• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun fiskal di Indonesia dimulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Formulasi anggara terdiri dari dua komponen, yaitu proses perencanaan yang bersifat bottom up dan proses penganggaran yang bersifat top down. Proses perencanaan dilakukan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang) yang dilaksanakan di level kelurahan, kecamatan, Forum SKPD, sampai level kota/kabupaten.Proses penganggaran didilaksanakan oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD).

Perencanaan Partisipatif

Pelaksanaan musrenbang menjadi tanggung jawab Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan dimaksudkan untuk memberikan ruang kepada warga untuk menyalurkan aspirasi dan prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat. Proses ini dimulai pada tingkat desa/kelurahan dengan mengidentifikasi program-program yang ingin dilakukan desa/kelurahan, yang pada umumnya berupa pembangunan infrastruktur skala komunitas desa/kelurahan.

Musrenbang desa/kelurahan diselenggarakan antara bulan januari sampai Maret, tergantung pada pemerintah daerah. Konsepnya, Musrenbang terbuka untuk semua warga desa/kelurahan, tetapi dalam praktek di banyak daerah, musrenbang desa/kelurahan banyak dihadiri oleh para tokoh masyarakat. Hasil musrenbang desa/kelurahan ini kemudian dibawa ke musrenbang kecamatan dan disampaikan oleh kepala desa atau lurah. Dalam musrenbang kecamatan, selain dihadiri oleh warga desa/kelurahan dan kecamatan, juga dihadiri oleh kepala dinas dan atau anggota DPRD. Usulan-usulan dalam musrenbang kecamatan ini kemudian dikompilasi oleh Bappeda dan didiskusikan dalam musrenbang kabupaten/kota. Musrenbang kota/kabupaten pada biasanya diselenggarakan antara bulan Maret sampai bulan Mei, bersamaan dengan proposal dari beragai dinas teknis. Musrenbang kabupaten/kota dihadiri oleh sejumlah masyarakat, anggota DPRD, tokoh masyarakat, akademisi, organisasi masyarakat sipil dan lain-lain.

Dalam proses musrenbang, belum ada patokan alokasi anggaran. Hal ini menyebabkan musrenbang menghasilkan daftar usulan program yang bersifat daftar keinginan dan hanya sedikit yang didanai oleh APBD. Salah satu alasannya adalah keterbatasan keuangan yang sangat mengikat pemerintah daerah. Dengan pengeluaran rutin yang menyedot 80% total pendapatan daerah hanya sedikit alokasi untuk membiayai program. Di saat yang sama masing-masing SKPD dan anggota DPRD memiliki usulan program yang memiliki usulan program pembangunan yang ingin dibiayai. Konsekuensinya, hanya tersisa sedikit alokasi dana untuk proses musrenbang.

Banyaknya usulan-usulan dalam musrenbang dan hanya sebagian kecil yang bisa dibiayai memunculkan sinisme bahwa perencanaan partisipatif dalam musrenbang lebih mirip berhayal daripada berencana. Beberapa daerah berupaya membuat kebijakan daerah yang bisa menjamin perencanaan dalam musrenbang menjadi relistis. Pemerintah dan DPRD Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah telah sepakat untuk menyerahkan 10% dari APBD kepada pemerintah kecamatan dan desa. Kebijakan serupa dibuat oelh pemerintah Kota Makasar, yaitu dengan menyerahkan block grant untuk setiap kecamatan sebesar Rp 500 juta. Beberapa Kabupaten lain, seperti Kabupaten Lamongan mempunyai kebijakan tentang Alokasi Dana Desa (ADD).

Bagan Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah Menurut UU No. 17/2003 dan UU No. 25/2004

Keterangan:

1. Bagan alur tahapan penyusunan APBD Kota/Kabupaten di atas merupakan bagan yang disusun dengan menggabungkan tahapan yang ada di UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional dan UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.

2. Tahap Musrenbang tingkat kelurahan/desa hingga tingkat kota/kabupaten, dengan hasil akhir berupa dokumen perencananan yang berisi masukan utama untuk menyusun dokumen RKPD. Proses ini diatur dalam UU No. 25/2004 tentang SPPN.

3. Tahap penentuan prioritas dan Plafon sampai dengan Tahap Penetapan APBD diatur dalam UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.

4. Meskipun diatur oleh UU yang berbeda, semangat yang ada di kedua UU ini menghendaki proses penyusunan APBD yang terintegrasi antara perencanaan dan penganggaran yang bisa dilihat dari UU No. 17 pasal 17 (2) yang menyatakan bahwa: “Penyusunan Rancangan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah Daerah

dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Pasal 25 (2) UU No. 25/2004 menyatakan bahwa “RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD”.

Proses Penganggaran

Proses penganggaran di eksekutif dimulai dengan kegiatan persiapan usulan program SKPD. Kepala SKPD menghadiri musrenbang tingkat kecamatan dan Forum SKPD untuk mempresentasikan proposal program SKPD untuk satu tahun depan dan untuk mendengar usulan masyarakat. Secara teori, forum ini membuka kemungkinan bagi SKPD untuk memasukkan usulan masyarakat ke dalam proposal SKPD. Semua program yang datang dari semua SKPD dikoordinasikan dan dituliskan oleh Bappeda dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Berdasarkan dokumen inilah Kebijakan Umum APBD tahunan diformulasikan, termasuk prioritas dan plafon anggaran untuk setiap program dan kegiatan di tingkat SKPD. Masing-masing SKPD menyiapkan perkitaan anggaran untuk program kerja mereka (RASK/RKA-SKPD) dan menyerahkannya kepada Bappeda dan ke Bagian Keuangan di Sekretariat Daerah.

Panitia anggaran (Panggar) eksekutif menyiapkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) untuk tahun berikutnya. RAPBD ini dibahas dengan panitia anggaran (Panggar) Legislatif di DPRD. Dokumen RAPBD diserahkan secara resmi oleh Bupati/Walikota kepada DPRD pada bulan Oktober dalam pertemuan umum dimana masing-masing fraksi diundang untuk memberikan tanggaran. Secara teoritis, DPRD memiliki waktu sekitar 1 bulan untuk menilai RAPBD dan memberikan tanggapan sebelum sidang pleno dan mensahkannya. Faktualnya, Penyiapan anggaran seringkali terlambat dan hal ini menyebabkan terbatasnya kemampuan anggota DPRD untuk memberikan pertimbangan yang matang dan RAPBD sebelum pengesahannya.

Tabel

Tahapan, Pelaku, dan Out Put Perencanaan dan Penganggaran Daerah menurut SEB Musrenbang dan Permendagri No. 13/2006

No. Tahapan Pelaku Out Put Waktu

1. Musrenbangkel/des Komponen masyarakat (Ketua RT/RW, Kadus, LPM, Ketua Adat, Kelompok Perempuan, Kelompok Pemuda, ormas, pengusaha, kelompok

tani/nelayan, komite sekolah, kades/lurah, aparat

desa/kelurahan, BPD, camat dan aparat kecamatan, kepala sekolah, LSM, puskesmas.

Rencana Kerja Pembangunan Desa/Kelurahan

Januari

2. Musrenbangcam Delegasi desa/kelurahan,

ormas tingkat kecamatan, Bappeda, wakil SKPD, Cabang SKPD, Kepala UPTD

Kecamatan, Anggota DPRD dari DP kecamatan, camat dan aparat kecamatan, LSM.

Daftar prioritas kegiatan pembangunan kecamatan

Februari

3. Forum SKPD Delegasi kecamatan,

organisasi sektoral (Pendidikan, IDI, HKTI), Kepala SKPD, Kepala dan Pejabat Bappeda, anggota DPRD mitra SKPD, LSM sesuai bidang kerja SKPD, ahli.

Rencana Kerja (Renja)

SKPD Maret

4. Musrenbangkot/kab Delegasi musrenbangcam,

delegasi forum SKPD, SKPD, DPRD, LSM di level

kota/kabupaten, perwakilan Bappeda propinsi. Tim Penyusun RKPD, Tim Penyusun Renja SKPD, Tim/Panitia Anggaran eksekutif maupun DPRD.

Dokumen Masukan Utama untuk Pemutakhiran RKPD

Maret

5. Penyusunan RKPD TPAD (Tim Anggaran

Pemerintah Daerah) RKPD April – Mei

6. Penyampaian

Rancangan KUA dari Kepala Daerah kepada DPRD

Kepada Daerah dan DPRD - Tengah Juni

7. KUA disepakati antara Kepala Daerah dan DPRD

Kepala Daerah dan DPRD Nota Kesepakatan KUA Mgg I Juli

8. Penyampaian

DPRD

9. PPAS disepakati antara Kepala Daerah dan DPRD

Kepala Daerah dan DPRD Nota Kesepakatan KUA Akhir Juli

10. Penetapan Pedoman Penyusunan RKA SKPD

Kepala Daerah Se Kepala Daerah

tentang Pedoman Penyusunan RKA SKPD

Awal Agustus

11. Penyusunan RKA

SKPD SKPD RKA SKPD Agustus – September

12. Sosialisasi Raperda

APBD TPAD Masyarakat hak dan kewajiban mengetahui

pemerintah daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan APBD. Akhir September 13. Penyampaian Raperda APBD ke DPRD

Kepala Daerah dan DPRD - Mgg I Oktober

14. Pembahasan

Raperda APBD Pemda dan DPRD –sesuai tata tertib DPRD. - Okt. – Nov.

15. Pengambilan Keputusan terhadap RAPBD

Kepala Daerah dan DPRD APBD Awal Desember

16. Penetapan Hasil

Evaluasi Gubernur untuk kota/kabupaten dan Mendagri untuk propinsi.

APBD yang sudah

dievaluasi Tengah Desember

17. Penetapan Perda tentang APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD bila sesuai hasil evaluasi

Kepala Daerah dan DPRD Perda APBD Akhir Desember

Keterangan:

• Musrenbangdes/kel adalah musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat desa/kelurahan.

• Musrenbangcam adalah musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat kecamatan.

• Forum SKPD adalah forum musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat satuan kerja pembangunan daerah (SKPD) antara lain Dinas, Badan, Lembaga, dan Kantor.

• Musrenbangkot/kab, adalah musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat kota/kabupaten.

• Forum Kebijakan Umum Anggaran adalah forum bersama antara Pemberintah Kota/Kabupaten dengan DPRD untuk menyusun kebijakan umum dari APBD yang akan disusun.

• Penyusunan APBD, adalah proses kompilasi RKA SKPD dari seluruh SKPD oleh pemerintah kota/kabupaten, yang biasanya dilakukan oleh Bappeda.

• Pembahasan dan Penetapan APBD, adalah proses pembahasan RAPBD antara pihak pemerintah kota/kabupaten dengan DPRD. Proses ini menghasilkan Dokumen APBD yang kemudian disahkan menjadi Peraturan Daerah.

Modul 3

Topik: Strategi Memperjuangkan PJM Pronangkis ke dalam

Dokumen terkait