• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik

BAB II JENIS GAYA BAHASA KIASAN YANG

2.3 Simile

2.3.1 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik

Berikut merupakan gaya bahasa simile yang terdapat pada lirik lagu dalam album Naif:

(24) Air Dan Api

(a) Apa mauku apa maumu (b) Slalu saja menjadi

(c) Satu masalah yang tak kunjung henti (d) Bukan maksudku bukan maksudmu (e) Untuk selalu

(f) Meributkan hal yang itu-itu saja (g) Mengapa kita saling membenci (h) Awalnya kita slalu memberi (i) Apakah mungkin hati yang murni (j) Sudah cukup berarti

(k) Ataukah kita belum mencoba (l) Memberi waktu pada logika (m) Jangan seperti selama ini (n) Hidup bagaikan air dan api (25) Itulah Cinta

(a) Aku sedang berjalan

(b) Menyusuri relung di hatimu (c) Aku sedang mencari

(d) Sesuatu di balik matamu

(e) Yang mampu membuatku terpesona (f) Yang mampu membuatku terpesona (g) Apakah dirimu yang mampu

(h) Membuat hatiku bagai melayang di awan

(i) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah asmara

(j) Dan ku yakin itulah cinta (k) Aku sedang berjalan (l) Mengikuti kata di hatiku (m) Aku sedang mencari (n) Rahasia di balik matamu

(o) Yang mampu membuatku terpesona (p) Yang mampu membuatku terpesona (q) Apakah dirimu yang mampu

(s) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah asmara

(t) Dan ku yakin itulah cinta (u) Kuyakin itulah asmara (v) Kuserasa di surga

(w) Dan hatiku berbunga-bunga (x) Apakah dirimu yang mampu

(y) Membuat hatiku bagai melayang di awan

(z) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah asmara

(26) Kuda Besi (a) Ku jelang siang (b) Ku terjang malam (c) Tak pernah pulang (d) Kuda besiku (e) Melaju kencang (f) Bagaikan setan (g) Diterpa hujan (h) Dikejar angin (i) Dan halilintar (j) S„makin kupacu (k) Kuda besiku

(l) Jantungku menderu (m) Coba kau ikuti aku ayoo (n) Bergaya dan trus melaju ayooo (o) Coba-coba ikut aku ayooo

(p) Kalau kau belum jago janganlah kau sok tau (q) Siapa yang bilang

(r) Anak jalanan (s) Binatang jalang (t) „ku hanya ingin (u) bersenang-senang (v) bukan menantang

Pada data (25), gaya bahasa simile jelas ditunjukkan pada baris terakhir lirik tersebut yang menyebutkan kata sambung berupa bagaikan. Data (25) berbunyi hidup bagaikan air dan api. Penulis memakai kata bagaikan sebagai persamaan antara hidup dengan air dan api.

Data (26) menunjukkan bahwa terdapat dua lirik yang mengandung gaya bahasa simile. Pada data (26h) dikatakan membuat hatiku bagai melayang di awan dan data (26i) dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai

terpanah asmara. Pada kedua data tersebut, terdapat kata bagai yang mewakilkan gaya bahasa simile di dalamnya. Kedua data tersebut mengandaikan hati yang dapat melayang di awan dan panah asmara.

Pada data (27), gaya bahasa simile ditunjukkan pada (27d), (27e), dan (27f) kuda besiku melaju kencang bagaikan setan. Kuda besinya yang melaju kencang disamakan dengan setan menggunakan kata hubung bagaikan.

2.3.2 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung Teduh Berikut merupakan gaya bahasa simile yang terdapat pada lirik lagu dalam album Payung Teduh:

(27) Angin Pujaan Hujan (Payung Teduh, 2010) (a) Datang dari mimpi semalam

(b) Bulan bundar bermandikan sejuta cahaya (c) Di langit yang merah

(d) Ranum seperti anggur

(e) Wajahmu membuai mimpiku (f) Sang pujaan tak juga datang (g) Angin berhembus bercabang (h) Rinduku berbuah lara

(28) Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tidak Diikhlaskan (a) Kita tak semestinya berpijak di antara

(b) Ragu yang tak berbatas

(c) Seperti berdiri di tengah kehampaan (d) Mencoba untuk membuat pertemuan cinta (e) Ketika surya tenggelam

(f) Bersama kisah yang tak terungkapkan (g) Mungkin bukan waktunya

(h) Berbagi pada nestapa

(i) Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap (j) Kita pernah mencoba berjuang

(k) Berjuang terlepas dari kehampaan ini (l) Meski hanyalah dua cinta

(m) Yang tak tahu entah akan dibawa kemana (n) Kita adalah sisa-sisa keikhlasan

(o) Yang tak diikhlaskan (p) Bertiup tak berarah (q) Berarah ke ketiadaan

(r) Akankah bisa bertemu

(s) Kelak di dalam perjumpaan abadi (29) Kucari Kamu

(a) Kucari kamu dalam setiap malam (b) Dalam bayang masa suram

(c) Kucari kamu dalam setiap langkah (d) Dalam ragu yang membisu

(e) Kucari kamu dalam setiap ruang

(f) Seperti aku yang menunggu kabar dari angin malam (g) Aku cari kamu

(h) Di setiap malam yang panjang (i) Aku cari kamu

(j) Kutemui kau tiada (k) Aku cari kamu

(l) Di setiap bayang kau tersenyum (m) Aku cari kamu

(n) Kutemui kau berubah

(o) Kucari kamu dalam setiap jejak

(p) Seperti aku yang menunggu kabar dari matahari

Pada data (28), sangat terlihat ada gaya bahasa kiasan simile yang dipaparkan pada (28d) ranum seperti anggur. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, bahwa ciri-ciri gaya bahas a kiasan simile adanya kata hubung seperti, sama, bagaikan, dan lain-lain. Makna pada data tersebut dipaparkan sebagai berikut, ranum „sangat masak‟ seperti buah anggur, artinya langit yang sedang merah seperti warna buah anggur yang sedang masak.

Pada data (29), gaya bahasa simile ditunjukkan pada baris lirik (29b) hingga (29c) ragu yang tak terbatas seperti berdiri di tengah kehampaan. Kata seperti sudah sangat menunjukkan bukti adanya keberadaan gaya bahasa simile dalam lagu tersebut.

Pada data (30), gaya bahasa simile ditunjukkan di empat baris lirik yang berbeda tetapi dengan kalimat yang mirip. Yang pertama, pada (30e) hingga (30f) kucari kamu dalam setiap ruang seperti aku yang menunggu kabar dari angina

malam dan yang kedua, pada (30o) hingga (30p) kucari kamu dalam setiap jejak seperti aku yang menunggu kabar dari matahari.

2.4 Metafora

Metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata banding. Misalnya: bunga bangsa, buaya darat, buah tangan, kambing hitam, dan lain sebagainya (Keraf, 1984: 139). Metafora adalah pembanding langsung, yaitu tidak mempergunakan kata-kata banding seperti halnya pada simile, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sebenenarnya tidak sama (Pradopo, 2012: 66).

2.4.1 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif

Berikut merupakan gaya bahasa metafora yang terdapat pada lirik lagu dalam album Naif:

(30) Akulah Pasanganmu

(a) Sudah pernah kubilang selang kita bertemu (b) Jauh sebelum engkau menjadi kekasihku (c) Dan engkau sadari itu terbenam di hatimu (d) Tak perlu ku ingatkan ya kau dan aku satu (e) Wahai sang bunga akulah si kumbang itu (f) yang setia untuk menunggu mekarmu (g) Engkau wanita ni akulah pasanganmu (h) yang setia untuk slalu bersamamu (i) Saat kau ada ragu jangan lalu membisu (j) dengarlah lagu kita tak susah tuk ceria (k) Saat kita bersama semua pun berwarna (l) udara berarom ramaikan hati kita

(m) Wahai sang bunga akulah si kumbang itu (n) yang setia untuk menunggu mekarmu (o) Engkau wanita ni akulah pasanganmu

(p) yang setia untuk slalu bersamamu (q) yang setia untuk slalu bersamamu (r) yang setia untuk slalu bersamamu (s) slalu menjagamu

(t) slalu menghiburmu (u) slalu mendukungmu (v) slalu yakinimu (w) slalu bersamamu (31) Bunga Hati

(a) Takkan layu bunga terkasihku (b) Yang tumbuh berseri

(c) Indah di taman hatiku

(d) Takkan layu bunga pujaanku (e) Walaupun sang waktu (f) Datang dan berlalu, Ooo

(g) Bunga hatiku, jangan pernah kau layu (h) Mekar dan berseri

(i) Bunga taman hatiku (j) Harum dan mewangi (k) S'panjang waktu

(l) Kan kujaga sepenuh jiwa (m) Takkan layu bunga pujaanku (n) Walaupun sang waktu (o) Datang dan berlalu, Ooo (p) Kan kujaga sepenuh jiwa (q) Kau bungaku

(32) Johan & Enny

(a) Hei kamu yang di belakang situ, ku ingin engkau tau (b) Bila dikau menutup pintu, ku 'kan tetap menunggu (c) Usah kau resah selalu ... yang lalu biar berlalu (d) Selama mentari menyinari dunia fana ini

(e) Ku harap tak kau tutup pintu, biarkan ku termangu (f) Yang lalu telah berlalu ... usah kau ragukanku (g) Jalan kita masih panjang biar terus berjalan (h) Tolong Tuhan bantu hamba ... jangan (i) Kau buat sirna

(j) Hei kamu yang di balik pintu, ku ingin engkau tau (k) Bila saat pintu kau buka, ku akan tetap ada

(l) Usah kau resah selalu (m) Yang lalu biar berlalu (n) Jangan kau ragukanku (33) Stop (Air Mata Buaya)

(a) Ku akan pergi, jangan khawatir (b) Ku akan pergi, janganlah khawatir (c) Sudahlah kau hentikan, segala tangismu

(d) Ku tau semua yang kau inginkan (e) Hentikanlah! .. Hentikan saja tangismu! (f) Ku mohon .. stop! Tak malukah dirimu (g) Ku akan pergi, jangan khawatir

(h) Hendak ke mana tiada terpikir

(i) Ku pasti akan rindu .. air mata buayamu (j) Tapi ku tak mau jadi dombamu!

(k) Hentikanlah! .. Hentikanlah semua! (l) Ku mohon .. stop!!!

(m) Ku pergi segera. Ke Bali, ke Hawaii, ke Paris, ke Belgi, ke London (n) India .. Malaysia .. ke Cina .. keliling-keliling dunia

(34) Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia

(a) Manusia berkembang menurut (b) perkembangan jaman yang ada (c) Tengoklah kiri dan kanan sudah (d) banyak gedung yang tinggi menjulang (e) Pohon-pohon yang dulu hijau kini (f) telah berubah menjadi batu

(g) Kurasa manusia kini tak pernah (h) peduli lagi dengan alamnya (i) Dia... Adalah pusaka sejuta umat (j) manusia yang ada di seluruh dunia (k) Langit biru cerah tak mungkin (l) lagi terlihat bersih dan ceria (m) Pelangi yang berwarna-warni (n) warnanya semakin tak menentu (o) Bunga-bunga yang indah tak (p) pernah semerbak lagi seperti dulu (q) Udara segar yang dulu ada

(r) kini tak pernah lagi kurasakan (35) Gula-Gula

(a) Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (b) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati

(c) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (d) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu

(e) Gula-gula... Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (f) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma (g) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh

(h) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu

(i) Gula-gula... Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (j) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati

(k) Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta

(l) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma Gula-gula

(36) Itulah Cinta

(a) Aku sedang berjalan

(b) Menyusuri relung di hatimu (c) Aku sedang mencari

(d) Sesuatu di balik matamu

(e) Yang mampu membuatku terpesona (f) Yang mampu membuatku terpesona (g) Apakah dirimu yang mampu

(h) Membuat hatiku bagai melayang di awan

(i) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah asmara

(j) Dan ku yakin itulah cinta (k) Aku sedang berjalan (l) Mengikuti kata di hatiku (m) Aku sedang mencari (n) Rahasia di balik matamu

(o) Yang mampu membuatku terpesona (p) Yang mampu membuatku terpesona (q) Apakah dirimu yang mampu

(r) Membuat hatiku bagai melayang di awan

(s) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah asmara

(t) Dan ku yakin itulah cinta (u) Kuyakin itulah asmara (v) Kuserasa di surga

(w) Dan hatiku berbunga-bunga (x) Apakah dirimu yang mampu

(y) Membuat hatiku bagai melayang di awan (37) Kencan Pertama

(a) Tak sabar ku menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar ku 'tuk berjumpa) (b) Pergi ke rumah kekasihku yang tersayang bawa bunga sekeranjang

harum indah menawan

(c) Sejuta kata manis yang telah kusiapkan 'tuk kelak ku katakan pada gadisku seorang

(d) "Kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah hatiku kala ku ingat dirimu."

(e) Dikau kekasih yang cantik nan rupawan (kekasih... rupawan) membuat hati Abang melayang jauh ke awan (jauh ke awan) (f) Semoga semua ini yang kurasakan (semoga... rasakan) padamu

seorang tak bertepuk sebelah tangan (sebelah tangan)

(g) "Kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah hatiku kala ku ingat dirimu."

(h) Tak sabar ku menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar ku 'tuk berjumpa...jumpa denganmu)

(i) Berjumpa dengan dirimu seorang (jumpa dirimu seorang) (j) Waktu terasa panjang saat jumpa menjelang

(k) Tak sabar menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar menunggu 'tuk berjumpa)

(38) Puspa Indah

(a) Telah lama terkenang (b) Puspa Indahku tersayang (c) Selalu kumenunggu (d) Surat dan kabarmu (e) Ah... puspa indahku (f) Oh... buluh perindu (g) Ku takkan jemu-jemu (h) 'Tuk bersurat slalu (i) Walau jauh di mata (j) Tapi dekatlah di hati (k) Tempo-tempo bersua (l) Di stasiun kota (39) Curi-curi Pandang

(a) Curi-Curi Pandang (b) Curi curi-curi pandang (c) Curi curi-curi pandang

(d) Curi ke depan curi ke belakang (e) Curi ke kanan dan curi ke kiri (f) Curi curi-curi pandang (g) Curi pandangmu kepada (h) bidadari yang di sana (i) Curi pandangmu kepada (j) bidadari yang di sana (k) Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu (l) Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu (m) Curi

(40) Electrified

(a) Kutersengat Sungguh hebat (b) Tersengat oleh aroma (c) Tubuhmu yang menggoda (d) Kuterpikat Sangat dahsyat (e) Terpikat oleh gairah dirimu (f) Menggelora

(g) Inginku 'ndekapmu

(h) Merasakan cumbu dan rayumu (i) Oh, andaikan dapat kumiliki (j) semua yang kau punya (k) Dan kau buat oh diriku (l) ini tak berdaya

(m) Dan semua hasrat tak terjaga (n) Akal sehat tak berguna (o) Ku rasa ingin ku Bercinta

(41) Kuda Besi (a) Ku jelang siang (b) Ku terjang malam (c) Tak pernah pulang (d) Kuda besiku (e) Melaju kencang (f) Bagaikan setan (g) Diterpa hujan (h) Dikejar angin (i) Dan halilintar (j) S„makin kupacu (k) Kuda besiku

(l) Jantungku menderu (m) Coba kau ikuti aku ayoo (n) Bergaya dan trus melaju ayooo (o) Coba-coba ikut aku ayooo

(p) Kalau kau belum jago janganlah kau sok tau (q) Siapa yang bilang

(r) Anak jalanan (s) Binatang jalang (t) „ku hanya ingin (u) bersenang-senang (v) bukan menantang

Gaya bahasa metafora yang terdapat pada data (30) terlihat pada kalimat akulah si kumbang itu. Sang penulis menyamakan dirinya dengan seekor kumbang yang setia menunggu mekarnya bunga. Digambarkan bahwa ia setia menunggu sang kekasih untuk menerima dirinya.

Pada lirik lagu (31) “Bunga Hati”, gaya bahasa metafora ditunjukkan pada baris terakhir lirik lagu tersebut yaitu kau bungaku. Sang penulis menyamakan kekasihnya seperti bunga yang tumbuh mekar berseri, harum, dan indah.

Pada data (32), gaya bahasa metafora ditunjukkan pada (32d) selama mentari menyinari dunia fana ini. „Dunia fana‟ merupakan gaya bahasa metafora karena dunia tidak sama atau seharga dengan dunia. Arti dari fana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 387) adalah tidak kekal.

Gaya bahasa metafora yang ditunjukkan pada data (33) ada pada judul dan (33i) yaitu air mata buaya. Pada kenyataannya buaya tidak bisa menangis. Air mata buaya memiliki makna air mata palsu atau seseorang itu tidak dengan sungguh sedih atau menangis. Ini disebut metafora yang sudah klise hingga orang lupa bahwa itu merupakan sebuah metafora.

Data (34) menunjukkan bahwa manusia disamakan dengan pusaka secara langsung. Pada (34i) dikatakan bahwa dia adalah pusaka sejuta umat. Penulis menyamakan dia dengan suatu barang peninggalan orang meninggal atau nenek moyang yang dimiliki sejuta umat.

Data (35) pada (35j) menyebutkan hati adalah penglihatan paling sejati. Penulis menyamakan hati dengan suatu alat panca indera yaitu penglihatan yang dapat melihat dan memantau segala suatunya. Selain itu, gula-gula menjadi gaya bahasa metafora yang menyamakannya dengan sesuatu yang bisa dianggap sebagai nafsu manusia yaitu hasrat untuk mendua atau selingkuh. Terbukti pada (35e) gula-gula… tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta, (35f) sanggupkah kulawan semua nafsu yang ‘kan menjadi karma, (35g) tolong jauhi aku ‘ku tak pernah ingin terjatuh, dan (35h) ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu.

Data (37) menunjukkan bahwa adanya unsur gaya bahasa metafora pada (37w). Dikatakan bahwa dan hatiku berbunga-bunga. Hatiku disamakan dengan bunga-bunga yang maksudnya adalah hatinya sedang sangat senang karena kasmaran atau sedang jatuh cinta.

Data (38) yang menunjukkan adanya gaya bahasa metafora adalah pada (38d). Pada lirik tersebut dikatakan kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah

hatiku kala kuingat dirimu. Penulis menyamakan kau dengan sebuah pelangi. Pelangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia via daring (https://kbbi.kemdikbud.go.id/) adalah lengkung spektrum warna di langit, tampak karena pembiasan sinar matahari oleh titik-titik hujan atau embun. Kau diandaikan pelangi sebagai sesuatu yang cerah karena warnanya yang beraneka ragam.

Pada data (38), terdapat satu gaya bahasa kiasan metafora yaitu sesuai dengan judul lagu tersebut “Puspa Indah”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1221), puspa berarti bunga. Puspa indah merupakan nama salah satu bunga yang ada di Indonesia, penulis lirik lagu membandingan seorang wanita dengan bunga kemudian menyebutnya Puspa Indah.

Pada data (39), penulis lirik lagu menyamakan seseorang dengan sosok bidadari. Tertulis di (39f) curi pandangmu kepada dan (39g) bidadari yang di sana.

Pada (40), penulis menggunakan kata tersengat untuk mengatakan ketertarikan akan seseorang. Tertulis pada (40a) kutersengat sungguh hebat, (40b) tersengat oleh aroma, dan (40c) tubuhmu yang menggoda.

Pada (41), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan oleh kuda besi yang dimaksud adalah kendaraan bermotor yang dimilikinya dapat melaju kencang bagaikan seekor kuda dan besi merepresentasikan suatu kekuatan.

2.4.2 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung Teduh

Berikut merupakan gaya bahasa metafora yang terdapat pada lirik lagu dalam album Payung Teduh:

(42) Di Ujung Malam (2012)

(a) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (b) Mulailah sekarang bernyanyilah bersamaku (c) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (d) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (e) Sunyi ini merdu seketika

(f) Sunyi ini merdu seketika (g) Sunyi ini merdu seketika

(h) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (i) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (j) Sunyi ini merdu seketika

(k) Sunyi ini merdu seketika (l) Sunyi ini merdu seketika (m) Sunyi ini merdu seketika (n) Sunyi ini merdu seketika (o) Sunyi ini merdu seketika

(43) Kita adalah Sisa-Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan (a) Kita tak semestinya berpijak di antara

(b) Ragu yang tak berbatas

(c) Seperti berdiri di tengah kehampaan (d) Mencoba untuk membuat pertemuan cinta (e) Ketika surya tenggelam

(f) Bersama kisah yang tak terungkapkan (g) Mungkin bukan waktunya

(h) Berbagi pada nestapa

(i) Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap (j) Kita pernah mencoba berjuang

(k) Berjuang terlepas dari kehampaan ini (l) Meski hanyalah dua cinta

(m) Yang tak tahu entah akan dibawa kemana (n) Kita adalah sisa-sisa keikhlasan

(o) Yang tak diikhlaskan (p) Bertiup tak berarah (q) Berarah ke ketiadaan (r) Akankah bisa bertemu

(s) Kelak di dalam perjumpaan abadi (44) Menuju Senja

(b) Menusuk hingga ke dalam sukma

(c) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (d) Di sore itu menuju senja

(e) Bersama hati yang terluka (f) Tertusuk pilu menganga luka itu

(g) Di antara senyum yang menapaki jejak kenangan (h) Di sore yang gelap ditutupi awan

(i) Bersama setangkup bunga cerita yang kian (j) Merambat di dinding penantian

(k) Ada yang mati saat itu dalam kerinduaan (l) Yang tak terobati

(m) Harum mawar di taman

(n) Menusuk hingga ke dalam sukma

(o) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (p) Di sore itu menuju senja

(q) Baru saja kuberanjak beberapa saat sebelum itu (r) Ada yang mati menunggu sore menuju senja (s) Bersama

(t) Harum mawar di taman

(u) Menusuk hingga ke dalam sukma

(v) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (w) Di sore itu menuju senja

Pada data (42), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat sunyi ini merdu seketika. Sunyi diumpamakan sebagai suara merdu yang hanya seketika. Di situ yang ditunjukkan bukan pembandingnya, tetapi sifat pembandingnya.

Pada data (43), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat kita adalah sisa-sisa keikhlaskan yang tak diikhlaskan. Kita dalam lirik tersebut dipersamakan dengan sisa-sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan.

Pada data (44), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat bersama setangkup bunga cerita yang kian merambat di dinding penantian. Maksud dari bunga cerita itu sendiri ialah segala rangkaian cerita yang telah ia lewati bersama.

2.5 Ironi

Ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Sebagai bagian dari bahasa kiasan, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya (Keraf, 1984: 143). Sengaja atau tidak, kalimat yang digunakan mengingkari maksud yang sebenarnya. Ironi akan dikatakan berhasil jika pembaca atau pendengar dapat menemukan dan mengetahui maksud sebenarnya di balik kalimat tersebut.

2.5.1 Gaya Bahasa Ironi yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif

Berikut merupakan gaya bahasa ironi yang terdapat pada lirik lagu dalam album Naif:

(45) Towal-Towel

(a) Ditowal-towel jangan marah-marah (b) Ditowal-towel jangan marah-marah (c) Kalau ditowel hati sebelah bisa jadi marah (d) Towal-towel towal-towel

(e) Towal-towel towal-towel (f) Towal-towel towal-towel

Pada data (45), gaya bahasa ironi ditunjukkan pada kata „towal-towel‟, kata ini dapat menjadi ironi karena akan memberikan pandangan makna yang berbeda bagi tiap pendengar atau pembaca. Arti towal-towel dalam bahasa sesungguhnya adalah menjawil seseorang, sedangkan dalam lirik tersebut bermaksud menyentuh hati seseorang. Sindiran yang dimaksud adalah kepada seorang wanita yang marah karena hanya tidak disentuh hati seluruhnya tetapi pada kenyataannya wanita tersebut tetap mau untuk “ditowal-towel”.

2.5.2 Gaya Bahasa Ironi yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung Teduh Dalam analisis ini, tidak ditemukan gaya bahasa ironi pada lirik lagu yang diciptakan oleh Payung Teduh.

2.6 Jumlah Pemakaian Gaya Bahasa Kiasan yang Terdapat pada Lirik Lagu yang Diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh

Lirik-lirik lagu yang diciptakan oleh band Naif menggunakan gaya bahasa personifikasi sebanyak sembilan lagu, gaya bahasa simile sebanyak tiga lagu, gaya bahasa metafora sebanyak sepuluh lagu, dan gaya bahasa ironi pada sebuah lagu dari total 64 lagu yang merupakan jumlah data penelitian.

Lirik-lirik lagu yang diciptakan oleh band Payung Teduh menggunakan gaya bahasa personifikasi sebanyak sepuluh lagu, gaya bahasa simile sebanyak tiga lagu, gaya bahasa metafora sebanyak tiga lagu, dan tidak memiliki gaya bahasa ironi dari total dari total 16 lagu yang merupakan jumlah data penelitian.

Dokumen terkait