• Tidak ada hasil yang ditemukan

Veithzal (2004: 64) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.

Dalam dunia olahraga banyak pelatih yang sukses dalam memimpin dan membina atletnya dengan berbagai macam gaya kepemimpinannya. Menurut Nawawi dan Hadari (1995: 83), gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan yang mementingkan pelaksanaan tugas secara

efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan tugas-tugasnya, tanpa campur tangan orang lain. Pemimpin menuntut pula agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh perhatian yang besar dan keinginan yang kuat dalam

melaksanakan tugas-tugasnya, dengan tidak perlu menghiraukan dan mencampuri tugas-tugas orang lain pemimpin berasumsi bahwa bilamana setiap anggota melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan hasil yang dicapai masing-masing anggota. Keserasian hasil setiap anggota dengan tujuan bersama tidak dipersoalkan, karena yang penting bagi pemimpin setiap anggota sibuk melaksanakan tugasnya.

2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan

kerjasama. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan keinginan yang kuat agar setiap orang mampu menjalin kerjasama, dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, yang tidak dapat dilepaskan dari kebersamaan di dalam suatu unit atau organisasi sebagai satu kesatuan. Pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerja sama yang intensif, efektif, dan efisien, semua tugas dapat diselesaikan dengan maksimal dan kelompok atau organisasi akan berkembang dinamis. Perhatian pemimpin yang diarahkan pada usaha menciptakan kerjasama yang akrab, cenderung mengakibatkan perhatiannya pada pelaksanaan tugas dan hasilnya menjadi melemah dan berkurang.

3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat

dicapai dalam rangka mewujudkan kelompok atau organisasi. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat agar setiap anggota berprestasi sebesar-besarnya. Pemimpin memandang

kepemimpinannya. Cara mencapai hasil dan apa yang dikerjakan untuk mencapai hasil yang kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan keinginan pimpinan tidak perlu dipersoalkan. Siapa yang melaksanakan dan bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian pemimpin, karena yang penting adalah hasilnya dan bukan prosesnya.

Menurut Ronald Lippit dan Ralph K. White yang dikutip oleh Miftah (1990: 68) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan ada 3 (tiga) macam sebagai berikut:

1. Otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pemimpin semata-mata. Kepemimpinan otoriter ini timbul atas keyakinan pimpinan bahwa fungsi dan peranannya adalah memerintah, mengatur, dan mengawasi anggota kelompoknya. Pemimpin seperti ini merasa bahwa statusnya berbeda dan lebih tinggi dari kelompoknya. Selain itu, pemimpin lupa bahwa dirinya tidak dapat berbuat banyak tanpa bantuan dan kerja sama dengan anggota kelompok organisasinya. Pemimpin tidak menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai adalah berkat kesediaan, keikutsertaan, dan kesungguhan anggota-anggotanya dalam bekerja baik secara perorangan maupun dalam bentuk kerja sama dengan kata lain setiap anggota organisasi ikut berperan dan menentukan

keberhasilan atau kegagalan pemimpin dalam mewujudkan tujuan yang hendak dicapai

2. Demokrasi

Gaya kepemimpinan demokrasi adalah gaya kepemimpinan yang tidak hanya demokratis di dalam pengangkatan pimpinan, tetapi juga dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Setiap anggota kelompok dan pemimpin juga berhak untuk memberi penghargaan, kritik, maupun nasihat. Prinsip utama kepemimpinan demokrasi ialah mengikut sertakan semua orang di dalam proses penerapan dan penentuan strategi di dalam mencapai tujuan bersama dan setiap pengambilan keputusan selalu didasarkan musyawarah dan mufakat.

3. Bebas / Laissez-Faire

Gaya kepemimpinan bebas/ laissez faire adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Menurut Onang

(1977: 43) kepemimpinan bebas/ laissez faire adalah kepemimpinan

dimana pemimpin menyerahkan tujuan dan usaha-usaha yang akan dicapai, sepenuhnya kepada anggota-anggota kelompok. Pemimpin dalam menegakkan peranan kepemimpinannya hanya pasif saja, dialah yang menyediakan bahan-bahan dan alat-alat untuk satu pekerjaan, tetapi inisiatif diserahkan kepada para anggota, jadi kepemimpinan bebas bawahan mendapat kebebasan seluas-luasnya dari pemimpin tidak ada

atau tidak berfungsi kepemimpinan, tidak mengatur apa-apa, tidak mengadakan rapat, tidak membina diskusi, dan tidak mencoba mengatur dulu pihak-pihak bila bertentangan

Gibson,dkk.(2009:77-87) menerangkan beberapa tipe atau gaya kepemimpinan, yaitu :

1. Kepemimpinan Karismatik

Kepemimpinan karismatik adalah kemampuan untuk mempengaruhi pengikut berdasarkan pada bakat supernatural dan kekuatan yang menarik. Pengikut menikmati karisma pemimpinnya karena mereka merasa memperoleh inspirasi dan kebenaran. House (dalam Gibson dkk 2009:78) menunjukkan bahwa pemimpin karismatik adalah mereka yang memiliki pengaruh karismatik terhadap para pendukung mereka dalam tingkat yang tinggi secara luar biasa.

2. Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan yang

mengenalkan apa yang diinginkan atau disenangi oleh para pengikut dan membantu mereka mencapai tingkat pelaksanaan yang menghasilkan penghargaan yang memuaskan mereka. Dalam menggunakan gaya transaksional, pemimpin bersandar pada penghargaan yang diberikan. Pengikut dari pemimpin transaksional percaya bahwa pencapaian sasaran akan membuahkan penghargaan yang akan diterima oleh mereka. (

3. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan untuk memberi inspirasi dan memotivasi para pengikut untuk mencapai hasil-hasil yang lebih besar daripada yang direncanakan secara orisinil dan untuk imbalan internal. Para pemimpin transformasional akan menyesuaikan sasaran, arah dan misi dalam pencapaian tujuan serta mampu membuat perubahan-perubahan besar pada unit, sumber daya manusia dan manajemennya untuk mencapai visi mereka.

Sedangkan Yukl (2009:291) menjelaskan tipe-tipe gaya

kepemimpinan, diantaranya adalah (1) Charismatic Leadership, merupakan

gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memiliki image yang sangat kuat di mata bawahan sehingga bawahan memilliki loyalitas yang sangat

tinggi terhadap pemimpin; (2) Transformational Leadership, merupakan gaya

kepemimpinan dimana seorang pemimpin sangat berperan dalam mempengaruhi kesadaran diri bawahan terhadap pentingnya visi,misi dan tujuan organisasi secara keseluruhan serta kontribusi yang dapat diberikan

oleh bawahan untuk mencapai tujuan organisasi tersebut; (3) Transactional

Leadership, merupakan gaya kepemimpinan yang mengandalkan pada

reward or punishment sistem dalam memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah diterapkan.

Berdasarkan dari berbagai macam gaya kepemimpinan yang telah diuraikan tersebut sebenarnya tidak ada sebenarnya tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik karena di setiap situasi yang berbeda menuntut

cara pelaksanaan kepemimpinan yang berbeda pula. Namun dari penjelasan yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan otoriter,

demokratis dan bebas/laissez faire, serta gaya kepemimpinan karismatik,

transaksional dan transformasional.

2.3 Kepemimpinan Transformasional

Dokumen terkait