• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Perusahaan

Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di Propinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkitan Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.

Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima laporan dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang, tentang studi kelaikan Proyek PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA laik untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkannya.

Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan yang panjang, pemerintah Republik Indonesia dan 12 Perusahaan Penanam Modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan. Kedua belaaas Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut adalah Sumitomo Chemical company Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha Ltd., Nippo n Light Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co., Ltd.,

Showa Denko K.K., Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd., Mitsubishi Corporation, Mitsui Aluminium Co., Ltd., Mitsui & Co., Ltd. Selanjutnya untuk penyertaan modal pada perusahaaan yang akan didirikan di Jakarta kedua belas. Perusahaan Penanam Modal tersebut bersama pemerintah Jepang memebentuk sebuah perusahaan dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd (NAA) yang berkedudukkan di Tokyo pada tanggal 25 Nopember 1975.

Pada tanggal 6 Januari 1976, PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, dididrikan di Jakarta. Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan Perjanjian Induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dan Nippon Aluminium Co., Ltd pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Pebruari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.

Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perjanjian Induk, Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5/1976 yang melandasi terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil Pemerintah yang bertanggung jawab atas lancaarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan. INALUM dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang industry peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

INALUM membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalirkan air danau Toba ke Selat Malaka.

Tenaga Listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi permukaan air danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal 9 Juni 1978. Pembangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah Siguragura dimulai pada tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto. Dalam acara peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan dengan tata cara adat Jepang dan tradisi local. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu 5 tahun dan diresmikan oleh wakil presdiden Umar Wirahadikusuma pada tanggal 7 Juni 1983. Total kapasitas tetap 426MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan di Kuala Tanjung.

PLTA PT Inalum terdiri dari :

i. Bendungan Pengatur. Bendungan ini terletak di desa Siruar, 14,6 km dari mulut Danau Toba. Bendungan ini berfungsi untuk mengatur tinggi permukaan air Danau Toba dan mengatur aliran air yang keluar dari Danau Toba. Bendungan ini dibangun dengan tipe beton massa, tinggi 39 m, panjang 71 m.

ii. PLTA Siguragura. Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Intake Dam) terletak di Simorea, 9 km dari Bendungan Pengatur. Tipe bendungan ini adalah beton massa dengan ketinggian 46 meter, panjang 173 m. Bendungan ini berfungsi untuk mengontrol debit air yang masuk ke Stasiun Pembangkit Siguragura berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator di dalamnya. Stasiun Pembangkit ini merupakan stasiun pembangkit bawah tanah pertama di Indonesia. Kapasitas tetap dari PLTA Siguragura adalah 203 MW.

iii. PLTA Tangga. Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Intake Dam) yang terletak di Tangga, 4 km di bagian hilir Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura. Tipe bendungan ini adalah beton massa berbentuk busur dengan ketinggian 82 meter, panjang 125 m. Bendungan ini berfungsi untuk mengatur pasokan air ke dalam Stasiun Pembangkit Listrik Tangga (Tangga Power Station). Bendungan ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia. Total kapasitas tetap dari PLTA TAngga ini adalah 223MW.

iv. Jaringan Transmisi. Tenaga listrik yang dihasilkan stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga disalurkan melalui jaringan transmisi sepanjang 120 km dengan jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 KV ke Kuala Tanjung. Melalui gardu

induk Kuala Tanjung tegangaannya didistribusikan ke tiga gedung tungku reduksi dan gedung penunjang lainnya melalui 2 unit penyearah silicon dengan DC 37 KA dan 800 V.

2. Pabrik Peleburan Aluminium.

INALUM membangun pabrik peleburan aluminium dan fasilitas pendukungnya diatas area 200 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara (dulu Asahan), kira-kira 110 km dari kota Medan, Ibukota propinsi Sumatera Utara.

Pabrik peleburan dengan kapasitas terpasang 225.000 ton aluminium per tahun ini dibangun menghadap selat Malaka. Pembangunan pabrik peleburan ini dimulai pada tanggal 6 Juli 1979 dan tahap I operasi dimulai pada tanggal 20 Januari 1982. Pembangunan ini diresmikan oleh Presiden RI. Soeharto yang didampingi oleh 12 Menteri Kabinet Pembangunan II. Operasi pot pertama dilakukan pada tanggal 15 pebruari 1982 dan Maret 1982, aluminium ingot pertama berhasil dicetak. Pada tanggal 14 Oktober 1982, kapal Ocean Prima memuat 4.800 ton Aluminium Ingot meninggalkan Kuala Tanjungg menuju Japan untuk mengekspor produk PT Inalum dan membuat Indonesia sebagai salah satu Negara pengekspor aluminium di dunia. Produksi ke satu juta ton berhasil dicetak pada tanggal 8 Pebruari 1988, kedua juta ton pada 2 Juni 1993, ketiga juta ton pada 12 Desember 1997, ke empat juta ton pada 16 Desember 2003 dan ke lima juta ton pada tanggal 11 Januari 2008. Produk INALUM menjadi komoditi ekspor ke Jepang dan juga dalam

negeri dan digunakan sebagai bahan baku industry hilir seperti ekstrusi, kabel dan lembaran aluminium. Kualitas produk Inalum adalah 99.70% dan 99.90%.

Proses peleburan aluminium di Kuala Tanjung dilakukan dengan sistem elektrolisa dengan cara mereduksi alumina, menjadi aluminium dengan menggunakan alumina, karbon, dan listrik sebagai material utama. Pabrik ini memiliki 3 pabrik utama, pabrik Karbon, pabrik Reduksi, dan pabrik Penuangan serta fasilitas pendukung lainnya.

Pabrik Peleburan aluminium di Kuala Tanjung terdiri dari 3 pabrik utama :

a. Pabrik Karbon. Pabrik Karbon memproduksi blok anoda. Pabrik Karbon terdiri dari Pabrik Karbon Mentah, Pabrik Pemanggangan dan Pabrik Penangkalaian Anoda. Di pabrik Karbon Mentah, coke dan hard pitch dicampur dan dibentuk menjadi blok anoda dan dipanggang hingga temperature 1.250 derajat Celcius di Pabrik Pemanggangan Anoda. Kemudian di Pabrik Penangkaian Anoda, sebuah tangkai dipasang ke blo anoda yang sudah dipanggang tadi dengan menggunakan cast iron. Blok anoda berfungsi sebagai elektroda di pabrik Reduksi.

b. Pabrik Reduksi. Pabrik Reduksi terdiri dari 3 bangunan dengan ukuran yang sama. Ada 510 pot di gedung tersebut. Pot tersebut bertipe Prebaked Anode Furnaces (PAF) dengan

desain 175 KA, namun sudah ditingkatkan hingga 199 KA, beroperasi pada suhu 960 derajat Celsius. Setiap pot rata-rata dapat menghasilkan aluminium sekitar 1,3 ton atau lebih aluminium cair per hari.

c. Pabrik Penuangan. Di Pabrik Penuangan, aluminium cair dituangkan ke dalam Holding Furnace. Ada 10 unit Holding Furnace di pabrik ini, masing-masing berkapasitas 30 ton. Aluminium cair ini kemudian dicetak ke dalam cetaan dengan Casting Machiine. Pabrik ini memiliki 7 unit Casting Machine dengan kapasitas 12 ton/jam untuk masing-masing mesin dan menghasilkan 22.7 kg/ingot (batang).

d. Fasilitas Penunjang. Untuk kelancaran operasional pabrik, Perusahaan juga mendirikan beberapa fasilitas pendukung di kedua proyek seperti sebuah pelabuhan dengan 3 dermaganya, dimana salah satunya telah diserahkan ke Pemerintah Indonesia pada tahun 1984 untuk kepentingan umum, dan Jalan Penghubung. Kompleks Perumahan untuk karyawan juga dibangun di atas areal 200 ha di Pabrik Peleburan dan 80 ha di PLTA lengkap dengan fasilitas di dalamnya seperti mesjid, gereja, Gedung Olah Raga dan Pertemuan, Rumah Sakit, supermarket, kantor pos, Fasilitas olah raga, telekomunikasi, dan lain sebagainya.

2. Alih Teknologi.

Pembangunan PT Inalum merupakan suatu kesempatan baik untuk alih teknologi dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh putra-putri Indonesia sebagai suatu medan latihan. Untuk memenuhi harapan ini dilakukan alih teknologi dari para kontraktor asing.

Pembangunan PT Inalum membutuhkan teknologi yang rumit. Dengan berpartisipasi dalam pembangunan proyek ini banyak staf dan karyawan Indonesia memperoleh kesempatan untuk melangkahkan kakinya ke gerbang teknik konstruksi modern yang diperolehnya dari para kontraktor Jepang. Banyak pula staf Indonesia yang bekerja pada perusahaan kontraktor Jepang dan sub-kontraknya dikirim ke Jepang untuk mengikuti pelatihan.

3. Manfaat PT Inalum.

Perusahaan menyadari bahwa kelancaran Pembangunan dan keberhasilan operasionalnya, tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama yang baik dengan pemangku amanahnya (Stakeholder), oleh karena itu, Perusahaan melakukan berbagai kegiatan seperti dalam bidang keagamaan, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, olahraga dan kebudayaan, kepemudaan, dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan hubungan baikk dengan masyarakat di sekitarnya.

4. Kinerja Perusahaan i. Produksi.

Desain produksi aluminium ingot PT Inalum adalah 225.000 ton aluminium per tahun. Namun dengan adanya Technology Improvement yang dilakukan oleh karyawan PT Inalum, kini produksi PT Inalum jauh diatas desain produksinya. Tingkat Efisien penggunaan arus juga meningkatkan hingga lebih dari 92%. Kapisitas produksi aluminium batangan PT Inalum sangat bergantung pada jumlah listrik yang dihasilkan oleh PLTA PT Inalum. Sedangkan PLTA PT Inalum sangat bergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba sebagai air utama Sungai Asahan.

ii. Sertifikat dan Penghargaan.

Sertifikat Internasional dan penghargaan yang telah diterima PT Inalum adalah :

a. Quality Management System (QMS) PT Inalum telah mendapatkan sertifasi Sistem Manajemen MUTU ISO 9001 dari SGS International dan memperoleh 2 (dua) sertifikat, masing-masing : 1. No. AU98/1054, sejak Pebruari 1998 untuk PLTA. 2. No. ID03/0239, sejak April 1998 untuk Pabrik Peleburan.

b. Environmental Management System (EMS). Dalam rangka turut melestarikan lingkungan, PT Inalum telah mendapatkan Sertifikat ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan No. : GB02/55087 sejak April 2002 dari SGS Internasional.

c. Sistem Manajemen Keselamtan dan Kesehatan Kerja (SMK3). PT Inalum telah menerapkan Sistem Manajemen K3 dan mendapatkan predikat Bendera Emas (Gold flag) sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada tahun 2005 &2008 (Sertifikat No.: 00351/SE/2004 & No.: 00351/SE/2007 untuk PLTA dan Sertifikat No. 00352/SE/2004 & No.: 00352/SE/2007 untuk Pabrik Peleburan) dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

d. PROPER. PT Inalum juga telah mendapatkan 3 (tiga) kali peringkat BIRU dalm Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) yaitu pada tahun 2004. 2005 dan 2008 dari Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia.

e. International Ship & Port Facility Security (ISPS) Code. Untuk mendetekdi ancaman keamanan dan tindakan pencegahan di Pelabuhan,, PT Inalum telah mendapatkan Sertifikat ISPS Code No.: 02/0161-DV tanggal 3 JUni 2005 dari Pemerintah Republik Indonesia.

f. Syahwali Awards. Perusahaan juga menerima Syahwali Award tentang Environmentally Friendly Businessman pada tanggal 13 Nopember 1992 dari Indonesia Environmental Management and Information Center (IEMIC).

Pabrik Peleburan Alluminium disebut juga sebagai Proyek “Listrik Dalam Kaleng”, sebab listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listriknya, sebagian besar digunakan untuk kepentingan pabrik peleburan.

Listrik yang dihasilkan melalui PLTA PT Inalum, yang terletak di Sungai Asahan, disalurkan ke pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung melalui 275 Kv jaringan transmisi. Bahan baku untuk aluminium dibongkar di pelabuhan Inalum dan dimasukkan ke dalam silo masing-masing melalui belt conveyor. Alumina di dalam silo kemudian dialirkan ke Dry Scrubber System untuk direaksikan dengan gas HF dari tungku reduksi. Reacted alumina tersebut kemudian dibawa ke Hopper Pot dengan Anode Changing Crane (ACC) dan dimasukkan ke dalam tungku reduksi.

Kokas yang ada di dalam silo dicampur dengan butt atau punting anoda dan dipanaskan dulu. Material-material tersebut dicampur dengan pitch sebagai perekatnya. Kemudian material tersebut dicetak di Shaking Machine menjadi blok karbon mentah. Blok tersebut kemudian dipanggang di Banking Furnace. Anoda yang sudah dipanggang kemudian dibawa ke Pabrik penangkaian untuk diberikan tangkai, namanya Anode Assembly.

Anode assembly ini kemudian dibawa ke Pabrik Reduksi dengan kendaraan kkhusus, Anode Transport Caar (ATC) untuk digunakan sebagai elektroda dalam proses elektrolisa. Setelah anoda tersebut dipakai selama kurang lebih 30 hari di dalam pot, putung anoda tersebut diganti

dengan yang baru. Puntung tersebut kemudian dipecah di Pabrik Penangkaian untuk kemudian dipakai lagi.

Didalam tungku reduksi, alumina akan dielektrolisa menjadi aluminium cair. Setiap 32 jam, setiap pot akan dihisap 1,8 sampai 2 ton aluminium. Aluminium cair ini kemudian dibawa ke pabrik Penuangan dengan Metal Transport Car (MTC) dan dituangkan ke dalam Holding Furnace. Setelah mendapat proses lanjutan, aluminium cair ini dicetak di Casting Machine menjadi ingot, beratnya 22.7 kg per batang. Aluminium batangan (ingot) ini kemudian diikat dan siap untuk dipasarkan.

b. Struktur Organisasi PT. INALUM

Struktur organisasi setiap perusahaan berbeda-beda. Pada PT. INALUM struktur organisasinya berbentuk Garis dan Staff berdasarkan fungsi. Dimana perintah dating dari atasan yang akan disampaikan kepada bawahan.

Dalam struktur organisasi akan terlihat batas-batas pertangungjawaban yang jelas dari setiap bagian serta akan terlihat pula adanya hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya melalui fungsi masing-masing. Untuk mencapai tujuan perusahaan harus benar-benar menunjukkan kerjasama yang baik dari setiap personil yang ada dalam bagian-bagian tersebut. Mengingat banyaknya departemen yang ada dalam organisasi pada PT. INALUM, maka yang akan dibahas hanya bagian-bagian utama dari organisasinya saja. Adapun fungsi, tugas, dan wewenang dari setiap bagian-bagian organisasinya akan dijelaskan sebagai berikut :

a) RUPS adalah organ Perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi. RUPS terdiri dari :

(1) Rapat Tahunan yang diadakan selambat-lambatnya pada akhir bulan September setiap tahun Kalender.

(2) Rapat Umum Luar Biasa diadakan setiap saat jika dianggap perlu oleh Direksi dan/atau Pemegang Saham.

b) Hak dan wewenang RUPS adlah mengangkat dan memberhentikan komisaris dan direksi.

2) Komisaris a) Keanggotaan

(1) Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota, salah seorang diantaranya bertindak sebagai presiden komisaris.

(2) Para anggota komisaris dan presiden komisaris diangkat oleh RUPS dari calon-calon yang diusulkan oleh para pemegang saham pihak asing dan pemegang saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota komisaris harus dari calon yang diusulkan oleh pemegang saham pihak Indonesia.

(3) Anggota komisaris dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum Pemegang Saham tahunan yang kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang

Sahan untuk memberhentikan para anggota komisaris sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang saham.

b) Tugas dan Wewenang

(1) Komisari bertugas engawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi

(2) Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang dipertanyakan.

(3) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara waktu seorang atau lebih anggota direksi berdasarkan keputusan yan disetujui oleh lebih dari satu per dua jumlah angggota komisaris jikalau mereka bertindak bertentangan dengan anggaran dasar dan/atau undang-undang atau peraturan yang berlaku.

3) Direksi (a) Keanggotaan

(1) Direksi terdiri dari sekurang-kurangnya 6 (enam) orang anggota, diantara seorang sebagai presiden direktur.

(2) Para anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

(3) Para anggota direksi siangkat dari calon-calon yang diusukan para pemegang saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya satu orang anggota direksi harus dari calon yang diusulkan oleh pemegang saham pihak Indonesia.

(4) Tidak kurang dari 2 (dua) orang anggota direksi termasuk seorang anggota yang dicalonkan oleh pemegang saham Indonesia harus berkebangsaan Indonesia.

(b) Masa jabatan

(1) Para angota direksi untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum Pemegang Saham tahunan kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham. (2) Dalam hal terdapat penambahan anggota direksi, maka masa jabatan

anggota direksi tersebut akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan anggota direksi lainnya yang telah ada, kecuali Rapat Umum Pemgang Saham menyatakan lain.

4) Presiden direktur

Presiden direktur adalah salah seorang direksi yang oleh karena jabatannya berhak dan erwenang bertindak untuk dan atas nama direksi serta mewakili perseroan.

5) Direktur

Direktur adalah anggota direksi yang oleh karena jabatannya melaksanakan tugas untuk kepentingan perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas/fungsi masing-masing seperti dibawah ini :

(a) Umum dan sumber daya manusia (b) Perencanaan dan keuangan (c) Bisnis

(e) Teknologi peleburan (f) Koordinasi keuangan

6) Divisi

Badan satu orang yang dibentuk/ditugaskan untuk membantu direktur dalam menuangkan ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup/fungsi direktur masing-masing. Divisi dikepalai oleh general manager.

7) Departemen

Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan/ditentukan oleh divisi masing-masing. Departemen dikepalai oleh senior manager.

8) Seksi

Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan yan telah ditentukan/digariskan oleh departemen masing-masing. Seksi dikepalai Manager.

9) Auditor Internal

Auditor internal merupakan unit organisasiyang berdiri sendiri yang bertanggung jawab atas pemeriksaan danpenilaian kegiatan perusahaan dan melaporkan hasil pemeriksanaan dan penilaian tersebut kepada presiden direktur. Auditor internal dibawah pengawasan presiden direktur membantu anggota organisasi yang bertanggung jawab atas tugas yang mereka emban dengan cara memberikan analisis, penilian, rekomendasi, pemberian nasihat dan informasi.

10)Wakil Manajemen untuk ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004 (MR) Management Representative (MR-wakil manajemen) untuk sistem mutu (ISO 9001:2000) dan system lingkungan (ISO14001:2004) diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden direktur.

Tugas dan tanggung jawab wakil manajemen antara lain :

a) Memberikan arahan dan petunjuk kepada seluruh tingkatan Manajemen mengenai implementasi system mutu dan Sistem Lingkungsn Perusahaan. b) Sebagai penghubung antara perusahaan sengan Badan Sertifikat Sistem

Mutu (ISO 9001:2000) dan Sistem Lingkungan (ISO 14001:2004).

c) Memberikan saran kepada Presiden Direktur untuk melakukan Tinjauan Manajemen mengenai implementasi Sistem Mutu dan Sistem Lingkungan tindakan pencegahan serta koreksi sesuai dengan prosedur Mutu dan Lingkungan.

d) Bertanggung jawab atas fungsi Jaminan Mutu dan Kualitas Lingkungan dengan memeberikan masukan-masukan kepada Presiden Direktur dan/atau direktur terkait.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Atas Fungsi Kepegawaian Dan

Dokumen terkait