• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografis dan Administrasi

Kabupaten Sukabumi termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten Sukabumi terletak antara 106049’ – 107000’ Bujur Timur dan 6057’ – 7025’ Lintang Selatan dan secara administrasi terdiri atas 47 kecamatan, 381 desa dan 5 kelurahan. Sampai dengan akhir tahun 2012 terdapat 3,709 RW dan 14,205 RT. Menurut data pendataan potensi desa, dari 386 desa dan kelurahan yang ada, wilayah yang dikatagorikan masuk perkotaan sebanyak 67 desa/kelurahan dan sisanya 319 desa merupakan katagori perdesaan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan Pelabuhanratu. Luas Kabupaten Sukabumi adalah sekitar 4,128 km2 atau 416,111 ha.

Batas-batas wilayah Kabupaten Sukabumi adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia/ Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan Samudera Indonesia/ Hindia dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Kabupaten Sukabumi juga berbatasan secara langsung dengan wilayah Kota Sukabumi yang merupakan daerah kantong (enclave) yang dikelilingi beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Kota Sukabumi dengan wilayah-wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai hubungan yang bersifat fungsional, dimana Kota Sukabumi merupakan salah satu pusat (nodal) bagi wilayah-wilayah Kabupaten Sukabumi yang mengelilinginya (hinterland). Jarak dari ibukota Propinsi Jawa Barat adalah 95 km sedangkan jarak terhadap ibukota Negara sejauh 120 km. Peta Administrasi Kecamatan Wilayah Kabupaten Sukabumi tertera pada Gambar 7.

27

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2012 mencapai 2,427,300 jiwa yang terdiri dari 1,237,447 laki-laki dan 1,189,853 perempuan dengan rasio jenis kelamin 103.9 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 104 laki-laki. Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi sebesar 579 orang per Km2 (Tabel 6). Peta kepadatan penduduk tahun 2012 Kabupaten Sukabumi tertera pada Gambar 8.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi Thun 2005-2012

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Kepadatan penduduk per km2 2005 1,136,359 1,088,634 2,224,993 104.38 535 2006 1,151,103 1,089,798 2,240,901 105.63 538 2007 1,151,413 1,106,840 2,258,253 104.03 543 2008 1,158,864 1,118,056 2,277,020 103.66 547 2009 1,185,833 1,142,971 2,328,804 103.75 559 2010 1,193,342 1,148,067 2,341,409 103.94 563 2011 1,214,769 1,168,681 2,383,450 103.94 573 2012 1,237,447 1,189,853 2,427,300 103.94 579 Sumber: BPS Kabupaten Sukabumi (2013).

28

Karakteristik Wilayah Topografi

Kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Sukabumi cukup bervariasi berkisar antara 0 – 40 persen. Daerah pesisir pantai memiliki kemiringan lebih landai bila dibandingkan dengan daerah di bagian tengah Kabupaten Sukabumi. Daerah pesisir bagian barat cenderung lebih terjal dibandingkan dengan daerah pesisir lainnya. Daerah yang memiliki kemiringan (25-40%) sebagian besar ada di wilayah utara dan barat yaitu disekitar Gunung Gede dan Gunung Halimun Salak. Sebaran wilayah Kabupaten Sukabumi berdasarkan kemiringan lereng didominasi oleh daerah dengan kemiringan lereng (15 – 25%) mencapai 60.0 persen. Kelas lereng kedua didominasi oleh kemiringan lereng (25-40%) mencapai 21.2 persen dan diikuti kemiringan lereng (8 – 15%) mencapai 7.8 persen. Kelas lereng wilayah Kabupaten Sukabumi tertera pada Tabel 7 dan Gambar 9.

Tabel 7. Kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi

No Kelas Lereng Luas (ha) Persentase (%)

1 0 – 3 % 22,423 5.4 2 3 – 8 % 5,153 1.2 3 8 – 15 % 32,542 7.8 4 15 – 25% 250,747 60.3 5 25 – 40 % 88,240 21.2 6 > 40 % 17,006 4.1 Jumlah 416,111 100.0 Sumber : BBSDLP (2010).

29 Bentuk permukaan tanah (morfologi) wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit, sampai bergunung. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian utara dan tengah. Ketinggian wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi antara 0 – 2,958 mdpl (dengan puncak tertinggi terdapat di Gunung Gede Pangrango 2,958 mdpl). Daerah datar umumnya terdapat di daerah pantai dan kaki gunung yang sebagian besar merupakan daerah pertanian lahan basah (persawahan), sedangkan daerah berbukit-bukit sebagian besar merupakan daerah pertanian lahan kering dan perkebunan.

Jenis Tanah

Dari aspek kemampuan tanah (kedalaman efektif dan tekstur), wilayah Kabupaten Sukabumi sebagian besar bertekstur tanah sedang (tanpa liat). Kedalaman tanahnya dapat dikelompok menjadi 2 (dua) golongan besar, yaitu kedalaman tanah sangat dalam (lebih dari 90 cm) dan kedalaman tanah kurang dalam (kurang dari 90 cm). Kedalaman efektif tanah dalam tersebar di bagian utara, sedangkan kedalaman efektif tanah sedang sampai dangkal tersebar di bagian tengah dan selatan (BPS Kabupaten Sukabumi 2013).

Jenis tanah wilayah Kabupaten Sukabumi berdasarkan taksonomi tanah tahun 2010 (USDA) terdiri atas lima jenis tanah, yaitu Inceptisol, Entisol, Alfisol, Ultisol dan Andisol. Sebaran jenis tanah Andisol sebagian besar ada di wilayah bagian utara dengan luasan mencapai 62,967 hektar atau 15.1 persen. Tanah Inceptisol tersebar merata dan mendominasi hampir seluruh jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Sukabumi dengan luasan sebesar 206,690 hektar atau 49.7 persen. Tanah ultisol juga tersebar tetapi sebagian besar ada di wilayah bagian selatan dengan luasan mencapai 125,535 hektar atau 30.2 persen. Komposisi jenis tanah di Kabupaten Sukabumi tertera dalam Tabel 8 dan Gambar 10.

Tabel 8. Sebaran jenis tanah di wilayah Kabupaten Sukabumi

No Jenis Tanah Luas (ha) Persentase (%)

1 Andisol 62,967 15.1 2 Alfisol 18,438 4.4 3 Entisol 2,481 0.6 4 Inceptisol 206,690 49.7 5 Ultisol 125,535 30.2 Jumlah 416,111 100.0 Sumber : BBSDLP (2010); Skala 1: 250,000 Curah Hujan

Sebaran curah hujan di wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi antara 2,500-5,500 mm/tahun. Wilayah Kabupaten Sukabumi sebagaian besar didominasi oleh curah hujan yang berkisar antara 3,000-3,500 mm/ tahun, yaitu di sekitar wilayah bagian tengah Kabupaten Sukabumi. Wilayah yang memiliki curah hujan yang tinggi berada pada daerah ketinggian > 2,000 m dengan penutupan lahan berupa hutan. Curah hujan di Kabupaten Sukabumi tertera pada Gambar 11.

30

Gambar 10. Peta Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Sukabumi

Gambar 11. Peta Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Sukabumi

Rencana Tata Ruang Wilayah / RTRW

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan penjabaran dari strategi dan arahan kebijaksanaaan pemanfaatan ruang wilayah provinsi ke dalam strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dan kebijakan-

31 kebijakan lainya. Berdasarkan RTRW Kabupaten Sukabumi Tahun 2012 – 2032, pemanfaatan ruang di Kabupaten Sukabumi terdiri atas kawasan lindung sebesar 55,232 hektar atau 13.3 persen dan kawasan budidaya sebesar 360,879 hektar atau 86.7 persen. Pola ruang sebagian besar diarahkan untuk penggunaan lahan kering sebesar 99,406 hektar atau 23.9 persen dari total luas wilayah. Sebaran arahan penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi tertera pada Tabel 9, sebaran spasialnya disajikan pada Gambar 12.

Tabel 9. Sebaran arahan penggunaan lahan menurut RTRW Kabupaten Sukabumi

No Pola Ruang Keterangan Luas

(ha)

Persentase (%)

1 Kaw. Sepadan Sungai Kawasan Lindung 4,077 1.0

2 Kaw. Sempadan Pantai Kawasan Lindung 1,060 0.3

3 Kaw. Hutan Konservasi Kawasan Lindung 48,034 11.5

4 Kaw. Hutan Lindung Kawasan Lindung 2,061 0.5

5 Kaw. Pertanian Lahan Basah Kawasan Budidaya 46,426 11.2 6 Kaw. Permukiman Perdesaan Kawasan Budidaya 89,306 21.5 7 Kaw. Pertanian Lahan Kering Kawasan Budidaya 99,406 23.9 8 Kaw. Permukiman Perkotaan Kawasan Budidaya 18,819 4.5 9 Kaw. Peruntukan Perkebunan Kawasan Budidaya 44,916 10.8

10 Kaw. Hutan Cadangan Kawasan Budidaya 855 0.2

11 Kaw. Hutan Produksi Terbatas Kawasan Budidaya 38,112 9.2

12 Kaw. Enclave Kawasan Budidaya 2,405 0.6

13 Kaw. Hutan Produksi Kawasan Budidaya 20,634 5.0

Jumlah 416,111 100.0

Sumber : Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi (2012).

32

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hirarki Wilayah di Kabupaten Sukabumi

Tingkat perkembangan wilayah masing-masing kecamatan di Kabupaten Sukabumi dicerminkan dengan kelengkapan fasilitas yang dimiliki (fasilitas umum, ekonomi, sosial, kelembagaan dan infrastruktur) dan diukur dengan nilai Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK). Semakin tinggi nilai IPK maka semakin tinggi kapasitas pelayanan dan tingkat perkembangan suatu wilayah. Sebaliknya, semakin rendah nilai IPK maka semakin rendah kapasitas pelayanan dan tingkat perkembangan dari wilayah tersebut. Variabel yang digunakan dalam analisis ini secara umum terbagi dalam empat kelompok data, yaitu : aksesibilitas (jarak dan waktu tempuh ke ibukota kabupaten dan kota lain terdekat dan fasilitas perhubungan berupa terminal), fasilitas pendidikan (jumlah TK-SD, SLTP dan SLTA), fasilitas kesehatan (RSU, Puskesmas/pustu/pusling, dan poskesdes) dan fasilitas ekonomi (pasar, bank, koperasi, toko/warung, restoran/rumah makan, dan berbagai jenis industri) (Lampiran 1). Hasil perhitungan skalogram secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan hasil perhitungan skalogram, nilai IPK seluruh kecamatan yang tersebar di Kabupaten Sukabumi dapat dikelompokkan ke dalam tiga hirarki pusat pelayanan sebagai berikut (Tabel 10):

1. Tingkat hirarki I merupakan wilayah kecamatan dengan tingkat perkembangan yang tinggi. Terdapat 7 (tujuh) kecamatan yang termasuk dalam hirarki I, yaitu : Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Jampangkulon, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Cibadak, Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Surade. Nilai IPK untuk hirarki I memiliki rentang antara 31.16 sampai 23.65 untuk nilai rataan IPK sebesar 26.66.

2. Tingkat hirarki II merupakan wilayah kecamatan-kecamatan dengan tingkat perkembangan sedang. Terdapat 16 kecamatan yang termasuk dalam hirarki II, yaitu: Kecamatan Cidolog, Gunungguruh, Ciemas, Cicurug, Cikakak, Cimanggu, Cisolok, Cisaat, Nyalindung, Cicantayan, Tegalbuleud, Kebonpedes, Waluran, Kadudampit, Bojonggenteng, dan Kalibunder. Kecamatan dalam Hirarki II memiliki rentang nilai IPK dari 23.05 sampai 18.12 dengan nilai rataan sebesar 20.72.

3. Tingkat hirarki III merupakan wilayah kecamatan-kecamatan dengan tingkat perkembangan rendah. Terdapat 24 kecamatan yang termasuk dalam hirarki III, yaitu: Kecamatan Cidadap, Cireunghas, Curugkembar, Ciracap, Nagrak, Lengkong, Jampangtengah, Gegerbitung, Parakansalak, Sukalarang, Simpenan, Sagaranten, Caringin, Cikembar, Warungkiara, Parungkuda, Ciambar, Kalapanunggal, Cikidang, Cidahu, Purabaya, Pabuaran, Kabandungan dan Bantargadung. Kecamatan dalam hirarki III memiliki rentang nilai IPK dari 18.01 sampai 8.65 dengan rataan sebesar 13.86.

33 Tabel 10. Nilai IPK dan Hirarki Kecamatan di Kabupaten Sukabumi

No Kecamatan IPK Hirarki

1 Sukabumi 31.16 Hirarki 1 2 Jampangkulon 31.00 Hirarki 1 3 Cibadak 25.92 Hirarki 1 4 Palabuhanratu 25.61 Hirarki 1 5 Surade 25.09 Hirarki 1 6 Sukaraja 24.18 Hirarki 1 7 Cibitung 23.65 Hirarki 1 8 Cidolog 23.05 Hirarki 2 9 Gunungguruh 22.86 Hirarki 2 10 Cisaat 22.69 Hirarki 2 11 Kebonpedes 22.50 Hirarki 2 12 Cisolok 21.59 Hirarki 2 13 Waluran 21.24 Hirarki 2 14 Kalibunder 21.05 Hirarki 2 15 Cikakak 20.94 Hirarki 2 16 Cicantayan 20.55 Hirarki 2 17 Ciemas 20.23 Hirarki 2 18 Cimanggu 19.84 Hirarki 2 19 Nyalindung 19.38 Hirarki 2 20 Cicurug 19.22 Hirarki 2 21 Tegalbuleud 19.17 Hirarki 2 22 Bojonggenteng 19.02 Hirarki 2 23 Kadudampit 18.12 Hirarki 2 24 Curugkembar 18.01 Hirarki 3 25 Ciracap 17.98 Hirarki 3 26 Nagrak 17.85 Hirarki 3 27 Simpenan 17.12 Hirarki 3 28 Jampangtengah 17.11 Hirarki 3 29 Gegerbitung 16.89 Hirarki 3 30 Lengkong 16.64 Hirarki 3 31 Cireunghas 16.00 Hirarki 3 32 Parakansalak 15.57 Hirarki 3 33 Sagaranten 15.17 Hirarki 3 34 Caringin 14.90 Hirarki 3 35 Cidadap 14.61 Hirarki 3 36 Sukalarang 14.58 Hirarki 3 37 Parungkuda 13.44 Hirarki 3 38 Cikidang 12.79 Hirarki 3 39 Cikembar 12.59 Hirarki 3 40 Ciambar 12.37 Hirarki 3 41 Warungkiara 12.02 Hirarki 3 42 Pabuaran 10.37 Hirarki 3 43 Purabaya 10.32 Hirarki 3 44 Bantargadung 9.57 Hirarki 3 45 Kalapanunggal 9.18 Hirarki 3 46 Cidahu 8.98 Hirarki 3 47 Kabandungan 8.65 Hirarki 3

Kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam hirarki I umumnya merupakan kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya seperti

34

Kecamatan Cibadak, Jampangkulon, Cibitung dan Surade, kecamatan yang berbatasan dengan wilayah Kota Sukabumi (hinterland) seperti Kecamatan Sukabumi dan Sukaraja serta kecamatan yang merupakan ibukota kabupaten yaitu Palabuhanratu. Kecamatan-kecamatan ini umumnya memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan yang lebih lengkap dan memadai dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan yang berada disekitarnya. Kecamatan Sukabumi dan Sukaraja memiliki pertumbuhan yang tinggi disebabkan adanya pengaruh dari pertumbuhan dan perkembangan Kota Sukabumi, selain itu kecamatan Sukaraja juga berada pada jalur akses utama yang menghubungkan kota sukabumi dengan Kabupaten Cianjur sehingga aksesibilitasnya menjadi lebih baik. Kecamatan Cibadak termasuk pada hirarki I karena merupakan wilayah pusat kegiatan sehubungan dengan posisinya yang strategis, berada pada jalur akses utama yang menghubungkan kota Sukabumi, Bogor dan ibukota Palabuhanratu (Gambar 13). Sedangkan kecamatan Jampangkulon, Cibitung dan Surade memiliki perkembangan yang tinggi karena untuk wilayah sukabumi bagian selatan, kegiatan masyarakat baik di sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan lebih banyak terkonsentrasi di kecamatan-kecamatan tersebut sehingga menjadi pusat pertumbuhan bagi kecamatan di sekitarnya.

35 Kecamatan pada tingkat hirarki II tersebar diseluruh wilayah kabupaten tetapi pada umumnya berada di sekitar wilayah hirarki I atau wilayah lain dengan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi (Kota Sukabumi, Bogor). Kecamatan-kecamatan pada tingkat hirarki III pada umumnya memiliki sarana dan prasarana yang relatif kurang sehingga tingkat pelayanan dari fasilitas yang adapun sangat rendah, dan aksesibilitas ke pusat-pusat pelayanan relatif lebih sulit dibandingkan kecamatan yang berada dalam hirarki yang lebih tinggi. Sebaran kecamatan yang termasuk dalam hirarki III sebagian besar berada di wilayah sukabumi bagian tengah dan utara. Setelah diketahui tingkat perkembangan masing-masing kecamatan, selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui jenis komoditas unggulan apa saja yang ada di masing-masing kecamatan.

Analisis Komoditas Unggulan

Komoditas pertanian yang digunakan meliputi tiga sub sektor pertanian yang memiliki sumbangan terbesar (>5%) dalam PDRB Kabupaten Sukabumi yaitu pertanian tanaman pangan, peternakan dan perkebunan. Variabel yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan potensi komoditas masing-masing kecamatan adalah luas panen dari komoditas pertanian tanaman pangan, luas tanaman menghasilkan untuk komoditas perkebunan dan jumlah ternak untuk komoditas peternakan.

Analisis komoditas unggulan dilakukan terhadap data komoditas pertanian tahun 2001 dan 2012. Pada tahun 2001, jumlah kecamatan di Kabupaten Sukabumi sebanyak 45 kecamatan sedangkan pada tahun 2012 telah terjadi penambahan kecamatan hasil pemekaran sebanyak 2 kecamatan sehingga menjadi 47 kecamatan. Terkait dengan keterbatasan data pada tahun 2001, maka analisis komoditas unggulan dilakukan hanya terhadap 45 kecamatan dengan asumsi bahwa data tahun 2012 merupakan data ketika belum terjadi pemekaran kecamatan.

Berdasarkan hasil analisis LQ (Lampiran 3), diketahui bahwa untuk komoditas tanaman pangan, semua wilayah kecamatan memiliki minimal satu komoditas yang unggul secara komparatif dari sisi luasan panen yang ditandai dengan nilai LQ ≥ 1. Kecamatan dengan komoditas unggulan terbanyak yaitu Pabuaran, Jampangtengah dan Gegerbitung yang masing-masing memiliki empat komoditas unggul. Pabuaran secara komparatif memiliki keunggulan untuk komoditas jagung, ubi kayu, kedelai dan kacang tanah. Kecamatan Jampangtengah dan Gegerbitung memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas jagung, ubi jalar, ubi kayu dan kacang tanah. Sektor perkebunan terdapat empat kecamatan yang memiliki komoditas unggulan terbanyak yaitu Cidolog, Cikembar, Kadudampit dan Cisaat, dimana masing-masing memiliki tiga komoditas unggulan sedangkan kecamatan lainnya minimal memiliki satu komoditas yang unggulan secara komparatif. Kecamatan Cidolog dan Cikembar secara komparatif memiliki keunggulan untuk komoditas kopi, karet dan kelapa sedangkan Kadudampit dan Cisaat memiliki komoditas kopi, cengkeh dan kelapa. Untuk komoditas peternakan ada delapan kecamatan yang memiliki empat komoditas unggulan yaitu Cikemas, Waluran, Surade, Jampangkulon, Lengkong, Nyalindung, Cisaat dan Cisolok selebihnya berkisar antara satu sampai tiga komoditas. Kecamatan Waluran, Surade, dan Jampangkulon secara komparatif

36

unggul untuk komoditas ternak sapi potong, itik, kambing dan kerbau. Kecamatan Ciemas memiliki komoditas sapi potong, ayam, kambing dan kerbau. Kecamatan Lengkong dengan komoditas sapi potong, itik, domba dan kerbau sedangkan Nyalindung memiliki komoditas sapi perah, ayam, kambing dan kerbau. Cisaat memiliki komoditas sapi potong, sapi perah, domba dan kambing serta kecamatan Cisolok memiliki komoditas itik, domba, kambing dan kerbau.

Selanjutnya dilakukan analisis SSA untuk mengetahui posisi, daya saing dan kinerja komoditas pertanian masing-masing kecamatan dibandingkan dengan komoditas pertanian di wilayah Kabupaten Sukabumi. Analisis SSA yang digunakan hanya ditinjau dari komponen differential shift (DS). DS digunakan untuk mengetahui pertumbuhan masing-masing komoditas di setiap kecamatan yang hanya dipengaruhi oleh pergeseran aktivitas komoditas di kecamatan tersebut dibandingkan dengan kecamatan yang lain di wilayah Kabupaten Sukabumi. Nilai DS yang positif (> 0) menandakan bahwa komoditas tersebut memiliki keunggulan kompetitif, yaitu kemampuan untuk terus tumbuh dan berkembang meskipun tidak didukung oleh faktor-faktor eksternal. Hasil analisis DS diketahui bahwa untuk komoditas pertanian tanaman pangan memiliki keunggulan kompetitif di 25 kecamatan, komoditas perkebunan memiliki keunggulan kompetitif di 22 kecamatan, dan komoditas peternakan memiliki keunggulan kompetitif di 39 kecamatan. Lebih jelasnya nilai DS masing-masing komoditas dapat dilihat pada Lampiran 4.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai komoditas unggulan baik secara komparatif maupun kompetitif maka dilakukan kombinasi hasil analisis LQ dan SSA. Komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif (LQ ≥ 1) dan kompetitif (DS > 0) dapat direkomendasikan menjadi komoditas unggulan di suatu wilayah. Hasil kombinasi LQ dan DS dapat dilihat pada Lampiran 5. Komoditas unggulan untuk tanaman pangan adalah padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kedelai dan kacang tanah. Komoditas padi merupakan komoditas unggulan di kecamatan Jampangkulon, Kalibunder, Sukabumi, Kadudampit, Cidahu, Parakansalak dan Parungkuda. Komoditas jagung menjadi komoditas unggulan di 8 kecamatan, komoditas ubi jalar ada sebanyak 6 kecamatan, ubi kayu terdapat di 6 kecamatan, kedelai 5 kecamatan dan kacang tanah menjadi komoditas unggulan di 6 kecamatan. Kecamatan-kecamatan yang memiliki komoditas unggulan secara komparatif dan kompetitif untuk masing-masing komoditas seperti tampak pada Tabel 11, Tabel 12 dan Tabel 13.

Tabel 11. Wilayah komoditas unggulan tanaman pangan

No Komoditas Kecamatan

1 Padi Jampangkulon, Kalibunder, Sukabumi, Kadudampit, Cidahu, Parakansalak, Parungkuda

2 Jagung Tegalbuleud, Cidolog, Sagaranten, Pabuaran, Lengkong, Warungkiara, Nyalindung, Cicurug

3 Ubi Jalar Warungkiara, Gegerbitung, Cicurug, Cidahu, Parakansalak, Kalapanunggal

4 Ubi Kayu Warungkiara, Cikembar, Cicurug, Cidahu, Parakansalak, Kalapanunggal

5 Kedelai Ciracap, Tegalbuleud, Sagaranten, Pabuaran, Lengkong

37 Tabel 12. Wilayah komoditas unggulan perkebunan

No Komoditas Kecamatan

1 Teh Ciemas, Lengkong, Purabaya, Nyalindung, Sukabumi, Cicurug, Parakansalak, Cikidang

2 Kopi Cidolog, Lengkong, Gegerbitung, Sukabumi, Kadudampit 3 Cengkeh Ciemas, Cikembar, Sukaraja, Cibadak, Cicurug

4 Karet Cidolog, Pabuaran

5 Kelapa Ciracap, Tegalbuleud, Ciemas, Jampangkulon, Cidolog, Cibadak

Tabel 13. Wilayah komoditas unggulan peternakan

No Komoditas Kecamatan

1 Sapi potong Jampangkulon, Tegalbuleud, Cidolog, Purabaya, Cireunghas, Cisaat, Parakansalak

2 Sapi perah Cireunghas

3 Ayam Ciemas, Kalibunder, Warungkiara, Sukalarang, Sukabumi, Cidahu, Kadudampit, Gunungguruh, Cicantayan, Parungkuda,

Bojonggenteng

4 Itik Waluran, Surade, Cibitung, Curugkembar, Lengkong,

Palabuhanratu, Simpenan, Bantargadung, Sukalarang, Kebonpedes, Cisolok

5 Domba Cibitung, Sagaranten, Pabuaran, Lengkong, Palabuhanratu, Simpenan, Bantargadung, Gegerbitung, Cisaat, Gunungguruh, Cibadak, Cicurug, Kabandungan

6 Kambing Ciemas, Surade, Jampangkulon, Cidadap, Palabuhanratu, Purabaya, Nyalindung, Gegerbitung, Cisaat, Cisolok, Kabandungan

7 Kerbau Waluran, Surade, Cibitung, Cidadap, Pabuaran, Lengkong, Bantargadung, Purabaya, Nyalindung, Cidahu, Cisolok

Komoditas unggulan untuk tanaman perkebunan adalah teh, kopi, cengkeh, karet dan kelapa. Komoditas karet memiliki wilayah yang paling sedikit, yaitu hanya memiliki keunggulan di kecamatan Cidolog dan Pabuaran sedangkan yang paling banyak adalah komoditas teh dengan 6 kecamatan yaitu: Ciemas, Lengkong, Purabaya, Nyalindung, Sukabumi, Cicurug, Parakansalak dan Cikidang. Komoditas unggulan untuk peternakan adalah Sapi potong, Sapi perah, Ayam, Itik, Domba, Kambing dan Kerbau. Sebaran wilayah untuk komoditas peternakan hampir meliputi seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi. Komoditas sapi perah hanya memiliki keunggulan di kecamatan Cireunghas saja, sedangkan komoditas yang lain terdapat di 8 sampai 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi. Sebaran secara spasial disajikan pada Gambar 14. Selanjutnya dilakukan analisis kelayakan usaha tani dari masing-masing komoditas untuk mengetahui sejauh mana nilai ekonomi dari usaha pengembangan komoditas tersebut.

Analisis Usaha Tani

Suatu komoditas tertentu dikatakan layak diusahakan apabila nilai manfaatnya lebih besar atau sama dengan nilai biaya yang dikeluarkan. Komoditas yang dianalisis menggunakan R/C ratio adalah komoditas setahun berupa tanaman pangan dan komoditas peternakan. Kelayakan usaha tani untuk

38

komoditas perkebunan dihitung menggunakan analisis finansial. Komponen yang disertakan dalam perhitungan meliputi biaya produksi seperti upah tenaga kerja, pakan ternak, sarana produksi berupa bibit, pupuk, dan pestisida dan pendapatan hasil penjualan produk. Biaya investasi pengadaan lahan (sewa lahan) tidak disertakan sebagai salah satu komponen dalam perhitungan karena diasumsikan pengembangan dilakukan di area lahan milik sendiri. Analisis kelayakan usaha tani untuk komoditas unggulan adalah sebagai berikut:

Gambar 14. Peta sebaran komoditas unggulan

Kelayakan Usaha Tani Komoditas Pertanian Pangan

Komoditas pertanian tanaman pangan merupakan komoditas setahun dimana periode tanam antara 1 (satu) sampai 3 (tiga) kali dalam satu tahun. Perhitungan kelayakan usaha tani dilakukan untuk satu periode pemeliharaan sampai dengan masa panen. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan usaha tani untuk komoditas tanaman pangan adalah seperti tampak pada Tabel 14.

39 Tabel 14. Asumsi perhitungan analisis usaha tani komoditas tanaman pangan

No Komoditas Asumsi

1 Ubi Jalar Jumlah produksi rata-rata adalah 15,000 kg/ha Harga jual ubi jalar adalah Rp. 1,300/kg

Nilai penyusutan peralatan sekitar 10% per tahun 2 Padi

Sawah

Varietas yang digunakan adalah varietas lokal Jumlah produksi rata-rata adalah 6,500 kg/ha

Harga jual Gabah Kering Panen (GKP) adalah Rp. 4,000/kg Nilai penyusutan peralatan sekitar 10% per tahun

3 Jagung Jumlah produksi rata-rata adalah 5,600 kg/ha Harga jual jagung pipil adalah Rp. 3,250/kg Nilai penyusutan peralatan sekitar 10% per tahun 4 Ubi Kayu Jumlah produksi rata-rata adalah 19,000 kg/ha

Harga jual ubi kayu adalah Rp. 2,700/kg

Nilai penyusutan peralatan sekitar 10% per tahun 5 Kedelai Jumlah produksi rata-rata adalah 1,300 kg/ha

Harga jual ubi jalar adalah Rp. 8,500/kg

Nilai penyusutan peralatan sekitar 10% per tahun 6 Kacang

Tanah

Jumlah produksi rata-rata adalah 890 kg/ha Harga jual ubi jalar adalah Rp. 15,000/kg

Nilai penyusutan peralatan sekitar 10% per tahun

Perhitungan nilai R/C ratio dilakukan untuk masing-masing komoditas, hasil analisis R/C ratio menunjukkan bahwa semua komoditas memiliki nilai R/C ratio > 1 sehingga komoditas-komoditas tersebut layak untuk diusahakan. Nilai besaran pendapatan, biaya produksi dan R/C ratio masing-masing komoditas tanaman pangan disajikan pada Tabel 15. Nilai R/C ratio terbesar adalah komoditas ubi kayu (6.54) dan yang terkecil adalah ubi jalar (1.43). Nilai R/C ratio ubi kayu sebesar 6.54, berarti bahwa untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usaha tani ubi kayu akan memberikan pendapatan sebesar 6.54 rupiah. Tanaman padi memiliki R/C ratio sebesar 1.96 yang berarti untuk setiap pengeluaran satu rupiah dalam usaha tani padi akan memberikan pendapatan sebesar 1.96 rupiah. Perhitungan R/C ratio untuk masing-masing komoditas disajikan pada Lampiran 6.

Tabel 15. Hasil analisis kelayakan usaha tani komoditas pangan

No Komoditas Pendapatan (Rp) Biaya (Rp) Keuntungan Rp) R/C ratio 1 Ubi Jalar 19,500,000 13,610,000 5,890,000 1.43 2 Padi Sawah 26,000,000 13,264,800 12,735,000 1.96 3 Jagung 18,200,000 4,022,100 14,177,900 4.52 4 Ubi Kayu 43,200,000 6,610,000 36,590,000 6.54 5 Kedelai 11,050,000 5,265,000 5,785,000 2.10 6 Kacang Tanah 13,350,000 5,025,000 8,325,000 2.66

Komoditas unggulan yang selanjutnya dipilih untuk dikembangkan adalah ubi kayu dan padi sawah. Ubi kayu dipilih karena memberikan ratio keuntungan

40

usaha yang paling besar dibandingkan dengan komoditas yang lain, sedangkan pemilihan komoditas padi berdasarkan pada asumsi bahwa untuk perencanaan ke depan, pemerintah daerah perlu untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan komoditas padi sekaitan dengan program ketahanan pangan daerah.

Kelayakan Usaha Tani Komoditas Perkebunan

Komoditas perkebunan merupakan komoditas tahunan, karena periode

Dokumen terkait