• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1.1 Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA didaerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km

antara Makasar - Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA. Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km.

4.1.1.2 Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI). Dalam perkembangannya, melalui pengumuman Menteri Perhubungan, Tenaga dan Pekerjaan Umum No. 2 Tanggal 6 Januari 1950, DKARI berubah menjadi DKA (Djawatan Kereta Api) dengan kantor pusat yang berkedudukan di Bandung dengan pimpinan diangkat Ir. Moch Effendi Saleh sebagai Direktur Jenderal Kepala Djawatan Kereta Api. Kemudian pemerintah mengeluarkan UU No. 19 Tahun 1960 dalam rangka penertiban

perusahaan-perusahaan milik negara dengan PP No. 22 Tahun 1963 Tanggal 25 Mei 1963 yakni DKA diganti atau dilebur menjadi Perusahaan Kereta Api – PNKA. Pada saat terjadi peristiwa G 30 S 1965, ribuan pegawai diberhentikan sehingga berkurang tenaga pelaksana tingkat menengah dan rendah yang merupakan tulang punggung perusahaan. Dengan keluarnya UU No. 9 Tahun 1969 pada tanggal 1 Agustus 1969 dan PP No. 61 Tahun 1971 tanggal 15 September 1971, maka PNKA dijadikan Perusahaan Jawatan (Perjan) Kereta Api atau PJKA. Kemudian dalam rangka pelimpahan sebagian wewenang pemerintah maka dikeluarkan PP No. 57 Tahun 1990 dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 9 Tahun 1991 pada tanggal 19 Februari 1991 yang menjadikan PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Tujuh tahun berselang, keluarlah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998 pada tanggal 3 Februari 1998 yang menjadikan Perumka berubah menjadi PT. Kereta Api (Persero). Berdasarkan Keppres No. 39 Tahun 1998 di Jakarta tanggal 1 Juni 1999, Akte Pendirian PT. Kereta Api (Persero) dikukuhkan oleh Akte Notaris Imas Fatimah No. 2 tentang “Pendirian PT. Kereta Api (Persero)”. Sebelumnya juga dibentuk dewan direksi dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 174/KMK. 01/1999 tanggal 20 Mei 1999.

Dalam melayani masyarakat dalam jasa transportsasi baik angkutan penumpang maupun barang, PT. Kereta Api (Persero) terbagi atas 9 Daerah Operasi (Daop) yang tersebar di Pulau Jawa dan 3 Divisi Regional (Divre) yang tersebar di Pulai Sumatera.

b. Daerah Operasi 2 berkedudukan di Bandung c. Daerah Operasi 3 berkedudukan di Cirebon d. Daerah Operasi 4 berkedudukan di Semarang e. Daerah Operasi 5 berkedudukan di Purwokerto f. Daerah Operasi 6 berkedudukan di Yogyakarta g. Daerah Operasi 7 berkedudukan di Madiun h. Daerah Operasi 8 berkedudukan di Surabaya i. Daerah Operasi 9 berkedudukan di Jember

j. Divisi Regional 1 berkedudukan di Sumatera Utara k. Divisi Regional 2 berkedudukan di Sumatera Barat l. Divisi Regional 3 berkedudukan di Sumatera Selatan

4.1.2 Daerah Operasi 8 Surabaya

Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya adalah satuan organisasi di lingkungan PT. Kereta Api (Persero) yang berada di bawah Direksi PT. Kereta Api (Persero). Daop 8 Surabaya dipimpin oleh seorang Executive Vice President (EVP) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direksi PT. Kereta Api (Persero). Untuk efektivitas dan kelancaran penyelenggaraan operasi di wilayahnya, EVP Daop 8 Surabaya dibantu oleh seorang Deputy Executive Vice President (Deputy EVP) dengan pembagian fokus tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab diselaraskan dan disesuaikan dengan kebutuhan di Daerah Operasi 8 Surabaya yang pengaturannya ditetapkan oleh Vice President

Director berdasarkan usulan EVP Daerah Operasi 8 Surabaya. EVP/Deputy EVP Daerah Operasi 8 Surabaya mempunyai tugas pokok dan bertanggung jawab atas tercapaiya visi dan misi perusahaan yang diselenggarakan melalui daerah operasi di wilayah geografisnya, yaitu mencakup :

a. Target pendapatan dan efisiensi biaya;

b. Keselamatan, pelayanan, kenyamanan, dan ketepatan waktu; c. Kesiapan dan kehandalan sarana/prasarana perkeretaapian;

d. Terselenggaranya proses peningkatan kualitas (quality improvement) secara berkelanjutan;

e. Melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR), pelestarian cagar budaya dan kelestarian lingkungan;

f. Optimalisasi sumber daya perusahaan;

g. Terkendalinya operasi perjalanan KA serta keamanan dan ketertiban; h. Terkendalinya aktivitas operasi layanan konsumen, penjualan dan customer

care;

i. Efektivitas penyelenggaraan kerjasama / kemitraan dengan pihak eksternal; j. Terjaganya perimbangan alokasi sumber daya terkait dengan angkutan KA

jarak jauh dan KA jarak pendek;

k. Terkoordinasinya seluruh aktivitas operasi bisnis perkeretaapian, yang diselenggarakan di wilayah geografisnya, baik aktivitas unit-unit organisasi di Daerah Operasi maupun aktivitas yang diselenggarakan oleh unit kantor pusat

l. Memastikan bahwa semua resiko pada proses bisnis di dalam lingkup daerah operasi diidentifikasi, diukur, dievaluasi, direspon, dikontrol, dan dipantau dengan semestinya secara berkelajutan.

m. Mewakili perusahaan di wilayah geografisnya dalam hubungan dengan pihak eksternal sesuai lingkup tanggung jawab dan bisnis daerah operasi.

Daerah Operasi 8 terbagi atas 10 seksi yang memiliki tugas pokok dan tanggung jawab masing-masing, yaitu :

a. Seksi Sumber Daya Manusia dan Umum b. Seksi Keuangan

c. Seksi Sarana

d. Seksi Jalan, Rel, dan Jembatan

e. Seksi Sinyal, Telekomunikasi, dan Listrik f. Seksi Operasi

g. Seksi Komersial

h. Seksi Hubungan Masyarakat Daerah i. Seksi Pelelangan

j. Seksi Hukum

Seksi keuangan adalah satuan organisasi di lingkungan Daerah Operasi 8 Surabaya yang berada di bawah EVP/Deputy EVP Daerah Operasi 8 Surabaya. Seksi keuangan dipimpin oleh seorang manager yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada EVP/Deputy EVP Daerah Operasi 8 Surabaya. Manager Keuangan mempunyai tugas dan tanggung jawab :

a. Merumuskan pejabaran strategi dan kebijaka yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di Wilayah Daerah Operasi 8 Surabaya;

b. Mengkoordinir penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan Daerah Operasi dan melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan rencana serta pelaksanaan anggaran;

c. Terselenggaranya proses peningkatan kualitas (quality improvement) secara berkelanjutan serta pengelolaan risiko di seksinya;

d. Membina pelaksanaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan daerah operasi;

e. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, pengesahan pembayaran gaji pegawai dan non pegawai, pengesahan pembayaran kepada pihak ketiga serta penyelesaian dokumen analisa dan tata usaha keuangan;

f. Melaksanakan penagihan atas piutang usaha dari pengusahaan angkutan penumpang, barang dan pengusahaa aset.

Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, manager keuangan dibantu oleh seorang junior manager dan beberapa asisten manager, yaitu : a. Junior Manager Penagihan, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab

melaksanakan penagihan piutang usaha dari pengusahaan angkutan penumpang, barang, dan pengusahaan aset (rekening G215);

b. Assistant Manager Anggaran, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkoordinasi penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan Daerah Operasi, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan rencana serta pelaksanaan anggaran;

c. Assistant Manager Akuntansi, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab pengelolaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan Daerah Operasi;

d. Assistant Manager Keuangan, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan pajak, pengesahan pembayaran gaji pegawai dan non pegawai, pengesahan pembayaran kepada pihak ketiga, penyelesaian dokumen analisa dan tata usaha keuangan, serta penerbitan rekening G.215.

4.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Seksi Keuangan PT. Kereta Api (Persero) Daop 8 Surabaya

Sumber : PT. Kereta Api (Persero) Daop 8 Surabaya

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Dokumen terkait