• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3. Gelar Teknologi Padi Varietas Unggul Baru (Inpari)

Kegiatan Gelar Teknologi Padi Varietas Unggul Baru (Inpari) dengan sistem tanam Legowo 4 : 1 yang dilaksanakan di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma diikuti oleh 4 petani kooperator kegiatan gelar teknologi dan 10 kelompok tani dari kelurahan rimbo kedui dan sekitarnya. Adapun isi dari kegiatan Gelar tesebut antara lain adalah sebagai Berikut :

A. Sambutan Kepala BPTP Bengkulu

Pada saat Pembukaan acara Gelar Teknologi, Kepala BPTP Bengkulu yang diwakili oleh Dr. Wahyu Wibawa menyampaikan sambutannya sbb: a) Pertama permohonan maaf dari Kepala BPTP Bengkulu karena tidak

dapat hadir langsung untuk kegiatan sosialisasi ini dikarenakan ada pekerjaan segera yang harus diselesaikan.

b) BPTP merupakan UPT (Unit Pelaksana Teknis) pusat yang berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Kementerian Pertanian yang ditugasi untuk membantu pemerintah daerah dalam bidang pertanian khususnya teknologi pertanian.

c) Balit Padi dari waktu ke waktu terus meningkatkan desiminasi dan teknologi kepada masyarakat tani salah satunya menciptakan Varietas Unggul Bari (VUB) yang target produksi tinggi yang secara langsung berdampak kepada peningkatan pendapatan dalam waktu relatif singkat. VUB Inpari sudah banyak disebarkan oleh BPTP Bengkulu yaitu Inpari 1, 2, 3, 4, 6, 10 dan 13. VUB yang dibudidayakan berdasarkan sefesifik lokasi sehingga petani tidak dipaksakan untuk menanam VUB yang di introduksikan BPTP Bengkulu, mereka dapat memilih VUB mana yang sesuai dengan lokasi mereka. Data sementara Kabupaten Bengkulu Utara spesifik Inpari 13, Bengkulu Selatan spesifik dengan Inpari 13, Kabupaten Rejang Lebong spesifik Inpari 13 dan Kabupaten Seluma Inpari 10.

d) Komponen teknologi selama ini yang diintroduksikan adalah komponen teknologi SL-PTT Padi Sawah. Komponen teknologi SL-PTT ini ada 12 macam, dan secara bertahap telah dilakukan dan masih dilakukan. e) Produktivitas padi sawah Propinsi Bengkulu saat ini 4,06 ton GKG/ha

Untuk Kabupaten Seluma masih dibawah produktivitas rata-rata Propinsi Bengkulu yaitu 4,03 ton GKG/ha. Untuk meningkatkan produktivitas hingga 8 ton GKG/ha dapat dicapai dengan alternative semua komponen teknologi pilihan dilakukan.

B. Sambutan dan Pengarahan TIM TPP BPTP Bengkulu

Dalam sambutan dan pengarahan yang disampaikan TIM Pembina BPTP Bengkulu yang disampaikan oleh Prof. Suwandi dan Dr. Handewi, adalah sebagai berikut :

Prof Suwandi :

1. Perasaan senang telah sampai ke Kabupaten Seluma untuk pertama kali, karena bisa berbagi ilmu dan pengetahuan kepada pengguna teknologi pertanian secara bersama-sama.

2. Saat ini petani sawah mempunyai desakan alih fungsi lahan sawah menjadi perkebunan, tetapi perlu kita perhatikan sangat banyak investasi yang ditanamkan di lahan sawah seperti saluran irigasi.

3. Pemerintah tidak mewajibkan seluruh petani itu menanam padi, tetapi pemerintah mengharapkan untuk menyesuaikan kondisi lahan dan fungsinya. Untuk lokasi persawahan ditanam padi dan lokasi perkebunan tetap ditanam tanaman perkebunan.

4. Aspek untuk meningkatkan pendapatan petani pemerintah tetap mendukung :

a) mendukung atau melayani kebutuhan petani (bukan uang) tetapi teknologi-teknologi terbaru.

b) Litbang banyak menciptakan ratusan varietas VUB, dengan tujuan petani dapat memilih varietas mana yang cocok. Dengan banyak teknologi yang digunakan maka tujuan untuk meningkatkan produksi dapat dicapai.

Dr. Handewi

1. Bangga dengan petani yang terus berjuang dan berkorban untuk menyediakan pangan, jika tidak ada perjuangan mereka pangan tidak akan tersedia.

2. Program Kementerian Pertanian adalah menjadi swasembada beras dalam arti ketahanan pangan dapat tersedia dan tidak bergantung dengan orang lain.

3. Harapan beliau agar teknologi yang di adopsi dari BPTP Bengkulu dimanfaatkan sebaik-baikya. Untuk Bapak Camat selaku kepala pemerintahan di tingkat kecamatan hendaknya menjalin hubungan dengan semua pihak untuk membangun wilayahya, seandainya pengetahuan SDM yang ada di BPTP Bengkulu belum tersedia sesuai dengan yang diinginkan masyarakat, dapat mendatangkan dari luar karena tujuan dari Litbang adalah meningkatkan kesejahteraan petani.

C. Sambutan dan Pengarahan Camat Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma Sekaligus Membuka Acara Gelar Teknologi Secara Resmi (Wariman, SE.MM).

Dalam sambutan dan pengarahan yang disampaikan Camat Kecamatan Seluma Selatan Wariman, SE. MM, adalah sebagai berikut : 1. Profil Kecamatan Seluma Selatan saat ini terluas untuk areal persawahan

dari semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Seluma, dengan luas lahan lebih dari 30 ribu ha, terdiri dari 3 Kelurahan dan 9 Desa. Kendala yang kita hadapi dengan lahan sawah yang luas tetapi lokasinya berpencar-pencar tidak dalam satu hamparan, sehingga sulit untuk melaksanakan panen raya.

2. Bagi peserta yang hadir diharapkan untuk menerapkan teknologi yang diberikan kepada kita, karena tidak semua warga kecamatan Seluma Selatan dapat hadir disini untuk itu banggalah kita dapat hadir disini mendapat ilmu secara gratis.

3. Untuk Ketua kelompok tani atau pengurus kelompok tani harus pro-aktif membina seluruh anggotanya. Salah satu program kelompok untuk mengusulkan jalan ke lokasi sawah karena waktu panen jalan untuk mengangkut hasil panen kita susah.

4. Masukan untuk BPTP Bengkulu jika ada kegiatan seperti ini mohon untuk melibatkan petugas pengairan agar mereka tahu permasalahan petani sawah akan irigasi.

5. Membuka Kegiatan Gelar Teknologi Padi Varietas Unggul Baru (Inpari) secara resmi.

D. Penyampaian Materi Teknologi Budidaya Padi oleh Petani Kooperator Gelar Teknologi

a. Rohadi (Kooperator Kegiatan Gelar Teknologi)

Adapun Materi yang disampaikan adalah berbentuk pengalaman Pak Rohadi dalam menerapkan teknologi yang adopsi dari BPTP Bengkulu. Materi yang disampaikan berupa motivasi yaitu :

1. Ucapan terima kasih atas bimbingan BPTP Bengkulu yang telah membina dan membimbing dalam usaha tani terutama usaha tani padi sawah, karena sebelum adanya bimbingan dari BPTP Bengkulu teknologi budidaya masih mengikuti kebiasaan yang lama.

2. Pengalaman dalam budidaya padi sawah telah melakukan teknologi BPTP Bengkulu. Penyampaian ini bertujuan untuk memotivasi dan menggugah hati teman-teman yang belum menerapkan teknologi yang baru.

3. Teknologi-teknologi yang di adopsi dari BPTP Bengkulu adalah sebagai berikut :

a) Penggunaan benih VUB dan berertifikat

b) Luas persemaian yang kecil menjadi luas/normal. c) Penggunaan bibit umur mudah

d) Penanaman dengan bibit 1–3 batang

e) Sistem tanam yang biasa menjadi sistem tanam legowo.

f) Pemupukan yang semula 1 x menjadi 3 kali dengan dosis yang sama.

4. Dari hasil ubinan yang dilakukan produksi diperoleh 8 ton GKP/ha b. Akraludin

Untuk memotivasi dari anggota kelompok tani lain yang belum melaksanakan teknologi yang di adopsi dari BPTP Bengkulu Ketua Gapoktan berbagi pengalamannya selama melakukan atau melaksanakan tenologi dari BPTP Bengkulu. Teknologi yang diadopsi oleh Ketua Gapoktan dari tahun 2009 hingga sekarang masih terus dilakukan.

Kegiatan yang dilakukan Gapoktan Rimbo Jaya sebelumnya (tahun 2009) adalah kooperator dari kegiatan IP-400. Untuk tahun 2011 Gapoktan Rimbo Jaya merupakan kooperator kegiatan M-P3MI. Teknologi-teknologi itu antara lain :

1. Efisiensi dari penggunaan benih dan bibit yang digunakan di budidaya padi sawah.

Benih yang selama ini 90 kg/ha dapat berubah menjadi 15 - 25 kg/ha Dengan syarat benih yang digunakan benih bersertifikat adanya

jaminan mutu dan daya tumbuh tinggi.

Luas persemaian 17 m x 17 m (10 kg) untuk luas lahan 4.000 m2 atau 1/20 dari luas lahan yang akan ditanam.

Lahan persemaian diberi perlakuan khusus yaitu ditabur dengan karbofuran agar terhindar dari hama seperti ulat, burung, orong-orong, dll. Dengan diberikan karbofuran persemaian hingga 10 hari masih aman.

Umur bibit saat tanam tidak lebih dari 20 Hari Setelah Semai (HSS). Jumlah bibit per lubang 1-2 batang.

2. Sistem Tanam Legowo dengan Caplak Roda

Sistem tanam legowo 4 :1 sangat menguntungkan untuk produksi karena :

Jumlah dari populasi tanaman untuk legowo 4 : 1 = 300.000 rumpun/ha sedangkan sistem jajar biasa 250.000 rumpun/ha. Pertambahan populasi ini pada tanaman pinggir kita tahu selama ini bahwa tanaman pinggir merupakan tanaman terbaik karena dalam pengambilan unsur hara lebih banyak.

Mudah dalam pemeliharaan (penyiangan, penyemprotan, pemupukan) mudah dilakukan.

Serangan hama tikus kurang karena dengan adanya legowo sawah menjadi terang.

3. Pemupukan

Agar tanaman tumbuh normal pemupukan dasar dilakukan lebih awal dan dosis sesuai anjuran. Sedangkan waktu pemberian dilakukan 3 kali yaitu :

I = di bawah 2 Minggu Setelah Tanam (MST) II = 21 – 25 HST

4. Penggunaan air

Untuk penggunaan air selama belum menerapkan sistem intermiten masih seperti biasa, karena jika sawah dalam keadaan kering maka rumput cepat tumbuh.

5. Panen

Kreteria panen selama ini :

Tidak terlalu masak karena akan mengakibatkan kehilangan hasil gabah mudah rontok.

Jika kita melakukan pemupukan 3 kali maka sangat berpengaruh saat panen, karena daun padi tidak mengalami kuning tetapi gabah sudah masak akibat sumber makanan selalu tersedia.

E. Materi dari BPTP Bengkulu yang Disampaikan Oleh Dr. Wahyu Wibawa Yaitu “Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah di Kab. Seluma”.

Adapun materi yang disampaikan oleh BPTP Bengkulu dalam hal ini disampaikan oleh Dr. Wahyu Wibawa, MP. adalah sebagai berikut :

1. Untuk nama-nama varietas padi berubah mulai tahun 2008, yang sebelumnya nama-nama varietas yang dilepas berdasarkan nama sungai. Tetapi mulai tahun 2008 nama-nama varietas diubah menjadi :

a) Inpari yaitu Inhibrida Padi Sawah Irigasi b) Inpara yaitu Inhibrida Padi Rawah c) Inpago yaitu Inhibrida Padi Gogo

2. Sampai saat ini varietas Inpari yang sudah dilepas Inpari 1 sampai dengan Inpari 13. Sedangkan yang sudah di introduksikan oleh BPTP Bengkulu baru 6 varietas Inpari yaitu Inpari 1, 3, 4, 6, 10 dan 13.

3. VUB yang dibudidayakan berdasarkan sefesifik lokasi sehingga petani tidak dipaksakan untuk menanam VUB yang di introduksikan BPTP Bengkulu, mereka dapat memilih VUB mana yang sesuai dengan lokasi mereka. Data sementara Kabupaten Bengkulu Utara spesifik inpari 1 dan 3, Bengkulu Selatan spesifik dengan inpari 13, Kabupaten Rejang Lebong spesifik inpari 6, Kota Bengkulu Inpari 1 dan Kabupaten Seluma inpari 10. Untuk Kabupaten Rejang Lebong tidak cocok menggunakan Inpari 10 karena Kab. Rejang Lebong merupakan dataran tinggi. Inpari 10 jika ditanam di Kab. Rejang Lebong maka tanaman tumbuh subur, saat

pengisian gabah lambat dan gabah banyak yang hampa yaitu mencapai 60 %.

4. Komponen teknologi selama ini yang diintroduksikan adalah komponen teknologi SL-PTT Padi Sawah. Komponen teknologi SL-PTT ini ada 12 macam, dan secara bertahap telah dilakukan dan masih dilakukan.

5. Produktivitas padi sawah Propinsi Bengkulu saat ini 4,06 ton GKG/ha jauh dibawah produktivitas secara nasional yaitu 5,06 ton GKG/ha. Untuk Kabupaten Seluma masih dibawah produktivitas rata-rata Propinsi Bengkulu yaitu 4,03 ton GKG/ha. Untuk meningkatkan produktivitas hingga 8 ton GKG/ha dapat dicapai dengan alternative semua komponen teknologi pilihan dilakukan.

F. Penyampaian Materi Pemupupukan Padi Sawah oleh BPTP Bengkulu (Ir. Ahmad Damiri, M. Si).

Materi yang disampaikan BPTP Bengkulu adalah tentang pemupukan ini disampaikan oleh Penanggung Jawab Kegiatan M-P3MI Ir. Ahmad Damiri, M.Si. Adapun materinya adalah sebagai berikut :

1. Penjelasaan tentang dosis pupuk anjuran untuk tanaman padi sawah yaitu : (1) kisaran pupuk Urea per ha antara 200–300 kg/ha, (2) kisaran pupuk SP-36 per ha antara 50–100 kg/ha, dan (3) kisaran pupuk KCl per ha antara 50 – 100 kg/ha.

2. Pemupukan di atas dosis anjuran tertinggi supaya dipertimbangkan, terutama jika dosis yang diberikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dosis anjuran tertinggi. Penggunaan dosis sedikit lebih tinggi dibandingkan dosis anjuran tertinggi masih dapat ditoleransi jika potensi hasil dari varietas yang digunakan cukup tinggi. Hal ini guna mengejar potensi produksi pada varietas tersebut.

3. Penjelasan tentang waktu pemberian pupuk yang tepat untuk penanaman padi yaitu : (1) Urea diberikan 3 kali yaitu pada umur 7–14 hst dengan 1/3 dosisi pupuk, umur 21–24 hst dengan 1/3 dosis pupuk, dan umur 40 hst dengan 1/3 dosis pupuk, (2) SP-36 diberikan satu kali pada pamupukan pertama umur 7–14 hst, (3) KCl diberikan 2 kali yaitu pada pemupukan pertama umur 7–14 hst dan pada pemupukan ke dua umur 21–25 hst.

4. Penjelasan tentang cara menghitung kebutuhan pupuk setelah dilakukan analisis menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah, yaitu (1) apabila hasil analisis menunjukkan N rendah, maka pupuk yang harus diberikan 300 kg Urea, bila hasil analisis menunjukkan N tinggi, maka pupuk yang harus diberikan 200 kg Urea, (2) apabila hasil analisis menunjukkan P2O5

rendah, maka pupuk yang harus diberikan 100 kg SP-36, bila hasil analisis menunjukkan P2O5 tinggi, maka pupuk yang harus diberikan 50 kg SP-36, (3) apabila hasil analisis menunjukkan K2O rendah, maka pupuk yang harus diberikan 100 kg KCl, bila hasil analisis menunjukkan K2O tinggi, maka pupuk yang harus diberikan 50 kg K2O.

5. Menghitung kebutuhan pupuk bila menggunakan pupuk majemuk Phonska dilakukan berdasarkan kandungan unsur hara N, P2O5, dan K2O pada pupuk yang diberikan diganti dengan N, P2O5, dan K2O yang berasal dari pupuk majemuk NPK Phonska. Kekurangan N karena tidak terpenuhi semua dari pupuk NPK phonska, selanjutnya dipenuhi kembali dengan menggunakan pupuk Urea. Demikian pula kekurangan P2O5 dari pupuk NPK phonska, selanjutnya dipenuhi kembali dengan menggunakan pupuk SP-36. Dosis Pemupukan sesuai dengan ketentuan sbb:

Tabel 4. Dosis Pemupukan dan Pemberiannya.

Waktu Pemupukan Phonska (kg/ ha) Urea (kg/ ha )

7-14 hst 150 -

20-25 hst 150 60

40-45 hst - 140

Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu sebelum pemupukan (umur 20 dan 40 hst). Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida Dharmafur 3G, untuk pengendalian penyakit (cendawan) yang biasanya menyerang pada musim hujan dikendlikan dengan penyemprotan fungisida seperti Dhitane M.45, pengendalian keong emas diberi daun papaya atau keladi pada caren agar keong emas berkumpul dan mudah pengambilannya, atau memasang saringan di pintu masuk air untuk mencegah keong emas masuk kesawah.

Dari hasil quisioner yang dibagi pada saat kegiatan gelar teknologi pertanian varietas unggul baru inpari, persepsi petani terhadap teknologi PTT

secara keseluruhan berpendapat sangat setuju dengan pernyataan-pernyataan dalam penggunaan teknologi PTT mencapai 46,02%, disusul dengan 31,41% setuju, 9,38% ragu-ragu, 10,38% tidak setuju dan kurang dari 3% berpendapat sangat tidak setuju dengan teknologi PTT tersebut.

Berdasarkan isi quisioner yang diajukan dimana 34,28% menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa tidak berani mengganti varietas padi yang biasa dipakai karena takut gagal/produksinya turun. 20% sangat tidak setuju dan setuju serta 14% sanagt setuju dan ragu-ragu 11,43%. 94,60% responden yakin bahwa benih padi berlabel produksinya lebih tinggi dari pada benih padi lokal. Sementara itu responden menggunakan benih padi berlabel hanya jika ada bantuan dari pemerintah, bila tidak ada bantuan maka menggunakan benih yang dihasilkan sendiri dengan 25% menjawab sangat setuju, 19,44% setuju, 16,67% ragu-ragu, 25% tidak setuju dan 13,89% menyatakan sangat tidak setuju. Responden sangat percaya bahwa dengan mengembalikan jerami kelahan sawah dapat meningkatkan kesuburan lahan dan sistem tanam legowo dapat meningkatkan produksi padi. Hal ini dinyatakan dengan lebih dari 95% responden menyatakan sangat setuju dan setuju.

Sementara dari pertanyaan yang diajukan ke responden mengenai minat adopsi terhadap teknologi PTT ini, hampir 70% menggunakan benih berlabel dan kurang dari 30% yang jarang dan tidak pernah menggunakan benih berlabel. 23,53% responden juga menyatakan mereka selalu, sering dan kadang-kadang mengembalikan jerami ke lahan sawah. 82,35% responden selalu menggunakan sistem tanam legowo dan seabgian lagi menyatakan sering dan kadang-kadang. Untuk penggunaan pupuk responden yang selalu menggunakan pupuk sesuai dengan dosis anjuran mencapai 38,24%, sering 35,29%, kadang-kadang 17,65%. Lebih dari separoh responden menyatakan selalu menggunakan pertisida (57,67%), 27,27% sering menggunakan pestisida, 15,15% kadang-kadang hanya menggunakan pestisida dalam mengendalikan hama penyakit. Begitupun dalam melakukan pengolahan lahan sesuai dengan musim dan pola tanam yang tepat. 53,13% dan 37,5% selalu dan sering menanam bibit muda dan 40,62% diantaranya selalu dan sering menanam 1-3 batang per rumpun. Dalam melakukan pengaturan air secara berselang, 51,74% menyatakan selalu, 27,59% menyatakan sering dan 20,67% menyatakan kadang-kadang. Tidak ada yang menyatakan jarang dan tidak pernah. Untuk penanganan pasca panen,

apakah segera melakukan perontokan gabah setelah panen, 51,58% menyatakan selalu, 29,90% menyatakan sering, 11,93 kadang-kadang, 3,13% jarang dan 4,05% menyatakan tidak pernah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat adopsi petani terhadap teknologi PTT yang diterapkan dalam kegiatan gelar teknologi ini menyatakan akan selalu menggunakan teknologi PTT mencapai 51,58%, 29,90% menyatakan sering menggunakan, 11,93% kadang-kadang, 2,54% jarang dan 4,05% menyatakan tidak pernah.

IV. KESIMPULAN & SARAN

Dokumen terkait