• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Imunisasi Cegah Congenital Rubella Syndrome

Dalam dokumen LAY OUT FK UGM 22 SEPT 2017 FIKS (Halaman 39-43)

EARO memperkirakan

S

terdapat 23.164 kasus c a m p a k d a n 3 0 . 4 6 3 kasus rubella dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Jumlah kasus ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan k e s e h a t a n s w a s t a s e r t a k e l e n g k a p a n l a p o r a n surveilans yang masih rendah. Di Indonesia, Rubella menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan secara komprehensive karena adanya e f e k t e r a t o g e n i k y a n g ditimbulkan.

D a t a S E A R O p u n menyebutkan bahwa hasil surveilans selama lima tahun terakhir menunjukkan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu, diperkirakan t e r d a p a t 2 . 7 6 7 k a s u s

Congenital Rubella Syndrome

pada tahun 2013, dimana 82/100.000 kasus terjadi pada ibu dengan usia 15-19 tahun dan menurun ke angka 47/100.000 pada ibu dengan usia 40-44 tahun.

P e n u r u n a n c a k u p a n i m u n i s a s i c a m p a k d a n rubella akan berbanding lurus dengan peningkatan angka insidensi penyakit, b a i k c a m p a k m a u p u n rubella.

Kegiatan imunisasi massal

Measles Rubella adalah upaya yang sangat penting untuk meminimalisir daerah yang berpotensi sebagai sumber penularan. Cakupan yang tinggi dan merata dengan target minimal 95% akan membentuk herd immunity

d a n m e m u t u s r a n t a i penularan penyakit campak dan rubella.

H e r d I m m u n i t y M e l a l u i Program Imunisasi

Imunisasi Rubella penting diberikan pada ibu hamil agar secara tidak langsung dapat memberikan perlindungan terhadap serangan infeksi Rubella. Karena ketika ibu hamil terserang Rubella, utamanya pada usia trimester pertama, risiko kecacatan pada anak yang dikandung akan sangat berat, seperti mata katarak, telinga tuli total, kebocoran jantung karena Atrial Septal Defect, Ventricular Septal Defect,

a t a u p u n P a t e n t D u c t u s Arteriosus. Kelainan-kelainan ini akan berpeluang besar didapati pada anak yang terlahir dari ibu hamil yang terinfeksi Rubella.

mediaefkagama

39

Feature

Itulah sebabnya serangkaian kelainan ini disebut dengan

Congenital Rubella Syndrome

karena kecacatan terjadi sejak d i d a l a m k a n d u n g a n . Penyembuhan dari segala kelainan congenital pada bayi dengan infeksi ibu Rubella membutuhkan biaya yang t e n t u t i d a k s e d i k i t . P e n a n g a n a n k a t a r a k dilakukan dengan operasi dan penggantian lensa dengan 10 dioptri, untuk kelainan tuli permanen dilakukan dengan o p e r a s i i m p l a n t a t a u pemberian alat bantu dengar, b e g i t u p u l a d e n g a n penanganan operasi pada kasus kebocoran jantung.

Bayi dengan infeksi CRS akan sangat membebani banyak pihak. Secara pribadi, orang tua yang melahirkan bayi dengan CRS akan sangat terpukul hatinya karena tidak sedikit pula bayi dengan i n f e k s i C R S m e n g a l a m i r e t a r d a s i m e n t a l , m i c r o c e p h a l i , k e j a n g berulang, dan mengalami k e t e r g a n t u n g a n h i d u p terhadap alat-alat kesehatan. P e m e r i n t a h t e n t u a k a n menanggung biaya yang lebih b e s a r u n t u k b e r b a g a i pengobatan dan alat bantu k e s e h a t a n p e n u n j a n g t u m b u h k e m b a n g b a y i dengan kelainan CRS.

Herd immunity berperan penting dalam menciptakan kekebalan di lingkungan. Ketika tercipta kekebalan di lingkungan, maka tidak akan ada ibu hamil yang terserang infeksi Rubella, sehingga infeksi congenital terhadap R u b e l l a a k a n d a p a t dihindarkan. Jika terdapat pola perubahan usia anak yang mendapatkan imunisasi, maka akan terjadi pergeseran pola penyebaran penyakit. Hal ini mengikuti penerapan di dunia, yang pada awalnya dilakukan dengan sekali k a m p a n y e d a l a m s a t u p e r i o d e , u m u r 9 b u l a n mendapatkan imunisasi pertama campak diubah menjadi Measles Rubella

(MR), ulangan kedua di umur 18 bulan imunisasi campak juga diubah menjadi MR, hingga ulangan terakhir di u s i a 6 - 7 t a h u n a k a n m e n d a p a t k a n u l a n g a n t e r a k h i r . S e d a n g k a n kampanye imunisasi MR yang dilakukan saat ini, akan d i g a l a k k a n d e n g a n memberikan imunisasi tanpa pandang bulu bagi semua anak usia 9 bulan hingga 15 tahun, yang sudah pernah mendapatkan imunisasi ataupun pernah mengalami penyakit campak, harus mendapatkan imunisasi pada periode Agustus-September 2017.

Bulan Juli dialokasikan untuk mereka yang termasuk anak Usia Sekolah, sedangkan pemberian imunisasi bulan Agustus diperuntukkan bagi mereka yang bukan anak usia sekolah, ataupun anak usia sekolah yang belum ter-cover

di bulan Agustus 2017.

Ta r g e t 2 0 2 0 , E l i m i n a s i

Measles Mumps Rubella

Program imunisasi Rubella m e r u p a k a n p r o g r a m Internasional, dan eliminasi

M u m p s M e a s l e s R u b e l l a

( M M R ) d i I n d o n e s i a mentargetkan tahun 2020. SEARO menjadi lini pertama d a l a m m e n s u k s e s k a n program kampanye eliminasi MMR. Prof. Herini menjadi k e t u a k o m i t e N a s i o n a l Verifikasi Imunisasi MMR yang akan mewakili Indonesia mempresentasikan data kesakitan dan surveilans di Srilanka dari tahun ke tahun hingga tahun 2020. Dari 11 negara SEARO, yang di-

declaire telah eliminasi MMR a d a l a h M a l d h i v d a n Bangladesh.Indonesia masih harus sangat kerja keras dalam mensukseskan target eliminasi setelah program kampanye MMR di launching oleh Presiden Joko Widodo p a d a 1 A g u s t u s 2 0 1 7 d i Yogyakarta. Pelaksanaan imunisasi MMR fase pertama merambah area pulau Jawa dengan target 30-35 juta anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.

mediaefkagama

Menyusul fase kedua untuk luar jawa dengan target yang sama sehingga dipastikan di tahun ketiga (tahun 2020) seluruh daerah di Indonesia mendapatkan imunisasi Rubella.

E l i m i n a s i y a n g ditargetkan dilakukan dengan cara menurunkan secara drastis angka kesakitan dan kecacatan akibat infeksi R u b e l l a . K e n d a l a d i masyarakat saat ini adalah minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kasus Rubella karena kemiripan manifestasi klinis dengan penyakit campak; penegakan diagnosis Rubella dengan pemeriksaan laboratorium yang baru dapat dilakukan di 4 laboratorium yakni di Y o g y a k a r t a , B a n d u n g , Jakarta dan Surabaya. Di sisi lain, saat ini baru dalam perencanaan pengembangan 3 laboratorium subnasional di Jakarta, Palembang dan Makassar.

Tak ubahnya seperti eradikasi polio, setelah semua sektor dikerahkan untuk mencanangkan program eradikasi polio, akhirnya Indonesia berhasil melakukan eradikasi polio setelah 10 tahun sejak tahun 2007. Untuk Rubella sendiri, telah dilakukan program surveilans di 13 rumah sakit sentinel s e j a k t a h u n 2 0 1 3 , y a n g didalam hal ini Yogyakarta diminta WHO sebagai area pilot project.

Hasil pilot project yang telah terpublikasi di European P e d i a t r i c J o u r n a l menyebutkan bahwa kasus campak rubella memang c u k u p t i n g g i . F a k t o r r e n d a h n y a k e p e d u l i a n m a s y a r a k a t s e t e l a h kemunculan gejala yang mengarah ke Congenital Rubella Syndrome menjadi salah satu pemicu tingginya kasus Congenital Rubella Syndrome di Indonesia.

Upaya Lintas Sektor

Berbagai upaya telah d i k e r a h k a n u n t u k mensukseskan program I n t e r n a s i o n a l u n t u k m e n c i p t a k a n k o n d i s i I n d o n e s i a S e h a t B e b a s Campak Rubella; didalam hal i n i t e r m a s u k u p a y a menggalang kerjasama lintas sektoral. Salah satunya, dengan menggandeng MUI untuk mengeluarkan fatwa halal imunisasi, pendekatan dengan departemen, fasilitas kesehatan sampai di tingkat puskesmas/posyandu, serta melibatkan departemen pendidikan sampai sekolah usia dini. Kerjasama lintas sektor ini diharapkan bisa saling mendukung, mengisi d a n m e l e n g k a p i ; b a g i orangtua dengan anak usia i m u n i s a s i t e t a p i b e l u m mendapatkan kesempatan mengimunisasikan anak- a n a k n y a d i s e k o l a h , diharapkan para orangtua dapat berperan aktif untuk membawa anak-anak mereka ke pusat layanan kesehatan seperti puskesmas,

posyandu, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lain yang terdekat. Targetnya dengan menggandeng lintas sektor ini dapat meningkatkan cakupan imunisasi hingga 100%.

Pola kerjasama lintas sektoral stakeholders ini perlu “dibudayakan” dalam setiap program pemberdayaan, pembelajaran, pendidikan masyarakat demi berhasilnya kesinambungannya.

( F i t r i a D e w i / R e p o r t e r ; Narasumber: Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.A(K))

Referensi:

1. Herini et al. Hospital-based surveillance of congenital rubella syndrome in Indonesia, European Journal of Pediatric, 2017; 176: 387-393.

2. Herini et al. Clinical profile of congenital rubella syndrome in Yogyakarta_Indonesia (under review)

mediaefkagama

41

Feature

“Internasionalisasi pendidikan di UGM sudah berjalan dengan baik dan akan terus ditingkatkan. Internasionalisasi pendidikan di UGM antara lain dilakukan dengan akreditasi internasional prodi-prodi yang ada di UGM, penyelenggaraan program double/dual degree dengan mitra universitas luar negeri, student exchange, penyelenggaraan summer course untuk mahasiswa asing, memperbanyak jumlah mahasiswa asing, mengundang profesor asing untuk mengajar di UGM, dan penyelenggaraan program internasional untuk program sarjana. Penyelengaraan seminar-seminar internasional di UGM di mana para dosen dan mahasiswa UGM berinteraksi dengan para pembicara baik dosen maupun mahasiswa asing juga merupakan wahana internasionalisasi pendidikan di UGM.”

Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng. D.Eng., Rektor UGM

Christantie Effendy, S.Kp., M.Kes., Ph.D, Ketua Departemen Keperawatan Medical Bedah

“Internasionalisasi pendidikan di FK UGM merupakan satu langkah yang mutlak harus dilakukan untuk memberikan peluang bagi mahasiswa agar mempersiapkan diri bersaing di era global dan makin memahami potensi budaya lokal yang ada. Salah satu program Internasionalisasi pendidikan di program studi Magister Keperawatan antara lain dengan menyelenggarakan field trip dan

exchange student serta staff mobility ke luar negeri serta joint supervisor dengan dosen dari Mahidol University. Program studi juga sedang mengupayakan kredit transfer dengan Kobe University untuk mata kuliah tertentu. Harapan program studi hal ini menjadi salah satu upaya yang selaras dengan program fakultas dan universitas.”

“Internasionalisasi pendidikan di FK UGM di masa depan merupakan keniscayaan. Hal yang sulit ditolak dan diperlukan untuk mengantisipasi dan menghadapi perubahan dunia global di masa sekarang dan masa datang. Namun, yang perlu dipikirkan dan dituangkan dalam program pendidikan riil ialah produk lulusan dari internasionalisasi pendidikan diharapkan akan menjadi apa serta ditujukan untuk siapa? Fakta yang ada, seringkali mencanangkan, membuat program dan kurikulum pendidikan baru tanpa didukung dengan bukti evaluasi terhadap lulusan sebelumnya dan tanpa mempertimbangkan tuntutan dunia medis nyata sehingga terjadi kesenjangan antara yang diharapkan dari program baru dengan kebutuhan riil di dunia medis nyata. Jadi jangan sampai hal yang serupa terjadi juga pada waktu akan dilakukan internasionalisasi pendidikan.”

dr. Elizabeth Henny Herningtyas, M.Si., Ph.D., SpPK.

Dosen Departemen Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium

mediaefkagama

Dian menyampaikan bahwa “Prinsip Internasionalisasi Akademik, Kolaborasi dan Riset tepat menjadi acuan Fakultas Kedokteran UGM dalam mencapai visi- misinya saat ini. Hal ini seiring dengan cita-cita UGM sebagai institusi pendidikan tinggi, untuk menjadi leader di tingkat nasional yang berkelas dunia, unggul dan inovatif. Melalui kolaborasi internasional di bidang akademik maupun riset, kita dapat saling belajar dari institusi pendidikan tinggi lain untuk saling berkompetisi positif (mendorong kinerja). Dengan begitu mampu meningkatkan kompetensi dan hasil karya yang unggul dan mendunia, serta berdampak pada peningkatan reputasi Fakultas Kedokteran UGM maupun UGM.”

“Arus globalisasi di era milenial ini sudah tidak dapat dihindari lagi dan hal ini menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Siap ataupun tidak! (seperti halnya yang terjadi pada tukang ojek dan supir taksi). Dengan perkembangan teknologi, semakin fleksibelnya regulasi migrasi antar bangsa dan terjangkaunya moda transportasi internasional membuat "siapa saja bisa bekerja di mana saja".

Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya diaspora Indonesia yang sukses berkarier di mancanegara dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, menjadi penting bagi kita untuk dapat meningkatkan pamor UGM sebagai universitas berkelas dunia sehingga lulusan yang dihasilkan dapat lebih dikenal di manca negara. Menurut saya internasionalisasi bukan melulu soal bahasa inggris, tetapi yang terpenting justru mendekatkan mahasiswa dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di dunia saat ini serta mengenalkan mahasiswa mengenai dunia di luar Indonesia dan masalah kesehatan yang ada di dalamnya. Impiannya adalah lulusan kita menjadi lebih adaptif untuk berkarier di mana saja dengan kualitas yang bisa disejajarkan dengan kompetitor mereka dari negara maju,” papar Harry.

Dian Caturini Sulistyoningrum, B.Sc. M.Sc &

Harry Freitag Luglio M, S.Gz, M.Sc, RD, Departemen Gizi Kesehatan

“Tidak bisa dipungkiri perkembangan zaman menuntut segalanya untuk berkembang, tak terkecuali ilmu. Oleh karenanya, saya beranggapan perlu adanya internasionalisasi kurikulum maupun akademik di bidang kedokteran. Namun yang menjadi catatan adalah jangan sampai upaya ini malah menimbulkan efek negatif seperti melambungkan biaya kuliah. Internasionalisasi akademik boleh dilakukan dengan tetap memegang prinsip bahwa UGM adalah kampus kerakyatan, tak terkecuali di FK UGM.”

Dalam dokumen LAY OUT FK UGM 22 SEPT 2017 FIKS (Halaman 39-43)

Dokumen terkait