• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk

Dalam dokumen Oleh RINDA SIAGA PANGESTUTI H (Halaman 69-75)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Acara peringatan pendirian dilakukan di Istana Bogor dan memperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.

Pada akhir tahun 90–an Indonesia dilanda krisis moneter. Sektor perbankan nasional mengalami kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, BMI mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham BMI. Kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa–masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi BMI. BMI berhasil mengembalikan kondisi perusahaan menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap karyawan Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Bank Muamalat berhasil bangkit dari kerugian, diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota direksi diangkat dari internal Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (1) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (2) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak karyawan Muamalat sedikitpun, (3) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri karyawan Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan direksi baru, (4) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (5) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank Muamalat ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia.

Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui beberapa award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York).

4.1.1 Visi dan Misi BMI

BMI memiliki sebuah visi, “Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasional.” Misi BMI adalah “Menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen, dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh pemangku kepentingan.” 4.1.2 Struktur Organisasi BMI

Pada BMI, perusahaan dipimpin oleh seorang presiden direktur yang membawahi lima direktur, yakni Compliance and Corporate Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking Director, Treasury and International Banking Director, dan Finance and Operations Director. Struktur perusahaan BMI juga dilengkapi dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional dan produk perbankan agar sesuai dengan ketentuan syariah. Kedudukan DPS setingkat dengan Dewan Komisaris agar pendapat yang dikeluarkan oleh DPS untuk BMI lebih efektif. Berikut struktur organisasi BMI.

Board of Comissioners President Director Shariah Supervisiory Board Complience & Corporate Planning Director Finance & Operation Director Treasury & International banking Director Retail Banking Director Corporate Banking Director Financin g Support Division Complience Division Corporate Secretary Division Corporate Planning Division Remedial Division Product Dev. Division Retail Product Development Division Chanel Management Division Sales Management & Support Division Finance & Accounting Division IT Management Division General Admin & Network Division Treasury Division Funding Policy & Service Division Internal Banking & Financing Institution Division

4.1.3 Perkembangan Pembiayaan Anggota Koperasi BMI Cabang Bogor Tahun 2009–2011

Pembiayaan anggota koperasi merupakan salah satu jenis produk penyaluran pembiayaan BMI yang ditujukan kepada Kopkar yang kekurangan dana untuk membantu memenuhi kebutuhan anggota dengan cara meminjamkan sejumlah dana. Produk pembiayaan ini sudah ada sejak tahun 2000–an dan terus berkembang hingga saat ini. Berbagai perbaikan terhadap kebijakan produk, prosedur pembiayaan, dan plafond pembiayaan terus dilakukan dari tahun ke tahun.

Jika dilihat dari aspek kebijakan produk dan prosedur pembiayaan anggota koperasi dari tahun 2009 hingga 2011, BMI terus melakukan pembenahan khususnya terkait dengan hal–hal yang detail. Misalnya, meningkatkan aspek analisis pembiayaan terutama dalam hal trade checking yang dilakukan secara lebih mendalam. Apalagi, sejak tahun 2011 sudah direncanakan untuk menambahkan syarat bagi Kopkar yang anggotanya ingin mengajukan plafond pembiayaan hingga Rp 100.000.000 maka Kopkar yang menaungi harus sudah berbadan hukum syariah. Hal itu dilakukan untuk menjaga tingkat NPF agar tetap rendah meski plafond yang ditawarkan relatif besar.

Terkait dengan aspek peningkatan plafond pembiayaan, pihak BMI sengaja menawarkan jumlah pinjaman yang dilipatgandakan hinga 100% dari tahun 2009 hingga 2011. Secara umum, banyak Kopkar yang sangat tertarik dengan penawaran BMI tersebut. Berikut tabel pembiayaan anggota koperasi tahun 2009–2011.

Tabel 4. Total pembiayaan anggota koperasi

Keterangan 2009 2010 2011

Total Pembiayaan (Rp) 26.772.434.442 41.585.454.665 40.117.371.536

Peningkatan (%) - 55,33 -3,53

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012)

Pada tahun 2009, pembiayaan anggota koperasi tercatat mencapai Rp 26.772.434.442, sedangkan nasabah yang telah melunasi pinjaman pada sebanyak sembilan Kopkar dengan total Rp 2.501.000. Total pembiayaan Rp 26.772.434.442 dapat dicapai ketika plafond pembiayaan maksimum yang dapat diajukan oleh nasabah adalah Rp 25 juta. Dengan maksimum plafond pembiayaan yang masih relatif kecil tersebut, BMI dapat mencapai angka pembiayaan anggota koperasi tanpa jaminan fix asset hingga Rp 26 miliar saja sudah tergolong bagus. Hal itu mengingat jumlah account manager yang bekerja di BMI Cabang Bogor saat itu hanya sekitar lima orang saja.

Pembiayaan anggota koperasi mengalami pertumbuhan sebesar 55,33% dari tahun 2009 ke tahun 2010, yakni dari Rp 26.772.434.442 menjadi Rp 41.585.454.665. Peningkatan total penyaluran pembiayaan ini disebabkan oleh kebijakan baru BMI yang meningkatkan plafond pembiayaan maksimum untuk masing–masing anggota Kopkar menjadi Rp 50 juta. Pembiayaan baru yang masuk masing–masing berasal dari empat Kopkar/nasabah lama yang sebelumnya memiliki pinjaman anggota koperasi tapi belum lunas dan tiga Kopkar baru yang sebelumnya tidak memiliki pinjaman anggota koperasi di BMI. Pada tahun 2010 ini juga tercatat ada enam pembiayaan dengan total Rp 2.056.475.000 yang sudah lunas.

Pada tahun 2011, terjadi penurunan total penyaluran pembiayaan anggota koperasi dari tahun 2010. Total pembiayaan pada tahun 2011 mencapai Rp 40.117.371.536. Penurunan pertumbuhan pembiayaan anggota koperasi dari tahun 2010 ke tahun 2011 adalah sebesar 3,53%. Meski di tahun 2011 tejadi penurunan jumlah pembiayaan, namun hal itu tidak terjadi secara signifikan karena tiga pembiayaan sudah lunas dengan total Rp 1.154.000.000 di tahun 2011. Pembiayaan anggota koperasi tidak mengalami pertumbuhan seperti periode 2009–2010 karena memang pada tahun 2011 sedang dilakukan evaluasi dan perumusan kembali prosedur dan kebijakan baru pembiayaan anggota koperasi agar ke depan menjadi lebih baik.

4.1.4 Perkembangan NPF Pembiayaan Anggota Koperasi BMI Cabang Bogor

Perkembangan Non Performing Financing (NPF) net pembiayaan anggota koperasi pada BMI Cabang Bogor dihitung berdasarkan rumus yang dipergunakan oleh bank. Bentuk form perhitungan NPF net secara lengkap ada dalam lampiran 13, 14, dan 15 skripsi ini. Berikut adalah tabel perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi periode 2009–2011.

Tabel 5. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi

Keterangan 2009 2010 2011

Total Outstanding 306.526.780 133.616.504 133.616.504 Posisi Pembiayaan 26.772.434.442 41.585.458.665 40.117.371.536

NPF Net 1,14% 0,32% 0,33%

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa NPF net pembiayaan anggota koperasi tertinggi terjadi pada tahun 2009. Hal itu disebabkan oleh jumlah kredit macet pada tahun 2009 mencapai Rp 306.526.780. NPF net dihitung dengan cara membagi besarnya pembiayaan yang termasuk kolektibilitas 3, 4, dan 5 dengan total outstanding pembiayaan anggota koperasi. NPF net pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan berada diposisi 0,32%. Peningkatan NPF net sebesar 0,01% terjadi pada tahun 2011, yakni 0,33%. Meski pembiayaan yang macet pada tahun 2010 dan 2011 besarnya adalah sama, namun jumlah outstanding pada tahun 2010 lebih kecil dibandingkan tahun 2011. Hal itu membuat nilai NPF net tahun 2010 dan 2011 mengalami perbedaan.

Secara keseluruhan, NPF net pembiayaan anggota koperasi masih berada di bawah angka 5%. Hal ini menunjukkan bahwa NPF net masih berada dalam posisi yang sehat dan penyaluran pembiayaan anggota koperasi masih dapat dilakukan. Rendahnya tingkat NPF net juga menunjukkan bahwa kinerja account manager dalam menyalurkan dan mengelola nasabah pembiayaan anggota koperasi terbilang baik.

4.2. Strategi Menanggulangi Kerugian Akibat Risiko Pembiayaan

Dalam dokumen Oleh RINDA SIAGA PANGESTUTI H (Halaman 69-75)

Dokumen terkait