• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Kepemimpinan

Dalam dokumen FX Juli Pramana S4307069 (Halaman 31-40)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN

C. Gaya Kepemimpinan

Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia itu dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu.

Menurut Yukl (2005), kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Robbins (2006), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu

commit to user

kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Kepemimpinan juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi (Rivai, 2004). Demikian halnya Locander et al., (2002) menjelaskan bahwa kepemimpinan mengandung makna pemimpin mempengaruhi yang dipimpin tapi hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin bersifat saling menguntungkan kedua belah pihak. Lok dan Crawford (2001) memandang kepemimpinan sebagai sebuah proses mempengaruhi aktivitas suatu organisasi dalam upaya menetapkan dan mencapai tujuan.

Menurut Rivai (2004), kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu :

1. Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut.

2. Kepeminpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya.

commit to user

3. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.

Siagian (2002) berpendapat bahwa peranan para pemimpin dalam organisasi sangat sentral dalam pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang ditetapkan sebelumnya. Menurut Siagian (2002) perilaku kepemimpinan memiliki kecenderungan pada dua hal yaitu konsiderasi atau hubungan dengan bawahan dan struktur inisiasi atau hasil yang dicapai. Kecenderungan kepemimpinan menggambarkan hubungan yang akrab dengan bawahan misalnya bersikap ramah, membantu dan membela kepentingan bawahan, bersedia menerima konsultasi bawahan dan memberikan kesejahteraan.

Kecenderungan seorang pemimpin memberikan batasan antara peranan pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan, memberikan instruksi pelaksanaan tugas (kapan, bagaimana dan hasil apa yang akan dicapai). Suatu gaya pemimpin atau manajer dalam organisasi merupakan penggambaran langkah kerja bagi karyawan yang berada di bawahnya.

Kepemimpinan adalah proses yang digunakan oleh pemimpin untuk mengarahkan organisasi dan pemberian contoh perilaku terhadap para pengikut atau anak buah (Mas’ud, 2004). Sedangkan gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahan. Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan dalam tugas setiap bawahannya.

commit to user

Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengerti kekuatan dan kelemahan bawahannya, dan mengerti bagaimana cara memanfaatkan kekuatan bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki. Istilah gaya adalah cara yang dipergunakan pimpinan dalam mempengaruhi para pengikutnya (Thoha, 2001).

Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau mengikuti kehendak pimpinannya dengan sadar, rela, dan sepenuh hati.

Beberapa paradigma kepemimpinan telah diusulkan oleh berbagai peneliti. Sebagai contoh Bass, Bernard dan Avolio (2003) menyatakan bahwa ada empat dimensi kepemimpinan transformasional, tiga dimensi kepemimpinan transaksional, dan dimensi nonleadership laissez-faire kepemimpinan (Bass, 2003). Chen (2004) menyarankan mengelompokkan kepemimpinan ke dalam empat paradigma kepemimpinan. Meskipun model Bass (2003) yang diakui

commit to user

memberi kontribusi besar bagi kepemimpinan, teori ini telah dikritik karena berbagai alasan (Yukl, 2005).

Salah satu kritik adalah bahwa pentingnya satu atau dua paradigma kepemimpinan (misalnya transaksional dan visioner), menghilangkan paradigma klasik dan organik. Pemimpin visioner (transformasional) hampir selalu lebih efektif daripada pemimpin transaksional, tetapi yang lain tidak sependapat dengan pendapat tersebut. Chen (2004) menyarankan, baik kepemimpinan transaksional dan visioner adalah bentuk kepemimpinan yang valid, namun kepemimpinan visioner mungkin berlaku lebih luas, termasuk dalam situasi di mana ada sumber daya yang memadai bagi manajer untuk mengandalkan pada penyediaan manfaat eksternal, atau di mana situasi yang kompleks dan ambigu, dan sangat bergantung pada pengetahuan pengikut dan komitmen.

Chen menunjukkan bahwa ada situasi lain di mana kepemimpinan transaksional merupakan bentuk kepemimpinan yang tepat, seperti ketika pengikut tidak mau atau tidak bisa memenuhi visi pemimpin. Berbeda dengan model Bass (2003), Chen (2004) memberikan dasar yang luas yang memungkinkan untuk berbagai bentuk kepemimpinan yang telah berkembang pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Paradigma yang berguna untuk menunjukkan bahwa tidak ada satu cara terbaik untuk berpikir tentang kepemimpinan, bukan bahwa jenis kepemimpinan yang berbeda merefleksikan akar sosial dan sejarah. Paradigma Chen (2004) memungkinkan kepemimpinan bergantung pada konteks dalam menanggapi kebutuhan organisasi dan preferensi, dan melibatkan banyak faktor saling bergantung yang bisa dimanipulasi.

commit to user

Gaya kepemimpinan merupakan karakteristik manajer-manajer inti dalam mencapai sasaran perusahaan atau dengan kata lain lebih menujuk pada pola perilaku eksekutif puncak dan tim manajemen senior. Mas’ud (2004), mengatakan gaya kepemimpinan terdiri dari empat dimensi gaya kepemimpinan yaitu:

1. Gaya Otoriter, yaitu gaya kepemimpinan yang tidak membutuhkan pokokpokok pikiran dari bawahan dan mengutamakan kekuasaan serta prestise sehingga seorang pemimpin mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam pengambilan keputusan

2. Gaya Pengasuh, yaitu gaya kepemimpinan dimana pemimpin memperhatikan bawahan dalam peningkatan karier, memberikan bimbingan, arahan, bantuan dan bersikap baik serta menghargai bawahan yang bekerja dengan tepat waktu

3. Gaya Berorientasi pada tugas, yaitu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin menuntut bawahan untuk disiplin dalam hal pekerjaan atau tugas.

4. Gaya Partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana pemimpin mengharapkan saran-saran dan ide-ide dari bawahan sebelum mengambil suatu keputusan.

Pendapat yang lain dikemukakan oleh Hersey dan Blanchar (1992) menjelaskan bahwa gaya pemimpin yang efektif ada 4 (empat) yaitu :

1. Gaya instruktif, penerapannya pada bawahan yang masih baru atau karyawan yang baru bertugas. Ciri-ciri gaya kepemimpinan instruktif, mencakup antaralain:

commit to user

a. Memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana dan kapan kegiatan dilakukan

b. Kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat. c. Kadar direktif tinggi.

d. Kadar suportif rendah.

e. Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai. f. Kemampuan motivasi pegawai rendah.

g. Tingkat kematangan bawahan rendah.

2. Gaya konsultatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi, namun kemauan rendah. ciri-cirinya mencakup antara lain:

a. Kadar direktif rendah. b. Kadar suportif tinggi.

c. Komunikasi dilakukan timbal balik.

d. Masih memberikan pengarahan yang spesifik.

e. Pimpinan secara bertahap memberikan tanggungjawab kepada pegawai. Walaupun bawahan masih dianggap belum mampu.

f. Tingkat kematangan bawahan rendah sampai sedang.

3. Gaya pertisipatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan rendah, namun memiliki kemauan kerja tinggi. ciri-ciri kepemimpinan pastisipatif ini mencakup antara lain :

a. Pemimpin melakukan komunikasi dua arah.

commit to user

c. Mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara maksimal dalam operasional.

d. Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. e. Mendorong bawahan untuk berpartisipasi.

f. Tingkat kematangan bawahan sedang sampai tinggi.

4. Gaya delegatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi dan kemamuan tinggi. Gaya kepemimpinan delegatif mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Memberikan pengarahan bila diperlukan saja b. Memberikan suport dianggap tidak perlu lagi.

c. Penyerahan tanggungjawab kepada bawahan untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas.

d. Tidak perlu memberi motivasi. e. Tingkat kematangan bawahan tinggi

Label gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian Ogbonna dan Lloyd (2000) adalah gaya kepemimpinan partisipatif, gaya kepemimpinan suportif, dan gaya kepemimpinan instrumentatif yang dirancang untuk mengukur sejauh mana pemimpin menentukan harapan, menetapkan prosedur, dan mengalokasikan tugas.

Label gaya kepemimpinan partisipatif menekankan perlunya mempertimbangkan masukan bawahan dan mengambil keputusan secara demokratis dalam organisasi. Label gaya kepemimpinan suportif diantaranya

commit to user

bercirikan membantu pegawai dalam mengerjakan tugas, memperhatikan kesejahteraan secara hati-hati, mempercayai semua anggota organisasi dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas. Label gaya kepemimpinan instrumentatif atau direktif bercirikan mempertahankan kinerja organisasi dan menjadwalkan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Kepemimpinan di sekolah juga menerapkan prinsip-prinsip praktik kepemimpinan yang ada dalam suatu manajemen. Praktik kepemimpinan kepala sekolah menurut Kouzes dan Posner (1993) meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Proses mengambil tantangan yang mengacu pada dimensi kepemimpinan

seperti mencari peluang, kemauan untuk mengambil risiko, inovasi, memperlakukan kesalahan sebagai kesempatan belajar, mengarah ke hal-hal yang up-to-date, dan memiliki sikap bereksperimen.

2. Inspiring visi bersama yang mengacu pada dimensi kepemimpinan seperti memiliki pandangan ke masa depan, menginventarisasi daftar emosi orang lain untuk berbagi visi dengan cara antusiasme mereka, dan menunjukkan orang lain bagaimana kepentingan bersama dapat dicapai melalui komitmen pencapaian tujuan bersama.

3. Mengaktifkan orang lain untuk bertindak yang mengacu pada dimensi kepemimpinan seperti memperkuat satu sama lain, mendorong kolaborasi, membangun hubungan saling percaya, menekankan tujuan bersama, dan membuat orang lain merasa penting, kuat dan berpengaruh.

4. Cara pemodelan yaitu cara yang mengacu pada dimensi kepemimpinan seperti meyakini kejelasan tentang nilai-nilai organisasi, menjaga proyek-proyek

commit to user

bersama, berperilaku dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai yang ada, dan mencapai tujuan dengan berfokus pada prioritas utama.

5. Mendorong kemajuan , yang mengacu pada dimensi kepemimpinan seperti memberikan pengakuan dan dorongan kepada mereka yang bertahan, membantu orang lain untuk berkembang mencapai visi secara terus menerus dan menghargai prestasi yang dicapai.

Dalam dokumen FX Juli Pramana S4307069 (Halaman 31-40)

Dokumen terkait