• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Hasil .1 Uji LD 50.1 Uji LD50

4.1.3.3 Gejala Klinis dan Pengukuran Diameter Klinis

Gejala klinis didapatkan dari pengukuran diameter tukak yang terdapat pada tubuh ikan, kemudian dilakukan skoring. Gejala klinis menunjukkan seberapa parah tubuh ikan terinfeksi bakteri, semakin tinggi skor yang didapat, berarti kerusakan pada tubuh ikan juga semakin parah.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7

Har i k e - pas ca infe k s i bak te r i

S ko r r at a-rat a g ej al a kl in is

Pengobatan Pencegahan Kontrol Positif

Gambar 8. Skor rata-rata gejala klinis ikan lele dumbo pada uji in vivo Gambar 8 menunjukkan bahwa skor rata-rata gejala klinis paling kecil terlihat pada perlakuan pencegahan, sebaliknya paling besar terlihat pada kontrol positif. Pada pencegahan, skor rata-rata gejala klinis pada hari pertama adalah 1.53 dan mengalami peningkatan sampai hari ke-3 menjadi 2.53, lalu memasuki hari ke-4 mengalami penurunan sampai akhir perlakuan menjadi 1.93. Pada perlakuan pencegahan, setelah dilakukan penyuntikan bakteri pada hari ke-0, hari selanjutnya mulai terlihat gejala klinis. Pada hari ke-1, skor gejala klinis mulai meningkat dan berlanjut sampai hari ke-3, lalu pada hari selanjutnya rata-rata skor mulai menurun sampai akhir perlakuan (Lampiran 11). Pada hari pertama setelah dilakukan penyuntikan bakteri, terdapat 11 ekor ikan (78.6%) yang mengalami radang dan 3 ekor ikan (21.4%) terlihat normal. Radang berkembang menjadi tukak (borok) pada hari ke-3, tetapi hanya 5 ekor ikan (35.7%) yang mengalaminya, 3 ekor ikan (21.4%) terlihat mengalami penyembuhan, 3 ekor ikan (21.4%) terlihat normal, sedangkan 3 ekor lainnya (21.4%) tetap mengalami

radang tetapi diameter radang terlihat lebih kecil. Radang dan tukak terlihat semakin kecil pada hari selanjutnya sampai akhir perlakuan, bahkan ada penambahan 1 ekor ikan yang mengalami penyembuhan. Pada akhir perlakuan, terdapat 7 ekor ikan (50%) terlihat sehat, 2 ekor ikan (13.3%) mengalami radang dengan diameter yang kecil dan 5 ekor ikan (35.7%) mengalami tukak (Lampiran 12). Hasil uji statistik menunjukkan perlakuan pencegahan berbeda nyata dengan kontrol positif (Lampiran 13).

Pada perlakuan pengobatan, skor gejala klinis terlihat lebih besar daripada pada pencegahan, namun demikian skor pengobatan masih lebih baik dibandingkan kontrol positif. Skor rata-rata awal adalah 3.47 kemudian meningkat sampai hari ke-3 menjadi 7.20 lalu mengalami penurunan sampai hari ke-7 menjadi 6.07. Pada pencegahan, semua ikan mengalami peradangan pada hari pertama setelah penyuntikan bakteri (Lampiran 11). Hari selanjutnya dilakukan penyuntikan sari jeruk nipis sebagai pengobatan dan 11 ekor ikan (73.3%) mengalami hemoragi atau pendarahan dan kerusakan jaringan, sedangkan sisanya (26.6%) telah mengalami tukak. Setelah dilakukan penyuntikan, terlihat peningkatan gejala klinis menjadi tukak, 12 ekor ikan (80%) mengalami tukak dan 1 ekor ikan (6.7%) mengalami kematian. Memasuki hari ke-4, terdapat 1 ekor ikan lagi yang mati, sedangkan ikan yang lain mulai mengalami penurunan diameter gejala klinis. Penurunan gejala klinis terus terjadi sampai akhir perlakuan, bahkan terdapat ikan yang sembuh pada hari ke-4 dan ke-6 (Lampiran 12). Hasil uji statistik menunjukkan perlakuan pengobatan tidak berbeda nyata dengan kontrol positif (Lampiran 13).

Pada kontrol positif, terlihat skor gejala klinis paling besar. Skor rata-rata pada hari pertama adalah 4.93 dan mengalami kenaikan sampai hari ke-3 menjadi 7.27 lalu hari selanjutnya mengalami penurunan sedikit tetapi pada akhir perlakuan skor meningkat menjadi 7.33. Pada kontrol positif, 2 ekor ikan (13.3%) mengalami hemoragi sehari setelah dilakukan penyuntikan bakteri, 3 ekor ikan (20%) mengalami kematian, sedangkan 10 ekor ikan (66.7%) mengalami peradangan. Hari selanjutnya 3 ekor ikan tetap mengalami peradangan (25%), 6 ekor ikan (50%) mengalami hemoragi dan 3 ekor ikan (25%) mengalami tukak.

Hari ke-3 rata-rata ikan mengalami tukak dan terus berlanjut sampai akhir perlakuan (Lampiran 12). Pada hari ke-7, terdapat satu ekor ikan lagi yang mati.

Pada kontrol negatif tidak terdapat gejala klinis karena tidak dilakukan penyuntikan bakteri A. hydrophila. Tidak terlihat adanya peradangan, kerusakan jaringan, hemoragi atau tukak.

4.1.3.4 Mortalitas 0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7

Hari pasca infeksi bakteri

M o rt a li tas (% )

Pencegahan Pengobatan K Positif K Negatif

Gambar 9. Mortalitas (%) ikan lele dumbo pada uji in vivo

Dari Gambar 9 terlihat bahwa tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada kontrol positif sebesar 26.67%. Kemudian diikuti oleh perlakuan pengobatan sebesar 13.33%, kematian terjadi di hari ke-3 dan ke-4 dan terus konstan sampai akhir perlakuan. Pada perlakuan pencegahan, tidak terjadi kematian karena penyuntikan sari jeruk nipis maupun infeksi bakteri. Kematian terjadi pada hari H-3, tetapi hal ini bukan disebabkan penyuntikan jeruk nipis karena tidak terlihat adanya peradangan di sekitar area suntikan, melainkan karena kanibalisme antara sesama ikan yang ditandai dengan kulit ikan yang koyak karena dimakan oleh ikan yang lain (Gambar 10).

Pada kontrol negatif, nilai mortalitas 0% atau tidak terjadi kematian sampai akhir perlakuan (Lampiran 14). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa mortalitas pada perlakuan pencegahan dan pengobatan berbeda nyata dengan kontrol positif (Lampiran 15).

4.1.3.5 Pengamatan Organ Dalam

Tabel 3. Pengamatan organ dalam ikan lele dumbo

Organ Pencegahan Pengobatan Kontrol Positif Kontrol Negatif Ginjal Merah tua

kecoklatan

Merah tua Merah tua kehitaman dan

membengkak

Merah kecoklatan

Hati Merah gelap Merah sedikit pucat Merah kekuningan dan membengkak Merah kecoklatan Empedu Hijau kebiruan Hijau kekuningan

Kuning Hijau kebiruan

Limpa Merah gelap Merah kecoklatan

Merah kecoklatan dan membengkak

Merah tua

Dari hasil pembedahan organ dalam (Tabel 3), dapat terlihat bahwa pada perlakuan pencegahan ginjal terlihat berwarna merah tua kecoklatan, hati terlihat merah gelap, empedu berwarna hijau kebiruan dan limpa terlihat berwarna merah gelap. Pada perlakuan pengobatan ginjal terlihat merah tua, hati terlihat berwarna merah sedikit pucat, empedu hijau kekuningan, dan limpa berwarna merah kecoklatan. Pada perlakuan kontrol positif terlihat ginjal berwarna merah tua kehitaman dan membengkak, hati merah kekuningan dan membengkak, empedu berwarna kuning dan limpa merah kecoklatan serta membengkak. Sedangkan pada perlakuan kontrol negatif ginjal dan hati berwarna merah kecoklatan, empedu terlihat hijau kebiruan dan limpa berwarna merah tua.

Dokumen terkait