• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN EMOSI A Definis

Dalam dokumen treatment ganguan tingkah laku (Halaman 90-96)

Meskipun memiliki berbagai perbedaan pandangan apa itu gangguan emosi dari berbagai ahli disiplin ilmu, namun dapat ditarik kesimpulan bahwa ganguan emosi itu mengacu pada:

1. perilaku yang ekstrim, yaitu perilaku yang sangat berbeda dari perilaku anak pada umumnya

2. suatu masalah yang kronis, yalni suatu problem yang tidak bisa di hilangkan 3. perilaku yang tidak dapat diterima karena tuntutan sosial atau budaya

Adapun definisi gangguan emosi yang dapat dipertimbangkan adalah definisi yang tertuang dalam peraturan pemerintah Federasi ( Amerika Serikat) yang mengatur implementasi undang-undang ASSZ(PL) 94-142 sebagai berikut :

1. istilah yang berarti suatu kondisi yang memperlihatkan satu atau lebih karakteristik yang berikut, yang berlangsung lebih dari satu periode waktu tertentu, dan suatu penandaan yang luas, yang mempengaruhi (kurang baik) performance pendidikan.

2. ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh factor intelektual berhubungan dengan perasaan, atau factor kesehatan;

3. ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara hubungan yang memuaskan dengan para guru dan tokoh panutan;

4. perilaku atau perasaannya tidak sesuai dengan’konteks’ meskipun dalam keadaan normal

5. suasana hati yang tidak bahagia atau tertekan’atau kecenderungan untuk mengembangkan symptom fisik atau ketakutan yang berkaitan dengan permasalahan pribadi atau permasalahan sekolah.

6. Istilah yang mencakup anak-anak skizofrenia atau autistic . istilah yang tidak meliputi anak-anak yang secara sosial tidak dapat menyesuaikan diri, kecuali jika dinyatakan bahwa mereka mengalami gangguan emosi secara serius.

Penyebab gangguan emosi pada anak-anak digolongkan pada tiga factor utama : kelainan biologi dan penyakit, patologis hubungan keluarga, dan pengalaman yang tidak menyenangkan disekolah. Walaupun mayoritas kasus tidak ada keterangan empiris yang dapat memutuskan bahwa salah satu dari factor-faktor ini secara langsung bertanggung jawab terhadap problem-problem emosional.

Beberapa faktor seperti genetika, mempengaruhi perilaku lebih dari satu perode yang lama dan memungkinkan untuk menimbulkan keadaan yang tidak bisa di tolelir. Factor lain seperti melihat penganiayaan ayah yang dilakukan terhadap ibu , mungkin mempunyai efek yang bisa mencetuskan perilaku maladaptif pada individu tersebut sehingga bisa dikatakan sebagai gangguan perkembangan perilaku.

C. Macam-macam gangguan emosi 1. kecemasan (Anxiety)

Menurut Drever (1977) kecemasan merupakan suatu keadaan emosi yang kronis dan kompleks dengan keterperangkapan dan rasa takut sebagai unsurnya yang paling menonjol , khusus pada berbagai gangguan syaraf dan mental. ( A Cronic comlplex emotional state with apprehension or dread at is most prominent component; characteristic of various nervous and mental disorder).

Sedangkan menurut Chaplin (1993) menyebutkan 4 definisi kecemasan yakni:

a) Perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut

b) Rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat ringan c) Kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-luap

d) Suatu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran yang dipelajari pada adanya peristiwa adanya perangsang bersyarat( respon terkondisioner) biasanya pada peristiwa kejutan atau shock, subjek binatang, yang bersangkutan memperlihatkan tingkah laku yang membuktikan adanya kecemasan, termasuk antara lain terkencing- kencing, terberak-berak, usaha kabur, melarikan diri menjauhi aparat dan lain-lain.

Kamus Besar bahasa Indonesia( 2002) mengartika cemas sebagai ketidak tentraman hati ( karena khawatir atau takut) serta gelisah. Adapun gejala kecemasan ( anxiety equivalent) ditunjukan dengan reaksi simpatik yang kuat, seperti detak jantung

reaksi yang konpleks ditandai dengan adanya perasaan-perasaan kecemasan di dada dan disertai gejala-gejala somatis, seperti berdebarnya jantung, rasa tercekik, sesak di dada, gemetaran, pingsan dan lain sebagainya.

Macam-macam kecemasan antara lain :

1) Kecemasan hysteria (anxiety hysteria) yakni neurosa dengan cirri karakteristik ketakutan dan gejala konversia ( pengubahan, penukaran atau dengan perwujudan konflik berupa gangguan atau penyakit somatis)

2) Kecemasan neurosis (anxiety neurosis) yaitu suatu bentuk neurosa dengan gejala paling mencolok adalah ketakutan yang tidak bisa diidentifikasikan dengan suatu sebab khusus dan dalam banyak peristiwa merembes serta mempengaruhi wilayah- wilayah utama kehidupan seseorang.

Salah satu penanganannya dikenal dengan istilah anxiety relief responses (reaksi pembebasan kecemsan) dimana dalam terapi tingkah laku merupakan suatu teknik dengan penggunaan kata ‘tenang’ yang diasosiasikan dengan pengakhiran suatu kejutan getaran listrik dengan tujuan agar penderita pada akhirnya mampu mengurangi kecemasannya dengan jalan mengingat kata tadi dalam suatu situasi-situasi yang menimbulkan rasa kecemasan.

2. depresi (depression)

Chaplin mendefinisikan depresi sebagai berikut :

a. pada orang normal merupakan keadaa kemurungan yang ditandai dengan perasaan tidak puas menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang

b. pada kasus phatologis merupakan ketidak mampuan akstreem untuk mereaksi terhadap perangsang disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidak pastian, tidak mampu dan putus asa.

Adapun menurut Dali Gulo, depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya lepekaan terhadap stimuli tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental atau kesukaran dalam berfikir. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia , depresi didefinisikan sebagai gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaaan yang mencuat ( seperti muram, sedih perasaaan tertekan)

Reaksi dari depresi (depressive reaction) ini meliputi kondisi sementara , diperkeuat dengan hilangnya beberapa kemampuan yang parah sifatnya dan ditandai dengan kecemasan,depresi serta menurunnya harga diri

Depresi ini penyebab fisiknya adalah bisa terjadi karena adanya depressor nerve yang secara umum merupakan satu syaraf yang membawa ke pusat otak (yang affaeren) dengan fungsi memperlambat kegiatan motorik atau kegiatan kelenjar. Secara khusus , depressor nerve ini merupakan salah satu cabang atau vagus(saraf tengkorak yang ke x)yang menekan tekanan darah ketika saraf ini berkontraksi maka akan menimbulkan depresi bagi para penderitanya.

3. Penyesalan (Regret)

Drever memandang penyesalan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, dengan referensi ke pengalaman masa lalu atau tindakan masa lampau, bersama-sama dengan keinginan bahwa itu telah terjadi dan dilakukan sebaliknya.

Chaplin sendiri mendefinikan sesalan atau penyesalan ini suasana hati atau keadaan jiwa atau reaksi emosional terhadap ingatan masa lalu, dan inidividu yang bersangkutan berharap agar masa lalu itu bisa berubah.

Penyesalan yang merupakan perasaan tidak senang (susah, kecewa, dan scbagainya) karena berbuat kurang baik (dosa, kesalahan, dan sebagainya) adalah definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Rasa penyesalan yang berlebihan yang bisa menyebabakan gangguan emosi, dimana ketika seseorang melakukan suatu kesalahan,ia merasa ia yang bersalah kemudian, dia menyembunyikan diri selama bertahun-tahun di rumahnya takut berinteraksi dengan orang karena khawatir melakukan kesalahan yang sama, hingga akhirnya dia sendiri pun merasa tak pantas hidup. Bisa jadi orang yang terus menerus tenggelam dalam penyesalan berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

4.ketakutan (fearness)

Chaplin mengartikan ketakutan atau khekhawatiran ini sebagai suatu reaksi emosional yang kuat, mencakup perasaan, subjektif; penuh ket idaksenangan, agit asi, dan keinginan untuk melar ikan diri atau bersembunyi, disertai kegiatan penuh

perhatian. Ketakutan ini merupakan satu reaksi terhadap satu bahaya khusus yang tengah dihadapi; khawatir karena mengantisipasikan bahaya. Dan fobia merupakan ketakutan yang irrasional yang terus menerus.

Di sisi lain Dali Gulo berpendapat bahwa ketakutan ini merupakan respons emosional terhadap bahaya sesungguhnya maupun yang hanya ada dalam imajinasi. Respon ini ditandai dengan agitasi yang hebat disertai perubahan-perubahan somatik dan usaha untuk melepaskan diri dan bcrsembunyi. Menurutnya fobia merupakan ketakutan yang berlebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.

Adapun Drever mendefinisikan ketakutan sebagai salah satu emosi primitif; keras, dan biasanya melumpuhkan, yang ditandai oleh pcrubahan jasmani yang luas, dan oleh ketakutaan `lari' atau `menutup-nutupi'. Fobia menurutnya adalah kengerian atau ketakutan yang tak terkendali, dan pada umumya disebabkan sifat abnormal atau sifat yang sakit terhadap situasi atau objek tertentu. Macam-macam fobia:

1. acrophobia (takut pada ketinggian)

2. agoraphobia (takut pada tempat yang tcrbuka) 3. claustrophobia (takut berada di tempat yang' tertutup) 4. heniatophobia (takut pada darah)

5. nyetohhobia (takut pada kegelapan) 6. enophobia (takut menghadapi orang asing) 7. zoophobia (takut pada bintang)

8. phobophobia (takut pada rasa takut itu sendiri

Apabila ketakutan ini tidak segera ditangani, maka akan mempersulit kelangsungan hidup individu yang bersangkutan Proses dia dalam berprestasi akan semakin terhambat karenanya penderita fobia harus segera ditangani secara perlahan agar kemudian dirinya bisa menghilangkan rasa takut yang irrasional itu seluruhnya.

d. Penanganan

Adapun penanganan yang dilakukan selain harus disesuaikan dengan ko ndisi dan kebutuhan juga harus menggunakan pendekatan yang tepat, sehingga hasil yang didapat pu n bisa opt imal. di bawah in i merupakan pendekatan- pendekatan truama yang sering digunakan, yakni:

1. Pcndekatna biologis. Pandangan ya ng berorientasi pada aspek genetik,neurologik, dan factor biokimia sebagai penyebab gangguan perilaku. 2. Pendekatan psikoanalisa. Pandangan yang melihat bahwa konsep ps iko analisa tradisio nal dapat digunakanan untuk menemukan dasar penyebab gangguan emosi.

3. pendekatan psikoedukatif. pad angan yang ber anggapan bahwa perilaku anak-anak seperti yang dikerjakannya itu diperoleh dari kegiatan akademis dan keterampilan hidup sehari-hari, sehingga jika terjadi gangguan emosi pada anak- anak itu. maka penyebabnya dapat ditelusuri dari apa yang diajarkan dan apa yang dipelajari oleh anak itu

4. pendekatan humanistic. Pandangan yang melihat bahwa gangguan perilaku merupakan gejala yang berhubungan dengan diri dan perasaan anak-anak tersebut

5. Pendekatan ekologis. Pandangan yang menyatakan bahwa gangguan emosi disebabkan oleh miskinnya anak dalam berinteraksi dengan unsure-unsur lingkungan sosialnya.

6. Pendekatan behavioral. Pandangan yang melihat bahwa semua perilaku itu di pelajari oleh karena itu gangguan emosi menunjukan belajar yang tidak sesuai

Pendekatan yang dipakai harus disesuaikan dengan bentuk gangguan emosi dan tingkat keparahan yang dimiliki.

Dalam dokumen treatment ganguan tingkah laku (Halaman 90-96)