• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum penelitian yang dilihat dari gambaran umum Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor yang merupakan kawasan agropolitan zona satu dilihat dari kondisi kependudukan dan kondisi geografisnya. Selanjutnya dijelaskan pula gambaran umum Desa Karacak yang merupakan wilayah pengambilan responden dan juga sebagai pusat budidaya pertanian komoditi unggulan kawasan agropolitan dimana program agropolitan di Kabupaten Bogor berpusat. Gambaran umum desa berisi tentang penjelasan keadaan wilayah, kondisi demografi, potensi wilayah, kondisi agroekosistem, aksesibilitas ke ibukota kecamatan maupun kabupaten dan kondisi kelembagaan.

Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang

Kecamatan Leuwiliang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor, berjarak sekitar 22 km dari Kota Bogor. Luas wilayah Kecamatan Leuwiliang adalah 4.500 ha, terdiri dari 10 desa, yaitu: Desa Leuwiliang, Cibeber I, Cibeber II, Karehkel, Barengkok, Karacak, Karyasari, Pabangbon, Puraseda dan Purasari. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Cigudeg di sebelah barat, di sebelah timur berbatasan Kecamatan Cibungbulang, di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sepong dan disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi. Wilayah ini berada pada ketinggian 300–700 dpl dengan curah hujan rata–rata >100 mm/bulan. Karakteristik lahan di Kecamatan Leuwilang umumnya cukup subur, dengan kemiringan lahan antara 5- 35% dengan PH tanah antara 5–6. Drainase di Kecamatan Leuwiliang cukup baik dengan jenis tanah umumnya Latosol. Luas lahan pertanian menurut ekosistemnya dibagi menjadi dua yaitu ekosistem lahan sawah seluas 1.792 ha dan lahan kering/ darat seluas 4.124 ha. Jumlah masyarakat menurut data kependudukan sampai dengan juli 2011 tercatat sebanyak 113.280 jiwa yang didominasi oleh pedagang sebanyak 8.178 jiwa, buruh 10.276 jiwa dan petani sebanyak 2.889 jiwa.

Gambaran Umum Desa Karacak Keadaan Wilayah

Desa Karacak merupakan salah satu dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Leuwiliang. Desa Karacak merupakan desa agropolitan di kawasan zona satu3 dalam masterplan agropolitan yang berfungsi sebagai sentra pengumpul untuk komoditi manggis di Kabupaten Bogor. Desa Karacak dibagi menjadi 17 kampung dan lima dusun, diantaranya adalah Babakan, Cengal, Cengalsirna, Ciletuh Ilir, Darmabakti, Hegarmanah, Karyabakti, Lebak Kaum, Lebak Sirna, Nariti, Pakusarakan, Rawarejo, Sukamaju, Sukasirna, Sumberjaya dan Wanakarya. Batas wilayah bagian utara Desa Karacak berbatasan langsung dengan Desa Barengkok, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karyasari dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Pabangbon. Wilayah Desa Karacak

3

Kawasan yang merupakan pusat produksi komoditas unggulan pertanian dalam program agropolitan di masing-masing kabupaten

memiliki bentuk topografi berbukit-bukit dan pegunungan. Desa Karacak mempunyai ketinggian dari permukaan laut yaitu 5.000 mdl. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 4.683 mm. Kondisi ini menyebabkan letak Desa Karacak sangat strategis sebagai pusat pertanian di Kecamatan Leuwiliang. Kondisi alam Desa Karacak yang didominasi oleh hutan dan perbukitan mampu menghasilkan tanaman perkebunan dengan produktivitas yang baik. Total luas wilayah Desa Karacak adalah 710.02 ha yang terbagi berdasarkan penggunaannya.

Tabel 4 Luas wilayah dan persentase jenis penggunaan tanah Desa Karacak tahun 2011

No Jenis Penggunaan Luas (ha)/m2 Persentase (%)

1 Perkebunan 270.5 50.1%

2 Persawahan 210.7 38.9%

3 Pemukiman 36.2 6.7%

4 Perkantoran 1.0 0.2%

5 Prasarana umum lainnya 22.0 4.1%

Total 540.49 100%

Sumber: Profil Desa Karacak tahun 2011.

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar luas wilayah desa Karacak ditinjau dari aspek penggunaannya digunakan untuk perkebunan dan persawahan yang menggunakan hampir 89% luas desa sedangkan pengunaan untuk pemukiman masyarakat hanya 6.7% dari luas desa. Mayoritas area persawahan merupakan tanah sawah yang menggunakan irigasi setengah teknis. Perkebunan yang banyak terdapat di Desa Karacak merupakan perkebunan rakyat, rata-rata kebun mereka berada di sekitar rumah. Selain kebun dan sawah terdapat ladang seluas 139.5 ha yang ditanami dengan tanaman rotasi seperti jagung, ubi dan sayuran sedagai tanaman non musiman. Desa Karacak juga memiliki empat buah danau kecil yang berfungsi sebagai sumber irigasi pertanian. Hal inilah yang menyebabkan pertanian di Desa Karacak tidak pernah kekurangan air.

Kondisi Demografi

Jumlah masyarakat desa ini mencapai 10.862 jiwa yang terbagi ke dalam 2.855 kepala keluarga (KK) dengan proporsi yang seimbang antara jumlah masyarakat perempuan dan laki-laki, yaitu sebanyak 5.549 jiwa untuk masyarakat laki-laki dan 5.313 jiwa untuk masyarakat perempuan. Masyarakat Desa Karacak didominasi oleh penduduk usia muda hal ini dapat disebabkan karena banyak masyarakat yang menikah pada usia muda dan berakibat juga pada tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. Dilihat dari ketersediaan lahan yang didominasi untuk perkebunan dan persawahan maka dapat dilihat bahwa mata pencaharian masyarakat Desa Karacak mayoritas merupakan petani dan buruh tani dengan perbandingan satu banding dua yang berarti masih banyak petani yang belum memiliki lahan pribadi selain itu banyaknya profesi petani dengan usia tua menyebabkan regenerasi petani dimasa mendatang mulai menurun.

Tabel 5 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Karacak menurut tingkat pendidikan tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Laki-laki (orang) Persentase (%) Perempuan (orang) Persentase (%) 1 Tidak tamat SD 71 3.4 160 5.3 2 Tamat SD/sederajat 103 5.0 975 32.4 3 Tidak tamat SLTP 247 12.1 351 11.6

4 Tidak tamat SLTA 591 28.8 643 21.4

5 Tamat SMP/sederajat 428 20.8 400 13.2 6 Tamat SLTA/sederajat 461 22.4 403 13.3 7 D-1 42 2.1 21 0.7 8 D-2 25 1.3 19 0.6 9 D-3 47 2.3 18 0.6 10 S1 22 1.1 16 0.5 11 S2 12 0.7 11 0.4 Jumlah (orang) 2049 100% 3017 100%

Sumber: Profil Desa Karacak tahun 2011

Masyarakat Desa Karacak juga belum sepenuhnya menyadari akan pentingnya pendidikan, hal ini dilihat Tabel 5 yang menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat yang sekolah hanya mampu mencapai tahap Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 1.078 jiwa, kemudian jumlah warga yang tamat Sekolah Menegah Pertama (SMP) hanya 828 jiwa, dan jumlah yang tamat SMA hanya 864 jiwa. Jumlah tersebut tidak mencapai 10% dari total penduduk Desa Karacak. Kondisi tersebut juga disebabkan oleh keterbatasan sarana pendidikan yang ada di desa ini, dimana hanya ada delapan sekolah dasar, tiga sekolah menengah pertama di wilayah Desa Karacak, dan untuk melanjutkan ke jenjang SMA mereka harus menuju ibukota Kecamatan Leuwiliang.

Tabel 6 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Karacak menurut jenis pekerjaan tahun 2011

No Jenis Pekerjaan Laki-laki

(orang) Persentase (%) Perempuan (orang) Persentase (%) 1 Petani 711 63.2 201 39.1 2 Buruh tani 328 29.2 219 42.6 3 Buruh migran 4 0.4 9 1.7

4 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 42 3.7 31 6.1

5 Pengrajin industri 11 0.9 17 3.3

6 Pengacara 2 0.2 - -

7 Bidan swasta/mantra - - 1 0.2

8 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 8 0.6 1 0.2

9 Pembantu rumah tangga - - 35 6.8

10 Karyawan perusahaan 17 1.4 - -

11 Dukun kampung terlatih 4 0.4 - -

Total 1123 100% 514 100%

Tabel 6 menunjukan bahwa proporsi sebagian besar penduduk adalah petani. Petani yang mengerjakan lahannya maupun buruh tani dengan persentase sebanyak 89%, kemudian sebagian kecil masyarakat menggantungkan hidupnya dengan bekerja sebagai karyawan perusahaan, PNS, pedagang keliling, buruh bangunan, dan sebagainya. Perbandingan jumlah masyarakat perempuan yang bekerja dengan masyarakat laki-laki adalah satu banding dua. Hal ini sejalan juga dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani karena di Desa Karacak, perempuan diperbolehkan mengerjakan pekerjaan laki-laki sebagai petani. Biasanya terdapat pembagian peran dalam satu kali masa tanam antara laki-laki dan perempuan yang bekerja di sawah.

Potensi Wilayah

Sebagai pusat kawasan agropolitan desa memiliki keanekaragaman SDA yang berpotensi untuk dikembangkan dan memiliki kualitas yang layak untuk di ekspor. Dapat dilihat bahwasannya proporsi terluas dari wilayah desa ini berupa lahan perkebunan yang menghasilkan hasil kebun dan dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber mata pencaharian masyarakat. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat Desa Karacak memiliki mata pencaharian sebagai petani tanaman pangan. Hal tersebut sesuai dengan data kepemilikan lahan pertanian tanaman pangan.

Tabel 7 Jumlah dan persentase kepemilikan lahan pertanian tanaman pangan rumah tangga di Desa Karacak Tahun 2011

NO

Kategori Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan

oleh Rumah Tangga

Jumlah Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan (Rumah Tangga) Persentase (%) 1 Tidak memiliki 1364 RTP 47,8% 2 Memiliki kurang 1 ha 1466RTP 51,3% 3 Memiliki 1.0-5.0 ha 25 RTP 0,9% Jumlah 2855 100%

Sumber: Profil Desa Karacak tahun 2011.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa meskipun sebagian besar masyarakat pekerjaannya sebagai petani, namun masih ada 1.364 petani yang tidak memiliki lahan atau sekitar 47.8% petani tidak mengerjakan lahan milik sendiri. Kondisi ini diperparah dengan kepemilikan lahan yang kurang dari 1 ha sebanyak 51.3% dari total 2.885 rumah tangga petani atau bisa disimpulkan juga bahwa setengah dari jumlah petani di Desa Karacak merupakan petani gurem. Sedangkan petani yang memiliki lahan diatas satu ha hanya 25 rumah tangga petani atau sekitar 0.9%. Selain itu dari hasil observasi dan wawancara kepada pemerintah desa menunjukan bahwa mayoritas tanah perkebunan dan persawahan dimiliki oleh orang luar Desa Karacak, sedangkan petani di Desa Karacak bekerja sebagai buruh tani dan penggarapnya saja. Sebagian besar lahan milik petani lokal di jual untuk biaya hidup sehari-hari maupun biaya pendidikan anaknya. Gambaran

tersebut menunjukan fenomena ketimpangan kepemilikan lahan pertanian yang terjadi akibat terjadinya investasi pihak luar di tengah ketergantungan masyarakat terhadap sektor pertanian sebagai sumber pendapatan utama masyarakat.

Kondisi Agroekosistem

Kondisi pertanian Desa Karacak didominasi oleh persawahan dan perkebunan. Sawahnya berupa sawah irigasi dengan musim panen sebanyak tiga kali setahun. Sedangkan perkebunan yang mendominasi lahan kebanyakan menghasilkan komoditi musiman seperti durian yang masa panennya dua kali setahun dan manggis yang masa panennya sekali setahun. Komoditas tanaman unggulan di desa ini adalah manggis, komoditas lain yang juga dikembangkan antara lain: padi, durian, ubi kayu, ubi jalar, cempedak, melinjo serta tanaman perkebunan seperti cengkeh. Data tersebut didukung oleh pernyataan bapak BKR sebagai berikut:

“Setiap program agropolitan pasti punya maskot, nah maskot agropolitan kabupaten bogor ya manggis yang panen raya 4 tahun sekali. Seharusnya petani nggak tergantung ama panen manggis aja, bisa jadi dari buah duren, rambutan atau kalo nggak ya dari sawah seperti padi terus sayuran kaya jengkol, pete, singkong” BKR.

Kebun manggis, durian dan buah-buahan yang ada di Desa Karack kebanyakan merupakan kebun yang turun-temurun dari nenek moyang. Kebanyakan merupakan kebun tua yang kemudian dirapikan kembali menjadi kebun yang lebih teratur. Selain tanaman perkebunan, komoditas peternakan yang juga banyak dibudidayakan antara lain ayam kampung merupakan komoditas peternakan unggulan. Kemudian dikembangkan dalam skala peternakan lokal sebagai sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat, sedangkan jenis ternak lain seperti sapi, domba, kerbau, bebek, kambing, kelinci dan angsa. Sektor perikanan atau dalam hal ini budidaya air tawar belum menjadi sektor unggulan bagi masyarakat Desa Karacak namun ada juga warga yang memelihara mujair, lele, gurame dan nila. Hal inilah yang menjadi poin penting agropolitan yaitu adanya komoditi unggulan berupa komoditi manggis. Namun, saat ini perkebunan dan persawahan milik rakyat banyak yang dijual kepada orang luar desa yang ingin berinvestasi. Alasan penjualan tersebut seringkali karena kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan pendidikan. Namun dampak agropolitan juga menyebabkan kondisi sosial ekonomi yang merugikan ketika dengan investor membeli tanah di kawasan agropolitan tersebut masyarakat selanjutnya hanya menjadi buruh dan berpengaruh pada tingkat kepedulian terhadap agropolitan.

Aksesibilitas menuju Desa Karacak

Letak Desa Karacak dari pusat pemerintah dapat dilihat secara rinci pada Tabel 8. Dari data dalam tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi desa Karacak relatif jauh dari ibukota Kecamatan Leuwiliang dan jauh dari ibukota kabupaten maupun propinsi. Akses menuju Desa Karacak dapat dilalui dengan kendaraan umum namun jumlah kendaraan umum yang tersedia menuju ibukota kecamatan sangat terbatas dan hanya melewati jalan utama, untuk masuk ke dusun digunakan ojek yang terdapat di pangkalan dekat dengan jalan utama.

Tabel 8 Jarak dan waktu tempuh Desa Karacak ke pusat pemerintahan

Tujuan Jarak

(km)

Waktu tempuh (jam) Kendaraan

bermotor Jalan kaki

Ibukota kecamatan 5 0.25 1

Ibukota kabupaten/kota 43 2 10

Ibukota kropinsi 153 8 40

Sumber: Profil Desa Karacak Tahun 2011

Sebagai kawasan agropolitan, sebuah pusat agropolitan harus memiliki akses yang mudah menuju hinterland-nya. Akses menuju ke Desa Karacak dapat ditempuh dengan angkutan umum jurusan karacak sampai pasar leuwiliang. Status Desa Karacak sebagai wilayah agropolitan menyebabkan pembangunan di bidang infrastruktur lebih baik dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Leuwiliang. Beberapa hal positif dari adanya status sebagai wilayah agropolitan diantaranya yaitu: Pertama, terjadinya peningkatan kualitas sarana transportasi dari dan menuju kawasan agropolitan. Hal ini dapat terlihat dari kondisi jalan dan jembatan yang mengalami perbaikan hingga pelosok-pelosok kawasan. Pemerintah Kabupaten Bogor menjalin kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Bogor dalam membangun jalan dan jembatan di kawasan agropolitan. Termasuk jalan antara Karacak-Pabangbon yang melewati jalan utama Desa Karacak. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan belum mencakup pada keseluruhan wilayah agropolitan. Peningkatan kualitas jalan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang tinggal di desa dalam lingkup kawasan agropolitan. Peningkatan kegiatan ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat, serta kelancaran arus barang keluar dan masuk kawasan agropolitan. (Nurzain 2010).

Kondisi Kelembagaan

Sebagai kawasan agropolitan, Desa Karacak yang merupakan desa pertanian harus didukung dengan kelembagaan pertanian yang baik. Dukungan lembaga pertanian baik secara formal maupun non formal di Desa Karacak termasuk baik. Lembaga eksternal yang membantu antara lain adalah PKBT-IPB, Dinas Pertanian, UPTD Kecamatan Leuwilang, PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) dari BP3K Kecamatan Leuwilang, BPP (Balai Penyuluh Pertanian),dan KTNA (Kontak Tani). Lembaga tersebut memiliki peranan masing-masing yang membantu petani untuk menyelesaikan permasalahan pertanian yang terjadi di kawasan agropolitan terutama terkait komoditi unggulan Desa Karacak yaitu manggis. PKBT-IPB biasanya bekerjasama dengan ketua POSKO berperan bagi pembinaan teknis bagi para petani dengan mendatangkan ahli dibidang budidaya pertanian dan membina petani serta memberikan pinjaman dana kepada masyarakat Desa Karacak.

Pihak Dinas Pertanian membantu membina petani melalui pelatihan dan memberikan bantuan berupa bibit, pupuk, maupun alat pertanian. Penyuluh Pertanian yang berjumlah dua orang setiap desa berperan membantu peningkatan pengetahuan, pembinaan petani dan pembelian produk pertanian. Badan Penyuluh Pertanian (BPP) berperan sebagai pemberi informasi sistem pertanian dan usahatani. Kelembagaan yang mewadahi masyarakat dibidang pertanian lainnya

adalah kelompok tani dan koperasi KBU Al-Ikhsan. Terdapat tiga kelompok tani sejak terbentuknya Desa Karacak menjadi wilayah kawasan agropolitan yaitu kelompok tani Karya Mekar, Suka Tani dan Bangun tani. Selain itu juga ada persatuan petani agropolitan di wilayah Desa Karacak yang dikenal dengan

“Cendawasari”. Penjelasan tentang cendawasari adalah sebagai berikut: “Di Karacak ini juga ada lho perkumpulan tani yang bikin program agropolitan juga tapi programnya lebih banyak ke agrowisata namanya Cendawasari. Ya, kegiatannya sih hampir mirip, suka ada rapat juga tentang masalah pemasaran manggis”BKR.

Keberdaan koperasi KBU Al-Ikhsan sendiri berdiri secara swadaya oleh masyarakat yang berperan memfasilitasi pemasaran hasil panen, menstabikan harga komoditi seperti manggis serta memberikan pinjaman dari simpanan anggota koperasi.

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN