• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Organisasi

Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia adalah LSM nasional yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Fokus organisasi Yayasan IAR Indonesia yakni kepada kegiatan konservasi dan kesejahteraan satwa, yang meliputi berbagai program seperti penyelamatan, rehabilitasi, pelepasliaran, pendidikan dan penyadartahuan masyarakat, serta program lainnya. Semenjak diresmikan pada tahun 2005 hingga saat ini, Yayasan IAR Indonesia telah menyelamatkan lebih dari 200 ekor satwa primata yang merupakan mata rantai penunjang ekosistem hutan, serta ratusan ekor satwa liar ataupun satwa domestik lainnya.

Pendirian Yayasan IAR Indonesia dilatarbelakangi oleh perkembangan LSM Proanimalia Indonesia yang membentuk komitmen bersama dengan LSM berskala internasional, International Animal Rescue (IAR). Komitmen bersama dilakukan atas dasar kesadaran akan adanya kesamaan visi keduanya. ProAnimalia Indonesia kemudian bertransformasi menjadi Yayasan IAR Indonesia pada tahun 2005, dan sekaligus menempatkan Yayasan IAR Indonesia sebagai sister organizationdari LSM IAR Internasional. Sister organizationadalah jalinan organisasi nirlaba yang memiliki kesamaan visi dan komitmen untuk saling mendukung, baik dalam hal pendanaan, manajemen, operasional, maupun bentuk dukungan lainnya. Yayasan IAR Indonesia didaftarkan sebagai badan hukum pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 9 Juni 2008 dengan nama Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) atau lebih dikenal dengan nama Yayasan IAR Indonesia.

Yayasan IAR Indonesia mendapatkan hibah sebidang tanah dari anggota masyarakat yang peduli,pada tahun 2006, kemudian mulai membangun fasilitas penyelamatan satwa di atas tanah tersebut. Saat ini, fasilitas yang dibangun dimanfaatkan Yayasan IAR Indonesia sebagai

kantor pusat sekaligus Pusat Rehabilitasi Satwa Ciapus. Pada tahun 2009, Yayasan IAR Indonesia menyadari kebutuhan untuk membuka Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Orangutan Ketapang, sehingga pada tahun tersebut Yayasan IAR Indonesia membeli lahan dan mulai melakukan pembangunan infrastruktur di Sei Angin, Ketapang, Kalimantan Timur. Hingga infrastruktur selesai dibangun pada awaltahun 2013, Yayasan IAR Indonesia menyewa sebuah lokasi untuk menjalankan operasional kegiatan di Ketapang.

4.1.2. Visi dan Misi

Yayasan IAR Indonesiamempunyai visi melestarikan satwa liar dan habitatnyauntuk meningkatkan pelayanan lingkungan bagi kesejahteraan manusia, menciptakan lingkungan dimana orang dapat hidup harmonis dengan satwa,serta mewujudkan kesejahteraan satwa. Misi Yayasan IAR Indonesiayang ditetapkan untuk mewujudkan visitersebut adalah membantu meningkatkan kesejahteraan satwa dengan cara meningkatkan kesadaran dan pengetahuan berbagai pihak mengenai pelestarian dan konservasi satwa serta alam secara menyeluruh dengan mengadakan program insitu dan eksitu, penyadartahuan secara kolektif dan penelitian.

4.1.3. Program Umum

Yayasan IAR Indonesia merancang program kerja yang dilaksanakan dibeberapa lokasi kegiatan. Secara umum, program kerja tersebut terdiri dari :

a. Penyelamatan satwa

Aktifitas penyelamatan satwa bersifat insidental atau tergantung kepada situasi yang terjadi di lapangan.Kegiatan penyelamatan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk evakuasi satwa ke pusat penyelamatan, translokasi, dankonviskasi. Translokasi adalah pemindahan satwa ke lokasi lainnya tanpa melewati proses rehabilitasi. Translokasi dilakukan terhadap satwa yang masih menunjukkan perilaku liar dan masih dianggap mampu untuk bertahan hidup di alam,

sedangkan konviskasi adalah kegiatan penyitaan satwa dari pemilik akibat pelanggaran terhadap peraturan mengenai satwa dilindungi. Kegiatan ini dijalankan dengan mitraBalai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.

b. Rehabilitasi satwa dan suaka

Satwa hasil konviskasi, penyerahan langsung secara sukarela oleh masyarakat, atau satwa yang dipindahkan dari lokasi penyelamatan satwa lainnya akan melalui proses rehabilitasi di dalam fasilitas Pusat Rehabilitasi Satwa IAR. Proses rehabilitasi tersebut dilakukan hingga satwa dianggap mampu untuk dikembalikan ke habitat alaminya, sementara satwa yang tidak dapat dikembalikan ke alam dengan alasan kecacatan ataupun mengidap penyakit tertentu akan berada dalam perawatan di fasilitassanctuary (suaka).

c. Pelepasliaran satwa

Satwa yang sudah melalui proses rehabilitasi, selanjutnya akan dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya. Rangkaian kegiatan pelepasliaran dimulai dengan melakukan kajian terhadap potensi habitat dengan memperhatikan daya dukung, kebutuhan pakan, satwa kompetitor, serta keamanan habitat terhadap satwa yang akan dilepasliarkan, sesuai dengan protokol dan petunjuk teknis dari IUCN. Satwa pasca pelepasliaran selanjutnya akan dimonitoring melalui radio collar untuk mendeteksi dan memetakan pergerakan, melihat perilaku dan kemampuan bersosialisasi serta daya survivalnya, dan pemetaan jalur jelajah satwa yang diliarkan tersebut.

d. Mitigasi konflik satwa primata dan manusia

Yayasan IAR Indonesia membantu pemerintah dalam penanganan atau mitigasi konflik antara satwa dengan manusia, terutama satwa primata, seperti orangutan dan monyet. Program mitigasi konflik monyet dilakukan oleh Pusat Rehabilitasi Satwa IAR Ciapus, sementara program mitigasi konflik orangutan menjadi tanggungjawab yang dijalankan oleh Tim Rescue Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Orangutan IAR Ketapang. Pelaksanaan program ini

bekerjasama dengan BKSDA setempat atau lembaga pemerintah lain yang terkait.

e. Domestic Animal Rescue Mission (DARM)

Pada tahun 2010 Yayasan IAR Indonesia mengembangkan suatu proyek yang disebut DARM.Kegiatan iniditujukan bagi masyarakat lokal di sekitar wilayah konservasi dengan memberikan vaksinasi serta pertolongan medis bagi satwadi wilayah tersebut. Pemberian vaksin dan pertolongan medis bagi satwa peliharaan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan satwa dan mengurangi kemungkinan penularan penyakit dari satwa ke pemiliknya.

f. Pendidikan lingkungan hidup

Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu hal penting yang mendukung upaya penyelamatan dan perlindungan serta konservasi satwa liar Indonesia. Program pendidikan lingkungan hidup dapat berupa kunjungan ke sekolah dan universitas, mengadakan seminar nasional, membentuk forum diskusi, menyebarluaskan informasi melalui media massa, serta dengan mengikuti pameran lingkungan yang diadakan oleh mitra kerja IAR Indonesia. Sasaran peserta dalam kegiatan disesuaikan dengan jenis program yang dilakukan, seperti institusi pendidikan, lembaga pemerintah, LSM lain, serta media massa.

g. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ilmu pengetahuan yang dilakukan di Yayasan IAR Indonesia pada umumnya berasal dari bidang ilmu biologi, konservasi sumber daya hutan, dan kedokteran hewan. Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama antara Yayasan IAR Indonesia dengan pihak universitas, baik yang berada di dalam, maupun di luar negeri. Setiap penelitian yang berasal dari institusi asing akan didampingi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)yang memegang wewenang sebagai Scientific Authorityuntuk memberikan dasar pertimbangan kajian ilmiah dalam pengembangan penelitian dan ilmu pengetahuan tersebut.

h. Dukungan penegakan hukum

Bentuk dukungan terhadap penegakan hukum dilakukan melalui penyelidikan terhadap perburuan satwa liar, monitoring perdagangan satwa ilegal,serta capacity building bagi para polisi hutan. Hasil dari penyelidikan terhadap perburuan satwa liar, dan monitoring perdagangan satwa ilegal kemudian diinformasikan kepada pihak penegak hukum untuk ditindaklanjuti, sementara capacity building

bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dari aparat penegakhukum yang terkait.

4.1.4. Sumber Daya Manusia

Struktur organisasi Yayasan IAR Indonesia terdiri dari Badan Pembina, Badan Pengawas, dan Badan Pengurus. Fungsi badan pembina dipegang oleh para pendiri Yayasan IAR Indonesia, sementara badan pengawas dijalankan oleh perwakilan IAR Internasional. Badan pengawas mempunyai kewenangan untuk memberikan masukan, dan pengawasan kepada pengurus. Badan pengurus terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara Yayasan yang dalam kesehariannya juga menempati posisi dewan direksi. Dewan direksi Yayasan IAR Indonesia terdiri dari Direktur Eksekutif, Direktur Pengembangan dan Direktur Keuangan.

Sumber daya manusia yang dimiliki Yayasan IAR Indonesia saat ini berjumlah 91 orang, terdiri dari manajer dan staf, serta dibagi pada dua tempat, yaitu 52 orang pada Pusat Rehabilitas Satwa IAR Ciapus dan 39 orang pada Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Orangutan Ketapang.

4.1.5. Kemitraan

Kegiatan penyelamatan, perlindungan, konservasi dan rehabilitasi satwa liar oleh Yayasan IAR Indonesia didukung oleh institusi pemerintah yang menjalankan fungsi sebagai otoritas pengelola (Management Authority), yaitu BKSDA dan Taman Nasional, serta institusi lain, baik di tingkat pusat, maupun daerah. Institusi yang telah memiliki jalinan kerjasama dengan Yayasan IAR Indonesia, antara lain:

a. Kementerian Kehutanan RI, khususnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dan Unit

Pelaksana Teknis (BKSDA dan Taman Nasional).

b. Kepolisian Republik Indonesia, khususnya di tingkat Polda, Polres dan Polsek.

c. Pemerintah Daerah.

d. Kelompok masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.

e. Lembaga konservasi yang memiliki visi dan misi yang sama.

f. Jaringan kerja wartawan lingkungan, seperti Aliansi Jurnalis Independen dan Pewarta Foto Indonesia.

g. LIPI.

h. Eijkman Institute.

i. Universitas dalam negeri. j. Universitas luar negeri.

k. Perusahaan swasta, terutama perusahaan dengan lokasi yang berbatasan dengan areal pelepasliaran.

Dokumen terkait