• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pestisida

2.1.7. Gejala Keracunan dan cara Mengatasinya

Setiap golongan bahan aktif yang dikandung pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda – beda. Namun, ada pula gejala yang ditimbulkan mirip, misalnya gejala keracunan pestisida karbamat sama dengan keracunan golongan organofosfat (Wudianto,1997).

Gejala keracunan berdasarkan golongan dibedakan menjadi berikut (Wudianto,1997).

a. Golongan Organofosfat

Bahan Aktif : sebagian besar bahan aktif golongan ini sudah dilarang beredar di Indonesia, misalnya diazinon, fention, fenitrotion, fentoat, klorpirifos, kuinalfos, dan malation. Sedangkan bahan aktif lainnnya masih diizikan. Bahan aktif dari golongan ini cukup banyak digunakan beberapa jenis pestisida. Contoh nama

formulasi yang menggunakan bahan aktif golongan organofosfat adalah :

- Herbisida : Scout 180/22 AS, Polaris 240 AS, Roundup 75 WSG - Fungisida : Kasumiron 25/1 WP, Afugan 300 EC, Rizolex 50 WP - Insektisida : Curacron 500 EC, Voltage 560 EC, Tokuthion 500 E.

Pestisida ini masuk dalam tubuh melalui mulut, kulit atau pernapasan.

Gejala Keracunan: timbul gerakan otot – otot tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang – kejang, muntah – muntah, detak jantung menjadi cepat, mencret, sesak napas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan.

b. Golongan Organoklor

Bahan aktif: beberapa bahan aktif golongan ini juga telah dilarang penggunaannya di Indonesia, sebagai missal diedrin, endosulfan, dan klordan. Nama formulasi yang beredar di Indonesia adalah herbisida Garlon 480 EC dan fungisida Akofol 50 WP. Cara kerja racun ini dengan memengaruhi system syaraf pusat.

Gejala keracunan: sakit kepala, pusing, mual, muntah – muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang – kejang dan kesadaran hilang.

c. Golongan karbamat

Bahan aktif: yang termasuk golongan ini antara lai karbaril dan metomil yang telah dilarang penggunaannya. Namun, masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif lain dari golongan karbamat. Sebagai contoh :

- Fungisida Previcur – N, Topsin 500 F, dan Enpil 670 EC - Insektisida Curaterr 3 G, Dicarzol 25 SP.

Bahan aktif ini bila masuk dalam tubuh akan menghambat enzim

cholinesterase, seperti halnya golongan organofosfat.

Gejala keracunan: sama dengan ditimbulkan oleh pestisida organofosfat, hanya saja berlangsung lebih singkat karena golongan ini cepat terurai dalam tubuh.

d. Golongan/ Senyawa Bipiridilium

Bahan aktif: yang termasuk golongan ini antara lain : paraquat diklorida yang terkandung dalam herbisida Gramoxone S*, Gramoxone*, Herbatop 276 AS, dan Para-Col*.

Gejala keracunan: 1 – 3 jam setelah pestisida masuk dalam tubuh baru timbul sakit perut, mual, muntah, dan diare ; 2 – 3 hari kemudian akan terjadi kerusakan ginjal yang ditandai dengan albunuria, proteinnura, haematuria, dan peningkatan kretainin lever, serta kerusakan pada paru – paru akan terjadi antara 3 – 24 hari berikutnya.

e. Golongan Arsen

Bahan aktif: yang termasuk golongan ini antara lain: arsen pentoksida, kemirin, dan arsen pentoksida dehidrat yang umumnya digunakan untuk insektisida pengendali rayap kayu dan rayap tanah serta fungisida pevgendali jamur kayu.

Umumnya masuk dalam tubuh melalui mulut, walaupun bisa juga terserap kulit dan terisap pernapasan.

Gejala keracunan: tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah, dan diare, sedangkan keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar ludah.

f. Golongan Antikoagulan

Bahan aktif: yang termasuk golongan ini antara lain : brodifakum (Klerat RM – B, Petrokum 0,005 RMB, Phyton 0,005 RMB), difasinon (Diphacin 110, Dekabit 0,025 B, Yasodion 0,005 B), kumatetralil (Racumin, Tikumin 0,0375RB) bromadioloe (Ramortal 0,005 RB, Petrolone 0,005 B), dan kumaklor yang merupakan bahan aktif rodentisida.

Gejala keracunan: nyeri punggung, lambung dan usus, muntah – muntah, pendarahan hidung dan gusi, kulit berbintik – bintik merah, air seni dan tinja berdarah, lebam di sekitar lutut, siku, dan pantat, serta kerusakan ginjal.

2.1.7.2 Cara Mengatasi Keracunan Pestisida

Hentikan segera kegiatan menggunakan pestisida setelah tubuh terasa kurang enak, misalnya pusing, mual, kulit panas dan gatal, serta mata berkunang – kunang. Langkah – langkah pertolongan cepat perlu dilakukan (Wudianto,1997).

a. Bila pestisida masuk mulut dan penderita sadar

1. Muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorokan dengan jari atau alat lain yang bersih atau memberinya minum air hangat yang dicampur 1 sendok makan garam. Pemuntahan dilakukan sampai keluar cairan bening.

2. Jangan beri susu atau minuman dan makanan yang lemak bila teracuni golongan klorhidrokarbon.

3. Beri minum susu atau putih telur dalam air bila yang tertelan bahan korosif. Bila keduanya tidak ada, dapat diberi air putih.

4. Bila penderita kejang jangan dilakukan pemuntahan. Baringkan dan beri bantal di bawah kepala penderita. Buka kancing baju di sekitar leher agar pernapasan lancar.

b. Apabila pestisida terisap

1. Bawa ke tempat terbuka berudara segar bila penderita mengisap debu, bubuk, uap, atau butir – butir semprotan.

2. Longgarkan pakaian dan baringkan dengan dagu terangkat agar bisa bernapas bebas.

3. Gerakkan tangannya naik turun agar penderita bisa menghirup udara segar secara maksimal.

4. Hubungi segera petugas kesehatan. c. Apabila mengenai mata

Segera cuci mata dengan air bersih yang banyak secara terus menerus selama 15 menit. Tutup mata dengan kapas steril.

d. Bila tertelan dan penderita tidak sadar

1. Usahakan saluran pernapasan tidak tersumbat. Bersihkan hidung dari lender atau muntahan dan bersihkan mulut dan air liur, lendir, sisa makanan, dan lepaskan gigi palsu.

2. Baringkan penderita dengan posisi tengkurap dan kepala menghadap ke samping.

3. Bila penderita berhenti bernapas lakukan pernapasan buatan. Namun, bukan pernapasan dari mulut ke mulut agar penolong tidak keracunan.

4. Bawa ke balai pengobatan terdekat. e. Bila penderita kejang

Longgarkan pakaian di sekitar leher, taruh bantal di bawah kepala, lepaskan gigi palsu, dan berilah ganjal di antara gigi agar bibir dan lidah tidak tergigit

f. Bila mengenai kulit

1. Bersihkan kulit yang terkena dengan air mengalir dan sabun sampai bersih. 2. Jangan oleskan bahan apapun ke kulit yang terkena, terlebih yang

2.1.7.3 Mencegah Keracunan

Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Untuk itu waspada dalam penyimpanan dan pembuangan sisa atau bekas kemasan pestisida adalah tindakan yang paling tepat (Wudianto, 1997).

1. Tempat menyimpan pestisida

Tempat penyimpanan bisa berupa almari atau peti khusus atau bisa juga ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak – anak atau hewan peliharaan. Usahakan tempat pestisida mempunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena matahari langsung, dan tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak.

2. Mengelola wadah pestisida

Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang memuat label atau keterangan mengenai penggunaannya dan petunjuk keamanannya. Wadah tidak bocor dan tertutup rapat. Bila kena uap air atau zat asam, pestisida bisa rusak dan tidak efektif lagi.

Dokumen terkait