• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II. Sifat-Sifat Gereja

C. Gereja yang Katolik

Kompetensi Dasar

3.2. Memahami sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah

4.2. Menghayati sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah

Indikator

1. Menjelaskan arti Gereja yang Katolik berdasarkan Lumen Gentium art 13 2. Menjelaskan arti Gereja yang Katolik menurut ajaran Kitab Suci

3. Mendeskripsikan usaha-usaha untuk mewujudkan Gereja yang Katolik 4. Menguraikan konsekuensi Gereja yang Katolik bagi para warganya

Tujuan

1. Melalui penggalian pengalaman dan cerita kehidupan, peserta didik memahami makna dan kekatolikan Gereja

2. Melalui menyimak dan mendiskusikan ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja, peserta didik memahami makna kekatolikan Gereja

3. Melalui kegiatan releksi, peserta didik menghayati makna kekatolikan Gereja serta konsekuensinya dalam hidupnya sehari-hari.

Bahan Kajian

1. Makna Katolik

2. Perwujudan sifat kekatolikan.

3. Konsekuensi Gereja yang Katolik bagi para warganya

Sumber Bahan

1. A. Heuken, SJ, Ensiklopedi Gereja, CLC, Jakarta, 1991 2. Pengalaman peserta didik dan guru

3. Dokumen Konsili Vatikan II (LG art 13, ). 4. KWI, Iman Katolik, Yogyakarta: Kanisius, 1995

5. Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Ende-Flores, 1995

Metode

Sarana

1. Kitab Suci

2. Buku Siswa SMA/SMK, Kelas XI, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Waktu

3 x 45 menit.

• Apabila pelajaran ini dibawakan dalam dua kali pertemuan secara terpisah, maka pelaksanaannya diatur oleh guru.

Pemikiran Dasar

Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya telah dibahas tentang sifat Gereja yang “kudus”. Pada pelajaran ini akan dibahas sifat Gereja yang ketiga yaitu “Katolik”. Sebagaimana makna dan hakikat sifat Gereja yang satu dan kudus, apabila kita bertanya kepada umat awam katolik, termasuk kaum muda Katolik, banyak yang belum memahami makna kekatolikan yang mereka sandang. Ada yang mengatakan, yang penting saya ini orang Katolik . Jawaban seperti ini akan menjadi kendala ketika berhadapan dengan umat beragama lain dalam suatu forum dialog, atau hanya sekedar mendapat pertanyaan spontan dari umat beragama lain yang mengetahui makna katolik.

Katolik dari kata Latin, catholicus yang berarti universal atau umum. Nama yang sudah dipakai sejak awal abad ke II M, pada masa St. Ignatius dari Antiokia menjadi Uskup. Ciri katolik ini mengandung arti Gereja yang utuh, lengkap, tidak hanya setengah atau sebagian dalam menerapkan sistem yang berlaku dalam Gereja. Bersifat universal artinya, Gereja Katolik itu mencakup semua orang yang telah dibaptis secara katolik di seluruh dunia, dimana setiap orang menerima pengajaran iman dan moral serta berbagai tata liturgi yang sama di manpun berada. Kata universal juga sering dipakai untuk menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam Gereja Katolik. Konstitusi Lumen Gentium Konsili Vatikan ke II menegaskan arti kekatolikan itu : “Satu umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa di dunia, karena memperoleh warganya dari segala bangsa. Gereja nemajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik. Gereja yang katolik secara tepat guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya di bawah Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya” (LG. 13).

Melalui pelajaran ini, peserta didik diharapkan memahami sifat kekatolikan Gereja sehingga terdorong untuk ikut serta mewujudkan nilai-nilai luhur Injili dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk seluruh umat manusia tanpa pandang bulu. Peserta didik juga memahami bahwa Gereja dipanggil untuk menghormati kebudayaan, adat istiadat, bahkan agama mana pun. Oleh karena itu, dirinya sebagai orang Katolik ikut berjuang untuk kepentingan, kesejahteraan umum, memajukan nilai-nilai luhur dan memperjuangkan satu dunia yang lebih baik untuk seluruh umat manusia.

Kegiatan Pembelajaran

Pembukaan: Doa

Guru mengajak para peserta didik untuk memulai pelajaran dengan berdoa,

Ya Bapa sumber kebijaksanaan sejati,

Dalam pertemuan ini kami ingin memahami lebih mendalam tentang hakekat dan sifat-sifat Gereja, teristimewa Gereja yang Katolik . Kami mohon kepada- Mu, anugerahkanlah kepada kami hati dan budi yang suci, serta berilah semangat untuk mengikuti dan ambil bagian dalam proses pembelajaran ini, agar kami dapat memahami kehadiran Gereja-Mu di bumi ini. Engkau yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa.

Langkah Pertama: Menggali Makna Kekatolikan Gereja

1. Menggali pemahaman peserta didik tentang kekatolikan Gereja

• Guru mengajak para peserta didik untuk mengungkapkan pemahamannya tentang kekatolikan Gereja. Atau Peserta didik bertanya tentang makna kekatolikan yang dipahami teman-teman sekelasnya.

2. Menyimak dan mendalami cerita yang mengungkapkan segi-segi

kekatolikan Gereja

• Guru mengajak para peserta didik untuk mendengarkan, menyimak cerita berikut ini

Simpul Persaudaraan Kardinal Bergoglio

Ketika memangku reksa kegembalaan sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Bergoglio sudah memiliki kebiasaan dialog, menjalin relasi, kerjasama dan persaudaraan dengan tradisi kepercayaan lain. Kardinal kelahiran Flores, Buenos Aires, 17 Desember 1936 ini aktif mengadakan kunjungan secara berkala dan hadir dalam acara-acara penting komunitas agama lain di Argentina. Bahkan, ia sering menggelar acara bersama dengan para pemuka agama lain untuk mempererat tali silaturahmi.

Tak segan-segan, Bergoglio berkunjung dan masuk ke masjid untuk berbaur dengan saudara-saudari Muslim. Ia pun dengan senang hati menghadiri acara keagamaan orang Yahudi. Pertemuan-pertemuan berskala nasional dengan banyak denominasi Kristen dari berbagai aliran juga menjadi prioritas dalam agendanya.

Sikap keterbukaan dan kehangatan sapaannya dalam kancah dialog damai dan persaudaraan terpatri begitu kuat dalam hati para pemuka agama di Argentina.

Pada November 2012, simpul kedekatannya dengan komunitas tradisi agama lain pun terkristalisasi dalam suatu pertemuan penuh makna. Bergoglio mengundang para pemimpin umat agama lain dalam suatu pertemuan persaudaraan. Perhelatan yang digelar di kompleks Katedral Buenos Aires ini menjadi ajakan untuk mereleksikan roh pemersatu dalam persaudaraan sebagai komunitas umat manusia. Undangannya itu pun mendapat sambutan hangat dari para tamunya. Kala itu, perwakilan Islam, Yahudi, Orthodoks, dan sejumlah denominasi Gereja Kristen Evangelis di Argentina berbondong-bondong menghadiri undangan Bergoglio.

Para tamunya pun semakin terkesima ketika Sang Kardinal mengajak mereka masuk ke Katedral Buenos Aires untuk berdoa bersama. Seakan-akan ia membuka pintu Gereja Katedral lebar-lebar bagi umat beriman dan semua orang yang berkehendak baik demi perdamaian. Bergoglio merangkul para pemuka agama untuk mendoakan perdamaian di Timur Tengah yang dinodai dengan kebencian, permusuhan, penindasan, dan perang. Para tokoh agama Argentina menyebutnya sebagai “pembuka pintu” untuk orang lain di rumahnya, dan menawarkan sambutan hangat pada siapapun yang bertamu. (Catholic-news.com)

3. Pendalaman

• Guru mengajak para peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan. Pertanyaan-pertanyaan yang mucul, misalnya:

1. Apa saja yang dilakukan oleh Mgr. Bergoglio semasa berkarya sebagai uskup agung Buenos Aires?

2. Segi-segi kekatolikan apa yang ia tampakkan? 3. Apa dampaknya bagi orang-orang di sekitarnya? 4. Semangat apa yang patut diteladani dari Mgr. Bergoglio?

4. Penjelasan

• Guru memberikan penjelasan tentang Uskup Agung Buenos Aires

- Uskup Agung Buenos Aires, Bergoglio memiliki kebiasaan dialog, menjalin relasi, kerjasama dan persaudaraan dengan tradisi kepercayaan lain.

- Mgr. Bergoglio aktif mengadakan kunjungan secara berkala dan hadir dalam acara-acara penting komunitas agama lain di Argentina. Bahkan, ia sering menggelar acara bersama dengan para pemuka agama lain untuk mempererat tali silaturahmi. Sikap Mgr. Bergoglio ini menampkkan semangat kekatolikan dalam hidupnya.

Langkah Kedua: Menggali Makna Kekatolikan menurut Ajaran Gereja

1. Menyimak dokumen Gereja

• Guru mengajak peserta didik masuk dalam beberapa kelompok untuk membaca dan menyimak dokumen Gereja Konsili Vatikan II berikut ini.

“Semua orang dipanggil sebagai Umat Allah yang baru. Maka umat itu, yang tetap satu dan tunggal, harus disebarluaskan keseluruh dunia dan melalui segala abad, supaya terpenuhilah rencana kehendak Allah, yang pada awal mula menciptakan satu kodrat manusia, dan menetapkan untuk akhirnya menghimpun dan mempersatukan lagi anak-anak-Nya yang tersebar (lih. Yoh 11:52). Sebab demi tujuan itulah Allah mengutus Putera-Nya, yang dijadikan-Nya ahli waris alam semesta (lih. Ibr 1:2), agar Ia menjadi Guru, Raja dan Imam bagi semua orang, Kepala umat anak-anak Allah yang baru dan universal. Demi tujuan itu pulalah Allah mengutus Roh Putera- Nya, Tuhan yang menghidupkan, yang bagi seluruh Gereja dan masing-masing serta segenap orang beriman menjadi azas penghimpun dan pemersatu dalam ajaran para rasul dan persekutuan, dalam pemecahan roti, dan doa-doa (lih. Kis 1:42 yun.).

Jadi satu Umat Allah itu hidup ditengah segala bangsa dunia, warga Kerajaan yang tidak bersifat duniawi melainkan sorgawi. Sebab semua orang beriman, yang tersebar diseluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan dengan anggota-anggota lain. Demikianlah “dia yang tinggal di Roma mengakui orang-orang India sebagai saudaranya”[23]. Namun karena Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini (lih. Yoh 18:36), maka Gereja dan Umat Allah, dengan membawa masuk Kerajaan itu, tidak mengurangi sedikitpun kesejahteraan materiil bangsa manapun juga. Malahan sebaliknya, Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat-istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik; tetapi dengan menampungnya juga memurnikan, menguatkan serta mengangkatnya. Sebab Gereja tetap ingat, bahwa harus ikut mengumpulkan bersama dengan Sang Raja, yang diserahi segala bangsa sebagai warisan (lih. Mzm 2:8), untuk mengantarkan persembahan dan upeti kedalam kota-Nya (lih. Mzm 71/72:10; Yes 60:4-7; Why 21:24). Sifat universal, yang menyemarakkan Umat Allah itu, merupakan kurnia Tuhan sendiri. Karenanya Gereja yang katolik secara tepat-guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya dibawah Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya[24].

Berkat ciri katolik itu setiap bagian Gereja menyumbangkan kepunyaannya sendiri kepada bagian-bagian lainnya dan kepada seluruh Gereja. Dengan demikian Gereja semesta dan masing-masing bagiannya berkembang, karena semuanya saling berbagi dan serentak menuju kepenuhannya dalam kesatuan. Maka dari itu umat Allah bukan hanya dihimpun dari pelbagai bangsa, melainkan dalam dirinya sendiri pun tersusun dari aneka golongan. Sebab diantara para anggotanya terdapat macam-ragam, bisa karena jabatan, sebab ada beberapa yang menjalankan pelayanan suci demi

sebab cukup banyak yang dalam status hidup bakti (religius) menuju kesucian melalui jalan yang lebih sempit, yang mendorong saudara-saudara dengan teladan mereka. Maka dalam persekutuan Gereja selayaknya pula terdapat Gereja-Gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri, tetaplah utuh primat takhta Petrus, yang mengetuai segenap persekutuan cinta kasih[25], melindungi keanekaragam yang wajar, dan sekaligus menjaga, agar hal-hal yang khusus jangan merugikan kesatuan, melainkan justru menguntungkannya. Maka antara pelbagai bagian Gereja perlu ada ikatan persekutuan yang mesra mengenai kekayaan rohani para pekerja dalam kerasulan dan bantuan materiil. Sebab para anggota umat Allah dipanggil untuk saling berbagi harta-benda, dan bagi masing-masing Gereja pun berlaku amanat Rasul: “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan kurnia yang telah diperoleh setiap orang, sebagai pengurus aneka rahmat Allah yang baik.” (1Ptr 4:10).

Jadi kepada kesatuan katolik umat Allah itulah, yang melambangkan dan memajukan perdamaian semesta, semua orang dipanggil. Mereka termasuk ke kesatuan itu, atau terarahkan kepadanya dengan aneka cara, baik kaum beriman katolik, umat lainnya yang beriman akan Kristus, maupun semua orang tanpa kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada keselamatan. (Lumen Gentium artikel 13)

2. Diskusi tentang Ajaran Gereja

Guru mengajak para peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan dokumen ajaran Gereja yang telah dibaca atau didengarnya. Bera- dasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, peserta didik mendiskusikannya. Pertan- yaan yang mucul misalnya;

1. Apa makna Katolik menurut ajaran Gereja? 2. Mengapa Gereja disebut Katolik?

3. Bagaimana mewujudkan kekatolikan Gereja di dunia

3. Penjelasan

• Setelah berdiskusi, guru memberi penjelasan, Ajaran Gereja sebagai berikut:

- Katolik makna aslinya berarti universal atau umum. Arti universal dapat dilihat secara kwantitatif dan kualitatif.

- Gereja itu katolik karena Gereja dapat hidup di tengah segala bangsa dan memperoleh warganya dari semua bangsa. Gereja sebagai sakramen Roh Kudus mempunyai pengaruh dan daya pengudus yang tidak terbatas pada anggota Gereja saja, melainkan juga terarah kepada seluruh dunia. Dengan sifat katolik ini dimaksudkan bahwa Gereja mampu mengatasi keterbatasannya sendiri untuk berkiprah ke seluruh penjuru dunia.

- Gereja itu katolik karena ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa dan segala harta kekayaan bangsa-bangsa dapat ditampungnya sejauh itu baik dan luhur. Gereja terbuka terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat yang luhur tanpa kehilangan jati dirinya. Sebenarnya, Gereja bukan saja dapat menerima dan merangkum segala sesuatu, tetapi Gereja dapat menjiwai seluruh dunia dengan semangatnya. Oleh sebab itu, yang katolik bukan saja Gereja universal, melainkan juga setiap anggotanya, sebab dalam setiap jemaat hadirlah seluruh Gereja. Setiap jemaat adalah Gereja yang lengkap, bukan sekedar “cabang” Gereja universal. Gereja setempat merupakan seluruh Gereja yang bersifat katolik. - Gereja bersifat katolik berarti terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat

tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu atau golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja tampak dalam: Rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya.

- Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapa pun juga.

- Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia. Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana dapat mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari irman Tuhan sendiri.

- Gereja itu bersifat dinamis. Maka Gereja dapat dikembangkan lebih nyata atau diwujudkan dengan cara: Bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat- istiadat, bahkan agama bangsa mana pun. Bekerja sama dengan pihak mana pun yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai yang luhur di dunia ini. - Berusaha untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik

untuk umat manusia. Terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita dapat memberi kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang baik dan siapa yang berhendak baik.

Langkah Ketiga: Menghayati Kekatolikan Gereja

1. Releksi

• Guru mengajak para peserta didik untuk membuat suatu releksi tertulis dengan pertanyaa; Bagaimana upayasaya mewujudkan kekatolikan saya dalam hidup sehari-hari?

2. Rencana Aksi

• Peserta didik membuat rencana aksi untuk mewujudkan kekatolikan Gereja secara konkret dalam hidupnya. Rencana aksi tersebut dapat dilakukan secara pribadi atau bersama teman sekelas atau teman separokinya. Setelah rencana aksi itu dilaksanakan, peserta didik diminta untuk membuat laporan tertulis yang diperkuat dengan keterangan orangtua dan atau ketua lingkungan atau komunitas basis setempat.

Penutup

• Guru mengajak para siswa untuk menutup pelajaran dengan berdoa,

Terima kasih ya Bapa, atas penyertaan-Mu dalam pertemuan kami ini. Kini kami telah memahami rencana penyelamatan-Mu untuk seluruh umat manusia melalui kehadiran Gereja Katolik, juga penyelamatan-Mu atas kami yang bepangkal pada tradisi para rasul. Kami mohon ya Bapa, jadikanlah kami pewarta-pewarta Kabar Sukacita di tengah-tengah masyarakat kami agar setiap orang menemukan kebahagiaan sejati baik di dunia ini, maupun dalam kemuliaan kekal nanti. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Dokumen terkait