• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gejala ikterus neonatorum pada bayi baru lahir adalah :6

a. Ketika kadar bilirubin meningkat dalam darah maka warna kuning akan di mulai dari kepala kemudian turun ke lengan, badan dan akhirnya kaki.

b. Jika kadar bilirubin sudah cukup tinggi, bayi akan tampak kuning hingga dibawah lutut serta telapak tangan.

c. Cara yang mudah untuk memeriksa warna kuning ini adalah dengan menekan jari pada kulit yang diamati dan sebaiknya dilakukan di bawah cahaya/sinar matahari.

d. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa warna kuning pada kulit akan timbul jika jumlah bilirubin pada darah di atas 2 mg/dl.

e. Pada bayi baru lahir akan tampak kuning jika kadar bilirubin lebih dari 5 mg/dl.

f. Hal ini penting untuk mengenali dan menangani ikterus bayi pada baru lahir karena kadar bilirubin yang tinggi akan menyebabkan kerusakan yang permanen pada otak yang disebut dengan kern ikterus.

g. Kuning sendiri tidak akan menunjukkan gejala klinis tetapi penyakit lain yang menyertai mungkin akan menunjukkan suatu gejala seperti keadaan bayi yang tampak sakit, demam dan malas minum.

Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala :10

a. Dehidrasi

Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)

b. Pucat

Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (misalnya: Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.

c. Trauma lahir

Bruising, sefalhematom (peradarahan kepala), perdarahan tertutup lainnya.

d. Pletorik (penumpukan darah)

Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK.

e. Letargik dan gejala sepsis lainnya f. Petekiae (bintik merah di kulit)

Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis. g. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal)

Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi congenital, penyakit hati.

h. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa) i. Omfalitis (peradangan umbilikus)

k. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus) l. Feses dempul disertai urin warna coklat

Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.

6. Patofisiologi

Bilirubin merupakan salah satu hasil pemecahan hemoglobin yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah. Ketika sel darah merah

dihancurkan, hasil pemecahannya terlepas ke sirkulasi, tempat hemoglobin terpecah menjadi dua fraksi : Heme dan Globin. Bagian heme di ubah menjadi bilirubin tidak terkonjugasi dan bagian globin merupakan protein yang digunakan lagi oleh tubuh yang tidak larut yang terkait pada albumin. Keadaan lain yang memperlihatkan penambahan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan ganggan konjugasi hati (defisiensi enzim glukoronil transferasi) atau bayi menderita gangguan ekskresi pada sumbatan saluran empedu.17

Dalam proses berikutnya, zat heme dan globin akan berubah menjadi bilirubin bebas atau bilirubin indirect. Terlebih, bayi baru lahir memiliki sel darah merah yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa, dan dengan demikian lebih banyak yang dipecahkan dalam satu waktu. Hal ini berarti lebih banyak bilirubin yang dihasilkan tubuh bayi baru lahir. Jika bayi lahir premature maka jumlah bilirubin dalam darah dapat meningkat lebih dari level yang seharusnya.18

Bilirubin dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yang kemudian lebih lanjut dimetabolisme menjadi bilirubin indirek tak terkonjugasi oleh enzim bilirubin reductase. Satu gram

haemoglobin dapat menghasilkan 35mg bilirubin indirek. Bilirubin indirek bersifat tidak larut dalam air tetapi larut lemak. Bilirubin akan terikat dengan albumin dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang sudah berikatan dengan albumin akan ke sel hepatosit, Enzim Uridil Diphosphate Glukoronil Transferase(UDPGT) dan

mengkatalisa reaksi konjugasi dengan dua molekul glukoronide. Bilirubin terkonjugasi ini akan disekresikan ke dalam saluran empedu dan melewati usus. Setelah bilirubin direk terkonjungasi ini sampai di usus besar/kolon, dengan bantuan bakteri-bakteri usus bilirubin terkojungasi ini akan dimetabolism menjadi stercobilins dan kemudian diekskresi melalui feces.18

Akan tetapi proses ini terganggu pada bayi preterm karena pada bayi preterm hatinya masih dalam perkembangan sehingga tidak bisa mengeluarkan bilirubin dari dalam darah secara adekuat karena kurangnya kemampuan dari kerja Uridil Diphosphate Glukoronil Transferase

(UDPGT). Ini mengakibatkan terjadinya akumulasi bilirubin dalam darah yang menyebabkan kulit dan sclera bayi preterm kekuningan. Kondisi ini dikatakan ikterus fisiologis.18

7. Penatalaksanaan

Proses pengelolaan hiperbilirubinemia saat ini adalah

mengendalikan konsentrasi bilirubin supaya tidak mencapai nilai tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya kern ikterus. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung dari keadaan penderita dan penyebabnya. Selain itu penangananya harus disesuaikan dengan kemajuan ilmu dan ilmu penelitian di bidang kedokteraan.14

Cara pengendalian hiperbilirubinemia yang dapat dilakukan adalah menstimulasi konjugasi bilirubin, misalnya dengan glukossa atau

pembererian albumin; menambah zat-zat yang kurang dalam transportasi dan metabolisme bilirubin, melakukan fotoisomerisasi dengan terapi sinar dan mengeluarkan bilirubin secara mekanis dengan transfusi tukar.14 Untuk lebih jelasnya, penatalaksanaan ikterus yaitu :

a. Mempercepat proses konjugasi

Ini dapat dilakukan dengan pemberian fenobarbital. Obat ini bekerja sebagai „enzyme inducer’ sehingga konjugasi dipercepat. Cara pengobatan ini tidak begitu efektif dan memerlukan waktu 48 jam baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti. Pemberian fenobarbital lebih bermanfaat bila diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum melahirkan bayi bawaan.18

b. Pemacu aktifitas enzim glukurunil trasferase konjugasi bilirubin meningkat, yaitu :13

2) Efek samping yang ditimbulkan yaitu aktifitas bayi menurun, mengantuk, pengaruh masa jendal.

c. Fototerapi

Yang dimaksud dengan fototerapi intensif adalah radiasi dalam spektrum biru-hijau. Fototerapi adalah aplikasi lampu neon untuk mengubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi pigmen yang larut dalam air untuk memfasilitasi ekskresi bilirubin. Efektivitasnya tergantung pada tingkat luas permukaan bayi terkena lampu fototerapi. Telah ditemukan bahwa sumber cahaya yang paling efektif disediakan adalah tabung khusus fluorescent biru. Efektivitas fototerapi dapat

ditingkatkan dengan menempatkan pad serat optik di bawah bayi di atau lampu fototerapi di atas kepala bagi mempermudahkan paparan ganda (double exposure).18

Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

1) Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.

2) Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup supaya cahaya yang dipantulakan tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.

3) Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.

4) Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.

5) Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.

6) Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam. 7) Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi

dengan hemolisis d. Transfusi tukar

Transfusi tukar dilakukan pada tingkat bilirubin yang lebih tinggi dari 380 umol/l pada bayi baru lahir, 350 umol/1 pada bayi dengan usia gestasi 35-38minggu, 280 umol/l pada bayi dengan usia gestasi 31-34 minggu dan 240 umol/l pada bayi di bawah 30 minggu kehamilan. Transfusi tukar memberikan hasil yang lebih cepat daripada fototerapi tetapi dapat memiliki komplikasi signifikan.18

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sepanjang proses transfuse tukar, yaitu :

1) Neonatus harus dilengkapi dengan alat monitor kardio-respirasi. 2) Tekanan darah harus sering dipantau.

3) Neonatus harus dalam keadaan puasa bila perlu dipasang selang nasogastric.

4) Neonatus dipasang infus.

5) Suhu tubuh dipantau dan dijaga dalam batas normal. 6) Disediakan peralatan resusitasi bawaan

Tabel 2.2

Penatalaksanaan Hiperbillirubin pada Neoantus Cukup Bulan yang Sehat (American Academy of Pediatrics)

Total Serum Bilirubin mg/dl (mmol/L)

Umur (jam) Pertimbangan terapi sinar Terapi sinar Transfusi tukar (terapi sinar gagal) Transfusi tukar dan terapi sinar < 24 * * * * 24 <48 > 12 (170) > 15 (260) > 20 (340) > 25 (430) 49 < 72 > 15 (260) > 18 (310) > 25 (430) > 30 (510) > 72 > 17 (290) > 20 (340) > 25 (430) > 30 (510) Sumber : Dewi, 2012 *

Neonatus cukup bulan dengan ikterus pada umu < 24 jam, bukan neonatuse sehat dan perlu evaluasi ketat

8. Pencegahan

Beberapa langkah pencegahan ikterus neonatorum sebagai berikut :6 a. Pencegahan primer

1) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8-12 kali/hari untuk beberapa hari pertama.

2) Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi. b. Pencegahan sekunder

1) Semua wanita hamil harus di periksa golongan darah ABO dan rhesusu serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak biasa.

2) Harus memastikan bahwa semua bayi secara rutin di monitor terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang harus di nilai saat memeriksa tanda-tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8-12 jam.

Dokumen terkait