• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Gambaran Umum Produk Parfum

Semua orang pasti pernah memakai parfum. Namun tidak semua orang tahu apa sebenarnya parfum itu. Ia dikenal sebagai wewangian yang dipakai untuk meredam Aroma tubuh atau menonjolkan aroma tertentu yang wangi. Parfum memang sebuah substansi (biasanya cair) yang berfungsi untuk menebarkan aroma wangi. Dibuat dari bahan sintetis, alami, atau campuran keduanya. Setiap parfum terdiri dari sejumlah kandungan zat kimia tertentu yang memberikan sensasi dan aroma tertentu. Bisa aroma aneka bunga, buah, dedaunan, atau wewangian lain.

Masing-masing aroma memang diciptakan untuk memberikan sensasi yang berbeda. Aroma-aroma ini kemudian akan bercampur dengan keringat dari tubuh si pemakai dan menghasilkan wangi yang khas. Maka peruntukan parfum memang sebagai wewangian yang befungsi sebagai penguat citra diri, peredam Aroma tubuh, atau untuk merangsang indera penciuman untuk tujuan dan kesan tertentu. Dalam dunia kecantikan, parfum dibedakan menjadi tiga klasifikasi. Pertama yang disebut perfume (parfum), colognes (kolon), dan toilette (toilet waters).

1. Catatan Sejarah

Parfum memang sebuah perangkat istimewa. Sejak dulu kala orang sudah menggunakan “parfum” untuk berbagai tujuan. Catatan sejarah manusia menunjukkan bahwa manusia di masa lampau menggunakan wewangian alami. Bahan seperti resin, getah, karet, dan kulit kayu, dibakar untuk menghasilkan wangi tertentu yang dimanfaatkan dalam upacara ritual khusus (keagamaan).

Jika ditinjau dari etimologi bahasa, asal kata parfum sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya asap yang merebak (per artinya “through” atau merebak: fumus artinya “smoke” atau asap). Maka asal kata parfume memang dari bahan alami yang dibakar untuk menghasilkan aroma tertentu (Harian Global, Sunday 15 April 2007).

Riwayat parfum berkaitan erat dengan sejarah umat manusia. Sejak zaman prasejarah, manusia telah menambah kelezatan pada makanannya dengan membakar minyak dan kayu beraroma. Orang-orang Mesir kuno di zaman antik menghormati para dewanya dengan kemenyan, salep dan minyak wewangian. Semua menjadi bagian penting kegiatan keagamaan dan keindahan wanita (dan pria).

Meskipun parfum berkadar alkohol belum dijumpai pada masa itu, orang Mesir kuno telah akrab dengan parfum. Mereka menghadirkan wewangian dengan membakar kemenyan atau memakai balsam dan salep. Cara ini segera mentradisi di kuil-kuil. Cara sederhana kemudian berangsur berganti dengan resep yang kompleks. Bukti-buktinya dapat dibaca pada tulisan Mesir kuno

(hieroglif) di Edfou dan Philae. Begitu juga tentang detail formula awal parfum, seperti kemenyan kyphi yang terkenal (http://identics.tripod.com).

Walau bentuknya belum seperti parfum yang kita kenal, minyak wangi pun sudah mulai dipakai pada ratusan tahun sebelum masehi sebagai pewangi tubuh orang-orang yang dihormati.

Di masa lalu, perkembangan parfum justru terjadi di wilayah Timur, dari Timur Tengah sampai Asia sebagai bagian dari seni oriental. Digunakan secara lebih meluas di kalangan bangsawan dan orang-orang terhormat. Pada catatan tahun 1200-an (abad ke-13) pasukan Perang Salib (Crusader) memboyong “teknologi” parfum dari wilayah Palestina kuno ke Inggris dan Prancis. Lalu pada abad ke-16 (tahun 1500-an), parfum pun menjadi populer di daratan Eropa. Perkembangan teknologi dan penemuan bahan-bahan kimia mendorong industri parfum semakin berkembang di Eropa pada tahun 1800-an. Dan kemudian wilayah Eropa menjadi produsen parfum yang paling terkenal dengan kualitas tinggi di dunia, terutama di Paris, Prancis. Walaupun sesungguhnya, dalam sejarah pengguanaanya, parfum lebih dulu dipakai oleh orang-orang Mesir dan Asia (Harian Global, Sunday 15 April 2007).

2. Alternatif Wewangian Sebagai Kebutuhan

Minyak wangi saat ini bukan dominasi kaum perempuan. Penggunaannya sudah meluas. Bahkan kaum lelaki pun mulai merasa kurang pas tanpa minyak wangi. Maka wewangian pun sudah menjadi bagian kebutuhan dan pelengkap penampilan bagi perempuan dan lelaki.

Sebagai salah satu kebutuhan, parfum pun semakin berkembang, baik dalam varian aroma maupun peruntukan pemakaiannya. Dalam hal ini ketahanan atau keawetan aroma parfum pun menjadi perhatian penggunanya. Bahkan agar parfum itu bisa tetap awet, diperlukan cara penyimpanan yang baik.

3. Ragam Parfum

Parfum saat ini bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan penampilan seseorang, tapi bisa menjadi ciri citra diri seseorang. Mungkin karena adanya sinergi antara penampilan, kepribadian, dan aroma. Karena itu selektif dalam memilih wewangian adalah salah satu kunci menuju pencitraan diri pribadi.

Saat ini kepribadian seseorang tidak hanya dapat dilihat dari busana apa yang dipakainya, tetapi juga dari jenis dan aroma parfum apa yang dipakainya. Dari aroma parfum yang dipakai, kita bisa menebak karakter atau kepribadian seseorang.

Berganti-ganti parfum adalah salah satu cara jitu untuk selalu merubah style dan penampilan, agar tak terkesan ”monoton”. Tiap perubahan penampilan yang kita lakukan, seperti misalnya gaya tatanan rambut, kacamata dan busana, pastikan parfum matching dengan ”karakter” baru itu. Dengan parfum yang tepat, aroma kesuksesan juga akan terpancar pada diri (http://www.kapanlagi.com/a/0000004907.html.)

4. Efek Samping

Sangat penting untuk mengetahui bahwa tiap aroma atau bau cologne berbeda bagi tiap orang. Reaksi dari parfum pada tubuh dan juga kulit adalah sebuah proses kimiawi dan berkaitan erat antara tubuh kita dengan parfum tertentu.

Siapa menyangka di balik parfum seseorang yang semerbak mungkin tersembunyi perasaan tertekan dan depresi. Seorang wanita yang memakai parfum terlalu wangi, misalnya, bisa jadi tak sadar bahwa dirinya tengah dilanda depresi. Begitulah kira-kira simpulan seorang dokter dan peneliti penyakit autoimmune dari Universitas Tel Aviv, Israel, Dr. Yehuda Shoenfeld, saat mempelajari autoantibody. Pada kondisi normal antibodi digunakan untuk menyerang kuman, virus, dan penyebab penyakit lain yang masuk ke dalam tubuh. Namun, pada penderita penyakit-penyakit autoimmune, misalnya lupus, produksi antibodi terlalu berlebihan sehingga justru menyerang sel-sel tubuh (http://klipingut.wordpress.com/2008/01/19/).

Temuan ilmiah tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami depresi juga kehilangan kepekaan indera penciumannya dan mungkin bentuk kompensasinya menggunakan parfum berlebihan.

Dokumen terkait