• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada mulut manusia, bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada permukaan pelikel dan melekat sehingga terbentuk plak. Pencegahan akumulasi plak diperlukan guna menghindari sakit gigi sekaligus menjaga kesehatan mulut. Bakteri ditemukan pertama-tama 4-6 jam setelah permukaan gigi dibersihkan. Sebagian terdiri dari gram positif anaerob kokus dan setelah 6-10 hari mulai tampak gram negatif anaerob. Bakteri kokus ditemukan berjumlah banyak, salah satunya adalah Streptococcus mutans (Kidd & Bechal, 1992). Jumlah Streptococcus mutans yang terlalu banyak di dalam mulut akan menimbulkan plak pada gigi.

Pencegahan akumulasi plak dilakukan dengan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi dan menggosok gigi secara teratur dengan pasta gigi yang mengandung antibakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam mulut. Zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri (Pelezar & Chan, 1988).

Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi maupun membran mukosa mulut (Dewan Standirisasi Nasional, 1995). Menurut Michael & Ash (1977), pasta gigi berisi antibakteri, penggosok, pelembab, pemanis, pengikat dan perasa. Selain itu juga terdapat juga bahan- bahan tambahan yaitu deterjen, pengawet, penyedap dan pewarna.

Depkes RI (1989) menyatakan bahwa suatu bahan baru dapat dikatakan memiliki aktivitas antimikroba bila diameter hambatan yang terbentuk lebih dari atau sama dengan 6 mm. Oleh karena itu, nilai ini menjadi batas bawah dari rentang konsentrasi hambatan sedangkan batas atas ditentukan berdasarkan zona hambat terbaik pada konsentrasi tertentu yang meski konsentrasi tersebut dinaikkan tidak akan memberikan hasil yang berbeda nyata.

Pengujian aktivitas antibakteri pada gambir dilakukan untuk mengetahui perubahan besarnya daya hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans pada beberapa taraf konsentrasi gambir. Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan

dengan menggunakan metode cakram dengan melihat diameter zona bening yang terdapat di sekeliling kertas saring (Ganiswara, 1995).

Pasta gigi yang baik adalah yang tidak menyebabkan gigi abrasi, tambalan berubah warna atau mengganggu keseimbangan bakteri mulut. Awalnya syarat pasta gigi tidak begitu diperhatikan tetapi sekarang syarat- syarat tersebut menjadi penting dan terutama ditekankan pada isi atau kandungannya. Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Menyegarkan mulut.

2. Tidak berbahaya, lembut dan cocok untuk digunakan. 3. Stabil selama penyimpanan.

1. Antibakteri

Zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri (Pelezar & Chan, 1988). Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang memiliki aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas bakterisidal (membunuh bakteri).

Bahan antibakteri pada pasta gigi biasanya berupa fluor dalam bentuk natrium fluorida dan natrium mono fluorofosfat (Michael & Ash, 1977). Pasta gigi yang banyak beredar pada umumnya mengandung fluor dalam bentuk NaF dan NaMFP. Konsentrasi NaF dalam pasta gigi yang sering digunakan adalah 0.2% – 0.3% (Hartono, 1998).

Efek samping natrium fluor pada gigi adalah terbentuknya mottled enamel yaitu flek putih pada email dan gigi menjadi rapuh tetapi resisten terhadap karies (flourosis). Selain itu bahan kimia ini masih diimpor dari luar negeri dengan harga relatif mahal.

Ada beberapa mekanisme senyawa antibakteri dalam mengendalikan bakteri, antara lain mengubah dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mendenaturasi protein sel, menghambat kerja enzim dan menghambat sintesis asam nukleat protein (Pelezar & Chan, 1988). Mekanisme tersebut sesuai kelompok bahan antibakteri yang digunakan.

Aktivitas suatu zat antibakteri dapat diuji dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pengukuran zona hambatan. Pada cara ini, media agar dalam cawan petri diinokulasi dengan bakteri uji dan zat antibakteri yang akan diuji diletakkan di atasnya. Setelah diinkubasi selama waktu tertentu, akan tampak zona hambatan (tidak ada bakteri yang tumbuh) di sekeliling tempat diletakkannya zat antibakteri tersebut.

2. Bahan Penggosok

Penggunaan penggosok dalam pasta gigi harus mempunyai kemampuan untuk membersihkan gigi, menguatkan gigi, menggosok permukaan gigi, mengangkat sisa-sisa makanan dan sisa plak dari gigi serta menghindari kerusakan pada permukaan gigi.

Bahan penggosok yang digunakan harus dipilih yang memiliki efek membersihkan maksimum pada gigi, biasanya bahan penggosok hampir 50% dari bagian pasta gigi. Penggosok yang sering digunakan adalah kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, trikalsium fosfat dan kalsium fosfat.

3. Bahan Pelembab

Humektan merupakan suatu komponen yang berkhasiat untuk mencegah kekeringan (mengeras) pada pasta gigi pada udara terbuka karena humektan berfungsi sebagai zat yang bisa menarik air dari lingkungan sehingga dapat mempertahankan kelembaban pasta gigi. Humektan yang digunakan tidak boleh toksik, stabil dan mempunyai solubilitas yang baik serta rasa yang manis.

Penggunaan gliserin sebagai humektan dari segi penampilan lebih menguntungkan karena pasta yang akan terbentuk akan memiliki kilap memuaskan dan konsistensi yang semisolid. Selain itu, gliserin merupakan humektan organik yang tidak menimbulkan iritasi, bersifat higroskopik dan dapat bercampur hampir dengan semua zat. Humektan dalam pasta gigi menurut formula standar Harry’s Cosmeticology berkisar antara 10% - 30%.

4. Bahan Pemanis

Sakarin secara umum digunakan sebagai pemanis pasta gigi, dua alasan utama bahwa sakarin lebih disukai daripada gula adalah bahwa untuk menghasilkan rasa manis pada jumlah pasta yang sama, penggunaan sakarin jauh lebih sedikit daripada gula dan juga bahwa gula dapat mengkristal pada ujung tube sehingga memberikan penampilan yang tidak menyenangkan.

5. Bahan Pengikat

Pengikat berfungsi mempertahankan suspensi padatan yang tinggi sehingga tetap mempunyai bentuk yang stabil dan dapat mencegah terpisahnya bahan yang padat dan cair selama penyimpanan. Pengikat juga berfungsi sebagai bahan yang dipakai untuk mengemulsi, mengentalkan dan memantapkan rasa pada makanan.

Bahan-bahan yang masih aman digunakan untuk itu di antaranya adalah agar, alginat, dekstrin, gelatin, karagen, pektin dan gum arab. Bahan pengikat lain contohnya adalah tragakan, sodium alginat dan veegum.

6. Bahan Perasa

Rasa dari suatu pasta gigi mempunyai karakteristik yang penting agar dapat diterima oleh konsumen. Untuk tujuan ini maka perlu memilih bahan perasa yang baik, yang dapat memberikan kesegaran pada mulut dan juga sekaligus membersihkan gigi. Ada dua jenis aroma pasta gigi yaitu aroma mint dan rempah-rempah. Dua rasa itu sangat berbeda dalam bahan dasarnya.

Bahan perasa biasanya dari minyak spearmint dan peppermint. Tambahkan sedikit mentol untuk memberikan efek kesejukkan.

Selain itu, rasa rempah-rempah terbuat dari beberapa pengharum seperti ditambahkannya cengkeh (eugenol), wintergreen (metil salisilat), eukaliptus, adas manis dan sebagainya. Rasa wintergreen biasanya dipakai di Amerika Serikat dan sedikit di Eropa.

III. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait