itu masyarakat juga mempersepsikan status twitter Adit FPI ingin memperburuk citra agama Islam dengan melakukan kebohongan publik yang mengaku-aku sebagai salah satu anggota FPI.

b. Saran

Banyak pihak yang terpancing emosi saat pertama kali membaca status dari Adit FPI ataupun semacamnya maka dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi para pengguna twitter atau situs jejaring sosial lainnya agar dapat lebih bisa berpikir positif dalam menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi di suatu media situs jejaring sosial manapun. Sama halnya terhadap fenomena penodaan agama yang dilakukan oleh sebuah akun twitter Adit FPI yang terjadi beberapa bulan silam.

Hal ini dikarenakan suatu profil seseorang dalam situs jejaring sosial tidak bisa dipastikan keabsahan identitasnya, apakah itu nyata ataukah itu fiktif belaka karena di dalam suatu media online seperti suatu situs jejaring sosial tidak memerlukan pembuktian keaslian identitas seseorang karena pada dasarnya semua hanya bersifat “just for fun” atau hanya mencari kesenangan semata di dalam dunia maya.

62   

Maka dari itu, kita sebagai makhluk sosial yang akan selalu berinteraksi antar individu satu sama lain sebaiknya mampu bersikap lebih bijaksana dan berpikir rasional dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya dalam kehidupan bermasyarakat di dunia maya dengan menggunakan suatu situs jejaring sosial dan pergunakanlah wadah situs jejaring sosial seefektif mungkin sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan, Dr. S.Sos.,MS.i, 2001. “ Metodologi Penelitian Sosal “, Surabaya : Airlangga University Press.

Krisyantono, Rachmad, 2006. “ Riset Komunikasi “, Jakarta : Kencana Pranada Media Group

Mulyana, Dedi, M.A., Ph. D, 2001. “ Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar “, Bandung :

Dokumen terkait