• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karl Marx lahir dari keluarga Yahudi. Ayahnya harus mengubah keyakinannya menjadi Katholik karena situasi politik di Jerman pada waktu itu. Marx menjadi

murid Hegel dan menjadi anggota dari “Club Young Hegelian” yang membahas filsafat Hegel dan menjadi cerdas serta semakin kritis. Marx memang menjadi tokoh yang pemikirannya mewarnai perkembangan ilmu sosial secara umum. Marx hidup di masa revolusi industri pertama di Eropa dan liberalisme politik karena pengaruh revolusi Perancis. Pertumbuhan industrialisme yang mengubah struktur sosial masyarakat memberikan pijakan orientasi pemikiran Marx, terutama tentang perkembangan sistem kapitalisme yang kemudian membagi struktur sosial dalam dua posisi berbeda yang begitu ekstrem, yaitu antara mereka yang memiliki modal (borjuis) dan mereka yang memiliki tenaga (proletar) (Ramly, 2009).

Pada 1842 Marx bekerja untuk koran Neue Rheinische Zeitung di Cologne dan menmjadi editor dan pada tahun yang sama koran itu ditutup oleh pemerintahan Prussia karana salah satu artikel Marx. Akhirnya, Marx pindah ke Paris menjadi pusat sosialisme dan bertemu dengan sosialis Prancis Pierre-Joseph Proudhom dan seorang anarkis Rusia Mikhail Bakunin serta bertemu pula dengan sosok yang akan menjadi sahabat terdekatnya, yaitu Friedrich Engels. Bersama-sama, Marx dan Engels memabangun Marxisme sebagai kekuatan intelektual. Engels sanggup memberi dukungan dana kepada Marx pada masa-masa sulit kemudian. Marx diusir dari Prancis kemudian atas permintaan pemerintahan Prussia dan tinggal di Brusses dan bahkan kemudian Marx mencampakkan kewarganegaraannya. Marx menjadi orang buangan kemudian. Marx menetap di London dalam kondisi yang memprihatinkan, namun Engels selalu membantu perekonomian Marx dan keluarganya. Marx menulis karya-karyanya di Perpustakaan Museum Inggris dan

mengorganisis kelompol politik. Marx bermusuhan dengan hampir setiap orang yang didatanginya karena sikapnya yang begitu kritis (Woodfin, 2008).

Marx memang hidup dalam kondisi yang mengenaskan, dimana istri dan anak- anaknya hidup dalam kelaparan dan melihat orang-orang disekelilingnya dan yang dicintainya mati secara perlahan karena sistem kapitalisme. Dasar filsafat Marx berakar pada tradisi filsafat Jerman, Teori ekomomi-politik di Inggris dan sosialisme Prancis.

2. Perspektif Konflik Marxisme A. Materialisme Dialektika

Marx adalah seorang materialis. Apa yang dipikirkan dan bagaimana melihat dunia ini secara keseluruhan ditentukan oleh kondisi fisik dan realitas sosial. Ide- ide tidak menciptakan dunia, tetapi dunila inilah yang menciptakan ide-ide. Bertolak belakang memang dengan apa yang dipikirkan oleh Hegel, yang adalah seorang idealis.

Dunia material atau kenyataan objektif merupakan suatu kesatuan organik, artinya setiap gejala atau peristiwa yang terjadi di dunia sekeliling kita, tidak berdiri sendirian, tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. seperti tubuh kita, setiap bagian badan mempunyai saling hubungan dengan bagian badan lainnya secara tak terpisah. Oleh karena itu, sebuah gejala dapat dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam hubungannya dengan keadaan-keadaan yang tidak terpisahkan dengan gejala-gejala di sekelilingnya, sebagai gejala-gejala yang ditentukan oleh gejala-gejala disekitarnya

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tokoh-tokoh yang sangat erat hubungannya dengan kelahiran materialisme dialektik adalah Hegel dan Feurbach. Hegel berjasa dalam mensistimatisasikan pikiran-pikiran dialektis yang terdapat sepanjang sejarah filsafat, ini yang menunjukkan bagian progresip dari filsafatnya, tetapi dialektika Hegel itu berdasarkan idealisme, yang menunjukkan segi yang reaksioner dari filsafatnya. Menurut Hegel, gejala alam dan sosial adalah perwujudan dari ide absolut yang senantiasa bergerak dan berkembang. Marx berpendapat bahwa dialektika Hegel itu berjalan dengan kaki di atas dan kepala di bawah.

Filsafat Feuerbach adalah filsafat materialis mekanis yang pernah menjadi senjata ideologis kaum borjuis Perancis dalam revolusi abad 18. Sungguhpun demikian, adalah juga Feuerbach yang berani menghidupkan kembali materialisme dan mengibarkan tinggi-tinggi di tengah idealisme yang mendominasi seluruh Eropa pada abad itu. Materialisme saja tidak cukup bagi Marx. Empirisme telah membuat gagasan materialisme menjadi sudut pandang dunia materialistik kemudian (Woodfin, 2008)

Dialectica berasal dari bahasa Latin yang dijelaskan sebagai seni berdebat dan berdiskusi, yang kemudian diturunkan sebagai kebenaran dengan jalan diskusi. Dialektika ketika sampai di zaman Hegel dikonsepsikan bahwa dalam realitas ini tidak ada lagi bidang-bidang yang terpisah atau terisolasi. Semuanya saling terkait dalam satu gerak penyangkalan dan pembenaran. Dalam tinjauan lain, dialektika berarti sesuatu itu hanya berlaku benar apabila dilihat dengan keseluruhan hubungan dalam relasi yang bersifat negasi-dialektis (tesa-antitesa-sintesa).

Metode dialektika Marx sendiri tidak hanya berbeda dari Hegel, tetapi secara langsung menentannya. Menurut Hegel proses aberfikir adalah penciptaan dunnia nyata dan dunia nyata hanyalah manifestasi luar dari ide. Sebaliknya, menurut Marx yang ideal tidak lain hanyalah dunia material yang dicerminkan oleh pikiran manusia dan diterjemahkan dalam bentuk pemikiran (Woodfin, 2008).

Dalam mata filsafat dialektika, terutama para penganut materialisme dialektik Marx dan Engels menganggap bahwa dalam realitas ini tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri untuk selamanya, tidak ada sesuatu yang mutlak dan suci seperti yang dimetafisikakan oleh Hegel dengan sebutan “roh absolut”. J.W. Stalin dalam menerangkan dua prinsip pokok dari dialektika Marxis. Pertama, dialektika Marxis berlawanan dengan metafisika. Dialektika Marxis tidak memandang alam sebagai suatu tumpukan segala fenomena atau tumpukan fenomena yang kebetulan saja, tidak berhubungan dan bebas satu sama lainnya. Namun, semua fenomena alam sebagai realitas yang organik satu statis lainnya. Kedua, berbeda dengan metafisika, dalam konsepsi dialektika berpendapat bahwa alam bukanlah satu keadaan yang statis namun realitas yang terus menerus bergerak dan berubah, rontok, mati dan tumbuh kembali. Ketiga, dialektika juga menerangkan proses perkembangan bukanlah suatu proses pertumbuhan yang sederhana, di mana perubahan–perubahan kuantitatif akan menuju perkembangan yang terbuka ke arah perubahan yang kualitatif.

Materialisme dialektika menyediakan segala yang dibutuhkan Marx sebagai dasar bagi teori revolusioner dan juga melihat kecenderungan kontradiksi, seperti

konflik. Materialisme dialektika ini bersifat ilmiah dan menekankan pada perubahan dan dapat dugunakan untuk memaparkan tujuan (Woodfin, 2008)

Materialisme dialektika menunjukkan bahwa, dunia materi atau kenyataan objektip itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang terus menerus. Keadaan diam atau statis, hanya bersifat sementara atau relatif, disebabkan karena kekuatan didalamnya serta hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya dalam keadaan seimbang.

Pada akhirnya, prinsip-prinsip dialektika secara praktis mengajar kita agar supaya selalu berpandangan ke depan, jangan selalu ke belakang, supaya selalu berorientasi pada hal-hal atau kekuatan yang sedang tumbuh dan berkembang, jangan pada sesuatu yang sedang lapuk atau mati. Dengan kata lain, supaya kita selalu berpandangan progresip revolusioner.

Dokumen terkait