• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

0.84 Getah kuning aril

r67 -0.62 0.36 -0.86 0.08 0.96 -0.56 -0.34 0.41 -0.01 0.65 0.84 Getah kuning aril

(X1) Sisaan (X2) RH tanah (X3) C. Hujan (X5) RH udara (X4) Suhu udara (X6) Cahaya (X8) Angin (X7)

30

Hasil analisis korelasi pada Tabel 6 juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara getah kuning pada aril dengan peubah kadar air tanah, kelembaban udara, curah hujan, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya. Korelasi yang signifikan hanya terjadi antar peubah getah kuning. Perbedaan nilai koefisien lintas dengan koefisien korelasi masing-masing hubungan peubah juga menunjukkan angka lebih besar dari 0.05. Dengan demikian pada pengamatan di Cengal belum terlihat faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap kejadian getah kuning pada aril manggis.

Tabel 6 Matriks korelasi getah kuning pada aril manggis dengan cuaca di Kampung Cengal (data cuaca lokal)

Aril_GK KA. tanah RH udara Hujan Suhu Angin KA. tanah -0.25 RH udara 0.04 0.19 Curah hujan -0.34 0.37 0.02 Suhu 0.31 -0.29 -0.63 -0.68* Angin 0.13 -0.12 0.24 -0.39 0.06 Cahaya 0.24 -0.56 -0.39 -0.75* 0.84** 0.42 Keterangan : * Korelasi nyata pada taraf 0.05

** Korelasi nyata pada taraf 0.01

Terdapat laporan yang menunjukkan bahwa hara tanaman juga berpengaruh terhadap kejadian getah kuning selain faktor cuaca. Studi getah kuning melalui pendekatan hara tanah dan tanaman telah dilakukan melalui analisis kandungan hara tanah dan tanaman pada 25 tanaman manggis di lima lokasi pertanaman manggis di Sumatera Barat dan kemudian dihubungkan dengan data getah kuning di dalam buah manggis. Hasil seleksi variabel menunjukkan bahwa kandungan hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) tanah merupakan variabel yang paling menentukan keluarnya getah kuning di dalam buah manggis. Peranan Ca dan Mg terhadap getah kuning di dalam buah manggis dapat dijelaskan melalui fungsinya sebagai unsur yang dapat mempertahankan integritas dinding sel sehingga tidak mudah pecah oleh pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang tinggi. Sel tumbuhan diyakini akan berfungsi optimal pada tingkat turgiditas tertentu. Jika tekanan internal sel (turgor) melampaui batas elastisitas dinding sel misalnya oleh pengaruh

penyerapan air, maka sel tersebut akan pecah. Adanya Ca dapat memperkuat dinding sel pada pericarp buah manggis sehingga dapat menekan keluarnya getah kuning di dalam buah (Departemen Pertanian, 2009).

Hasil penelitian Pechkeo, Sdoodee dan Nilnond (2007) menunjukkan bahwa aplikasi CaCl2 dan H3BO3 dapat meningkatkan konsentrasi Ca dan B pada kulit dan aril buah manggis. Penyemprotan dengan 10 % CaCl2 juga dapat meningkatkan prosentase buah normal dan sebaliknya prosentase buah yang rusak akibat getah kuning dan translucent menurun.

Tanah di desa Karacak kecamatan Leuwiliang pada umumnya memiliki pH yang rendah yaitu 4.23–4.78 yang tergolong sangat masam sampai dengan masam (kategori S3-S2 kelas kesesuaian lahan, Lampiran 5). Hal tersebut berakibat kejenuhan basanya juga rendah. Rata-rata kejenuhan basa khususnya Ca dan Mg sangat rendah yaitu Ca 0.26 me/100 gr, dan Mg 0.11 me/100 gr (Lestari, 2003).

Analisis Lintas Getah Kuning Pada Aril Manggis di Jamblang

Hasil analisis lintas pada Gambar 12 menunjukkan bahwa curah hujan dan kelembaban udara secara nyata berpengaruh langsung terhadap getah kuning aril manggis. Hanya saja nilai koefisien lintas dari kelembaban udara sangat kecil (-0.02) sehingga pengaruhnya bisa diabaikan. Hasil analisis korelasi (Tabel 7) juga menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan antara peubah kelembaban udara dengan getah kuning pada aril (-0.267).

Pengaruh langsung curah hujan terhadap getah kuning pada aril sangat besar yaitu -1.42. Nilai koefisien lintas yang sangat besar (lebih dari +/- 1) disebabkan terjadi kolinearitas, yaitu terdapat dua atau lebih variabel bebas mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Berdasarkan data pada Tabel 7, variabel curah hujan dan RH udara memiliki hubungan yang sangat tinggi. Koefisien korelasi antara curah hujan dengan getah kuning pada aril menunjukkan nilai yang tidak nyata (-0.234). Perbedaan antara nilai koefisien lintas dengan korelasi antara curah hujan dengan getah kuning aril adalah 1.186, lebih besar dari 0.05. Atas alasan tersebut curah hujan tidak efektif untuk dijadikan sebagai faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap kejadian getah kuning pada

32

aril manggis walaupun mempunyai koefisien lintas yang tinggi. Nilai sisaan sebesar 0.33 menunjukkan bahwa masih ada faktor lain sebesar 33% yang berpengaruh terhadap terjadinya getah kuning yang tidak terjelaskan dalam model ini.

Gambar 12 Diagram lintas getah kuning pada aril manggis dengan peubah-peubahnya di Kampung Jamblang, Leuwiliang (nilai koefisien lintas yang dicetak tebal berpengaruh nyata). Keterangan : tanda +/- menunjukan pengaruh positif/negatif. Jika bertanda positif berarti semakin besar nilai X maka semakin besar pengaruhnya untuk terjadi getah kuning. Jika bertanda negatif berarti semakin besar nilai X semakin mengurangi resiko terjadi getah kuning.

Hasil analisis korelasi pada Tabel 7 juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara getah kuning pada aril manggis dengan peubah kadar air tanah, kelembaban udara, curah hujan, suhu udara, dan intensitas cahaya. Korelasi yang sangat signifikan hanya terjadi antara peubah curah hujan dengan kelembaban udara. Perbedaan nilai koefisien lintas dengan koefisien korelasi masing-masing hubungan peubah, selain peubah curah hujan dan RH udara, juga menunjukkan angka lebih besar dari 0.05. Hal tersebut berarti pada pengamatan di Jamblang pun tidak ditemukan pengaruh lingkungan yang paling berpengaruh terhadap getah kuning pada aril manggis.

-0.66 0.03 0.25 -1.42 0.18 -0.31 -0.02 -0.24 0.33 0.31 Getah kuning aril (X1) Sisaan (X2) RH tanah (X3) C. Hujan (X5) RH udara (X4) Suhu udara (X6) Cahaya (X8)

Tabel 7 Matriks korelasi getah kuning pada aril manggis dengan cuaca di Kampung Jamblang (data cuaca lokal)

Aril_GK KA.tanah RH udara Hujan Suhu KA. Tanah 0.050

RH udara -0.267 -0.243

Curah Hujan -0.234 0.029 0.812**

Suhu -0.039 0.246 0.374 -0.405

Cahaya -0.258 -0.064 0.654 -0.618 0.314

Keterangan : * Korelasi nyata pada taraf 0.05 ** Korelasi nyata pada taraf 0.01

Belum terlihatnya faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap terjadinya getah kuning pada aril manggis diduga karena kondisi cuaca selama pengamatan buah tidak terlalu ekstrim, di Cengal maupun di Jamblang. Menurut Verheij (1997) pada suhu 38-40 oC buah manggis rentan terhadap sengatan matahari bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Selama pengamatan buah manggis suhu maksimum di Cengal sebesar 34.9 oC dan di Jamblang 33.8

o

C. Peningkatan kadar air tanah yang tiba-tiba setelah mengalami kekeringan dapat menjadi penyebab terjadinya getah kuning (Sdoodee and Limpun- Udom, 2002). Selama pengamatan buah manggis kadar air tanah relatif konstan sebesar 26.9% ± 1.0 di Cengal serta 26.1% ± 1.5 di Jamblang. Nilai kelembaban udara rata-rata di Cengal sebesar 73.0% ± 3.1dan di Jamblang 86.9% ± 0.7. Nilai kelembaban tersebut mendekati kondisi optimum untuk pertumbuhan manggis yaitu 80% (Downton and Chacko, 1995).

Pola Hubungan Getah Kuning Dengan Iklim Mikro

Pola hubungan antara cuaca (curah hujan, kadar air tanah, kelembaban udara, suhu dan intensitas cahaya) 1 MSP dengan kejadian getah kuning pada aril (GK aril) dan kulit buah manggis (spot GK) di kampung Cengal dan Jamblang ditampilkan pada Gambar 13. Kadar air tanah, suhu dan kelembaban udara perubahan nilainya relatif kecil selama pengamatan dibandingkan dengan perubahan nilai curah hujan dan intensitas cahaya yang fluktuatif, terutama pada minggu keempat sampai dengan minggu kesembilan. Curah hujan pada minggu

34

I-IV relatif rendah, mulai meningkat pada minggu kelima kemudian terjadi lonjakan curah hujan pada minggu VI di Cengal maupun di Jamblang.

0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 5 Mg 6 Mg 7 Mg 8 Mg 9

Spot GK GK aril Curah hujan Intensitas cahaya

Kadar air tanah RH udara Suhu

0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 5 Mg 6 Mg 7 Mg 8 Mg 9

Curah hujan Spot GK GK aril Intensitas cahaya Kadar air tanah RH udara Suhu

Gambar 13 Grafik pola hubungan cuaca 1 MSP dengan kejadian getah kuning pada aril manggis (GK aril) dan kulit buah (spot GK) di Kampung Cengal (C) dan Jamblang (J). Khusus nilai kelembaban udara (RH Udara) dikalikan 4.

Tingginya lonjakan curah hujan yang sebelumnya rendah perlu menjadi perhatian karena berpotensi menyebabkan pasokan air yang tiba-tiba ke saluran getah kuning (terutama di buah), meningkatkan tekanan turgor yang akhirnya berpotensi menimbulkan gangguan getah kuning. Menurut Dorly et. al., (2008)

C

getah kuning muncul akibat dinding saluran getah kuning di endokarp pecah. Saluran getah kuning bisa pecah karena adanya perubahan air tanah yang cukup fluktuatif dan ekstrim selama manggis sedang dalam fase berbuah, sehingga dinding sel epitel yang tidak terlalu kuat pecah dan membuka lubang pada saluran getah kuning dan mengeluarkannya (Syah et. al., 2007).

Perubahan nilai prosentase getah kuning pada aril manggis dan kulit manggis relatif fluktuatif (Gambar 13). Pada saat puncak curah hujan, prosentase getah kuning pada aril manggis di Cengal tidak menunjukkan peningkatan yang drastis, dari 0.5 % pada minggu V menjadi 3.5 % pada minggu VI. Prosentase getah kuning pada aril manggis di Jamblang menunjukkan peningkatan yang tinggi, dari 0.5 % pada minggu V menjadi 7.1 % pada minggu VI. Puncak gangguan getah kuning aril manggis terjadi pada minggu IX pengamatan (selang tiga minggu dari puncak curah hujan), saat itu curah hujan relatif rendah. Pola perubahan nilai getah kuning pada aril manggis dan kulit buah manggis relatif sejalan selama pengamatan. Gangguan getah kuning pada aril dan kulit manggis cenderung menurun pada minggu II sampai dengan minggu V, kemudian terus meningkat sampai dengan minggu IX.

Hasil analisis korelasi antara kualitas buah manggis dengan kombinasi interval waktu pengamatan iklim mikro selama pengamatan disampaikan pada Tabel 8. Getah kuning pada kulit manggis tidak berkorelasi dengan curah hujan, kadar air tanah dan intensitas cahaya. Kejadian getah kuning pada aril manggis berkorelasi sangat signifikan dengan curah hujan pada interval pengamatan empat minggu sebelum panen buah (4 MSP). Nilai koefisien korelasi yang positif (0.913) menunjukkan bahwa peningkatan curah hujan meningkatkan resiko terjadinya getah kuning pada aril manggis. Pada interval pengamatan tiga minggu sebelum panen (3 MSP), curah hujan tidak berkorelasi dengan kejadian getah kuning pada aril. Pada interval pengamatan dua minggu sebelum panen, curah hujan berkorelasi sangat signifikan dengan kejadian getah kuning pada aril manggis (-0.836), hanya saja keadaan tersebut menjadi tidak penting karena fase kritis sudah terlampaui yaitu pada interval pengamatan empat minggu sebelum panen.

36

Tabel 8 Matriks pola hubungan kualitas buah manggis dengan iklim mikro selama pengamatan

Peubah GK kulit GK aril ABT Getah kuning aril 0.449 Aril buah translucent 0.118 -0.438 Curah hujan 4 MSP 0.559 0.913** -0.312 Curah hujan 3 MSP 0.345 -0.347 0.685 Curah hujan 2 MSP -0.104 -0.836** 0.682* Kadar air tanah 3 MSP -0.382 -0.082 -0.690* Intensitas cahaya 3 MSP -0.419 0.270 -0.712*

Pola hubungan curah hujan 4 MSP dan 2 MSP dengan kejadian getah kuning pada aril manggis disampaikan pada Gambar 14. Nilai curah hujan dan getah kuning pada aril manggis (GK aril) merupakan gabungan data curah hujan dan GK aril dari Cengal dan Jamblang. Grafik 4 MSP menunjukkan gangguan getah kuning pada aril manggis 4 minggu setelah melakukan pengamatan curah hujan. Pengamatan ke- enam (puncak gangguan getah kuning) adalah data getah kuning pada minggu IX (akhir pengamatan), sedangkan curah hujan data pengamatan minggu VI (puncak curah hujan). Grafik 2 MSP menunjukkan gangguan getah kuning pada aril manggis 2 minggu setelah melakukan pengamatan curah hujan. Pengamatan ke-delapan (puncak gangguan getah kuning) adalah data getah kuning pada minggu IX (akhir pengamatan), sedangkan curah hujan data pengamatan minggu VIII. Pola hubungan curah hujan dengan kejadian getah kuning pada grafik 4 MSP dan 2 MSP menunjukkan kondisi yang berlawanan. Hal tersebut memperjelas hasil analisis korelasi seperti yang ditampilkan pada Tabel 8.

Dalam praktek budidaya manggis, resiko kejadian getah kuning pada aril manggis lebih besar terjadi pada 4 MSP atau sekitar 11 minggu setelah antesis (11 MSA) jika mengalami suplai air berlebih dari curah hujan. Hasil penelitian Dorly

et. al. (2008) menginformasikan bahwa getah kuning mulai mengotori aril

manggis pada saat buah berumur 14 MSA. Hasil penelitian di Songkla, Thailand menemukan bahwa ambang batas kejadian getah kuning dan buah translucent pada aril manggis akibat suplai air berlebih adalah pada sekitar 9 MSA (Chutinunthakun, 2001). Karena potensi kejadian getah kuning pada buah manggis sudah dijumpai sejak fase pembungaan (Dorly et. al., 2008), maka akan

4 MSP

2 MSP

lebih baik jika kelembaban tanah selalu terjaga dalam kondisi air tersedia dan tidak terjadi fluktuasi kelembaban tanah yang ekstrim. Sdoodee and Chiarawipa (2005) melaporkan bahwa kejadian getah kuning dan buah translucent dapat dicegah melalui pengelolaan kelembaban tanah selama perkembangan sampai panen buah dengan mempertahankan potensial air tanah sekitar -70 kPa (pada kedalaman tanah 30 cm). 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 1 2 3 4 5 6 Pengamatan

Curah hujan (mm) GK aril (%)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 1 2 3 4 5 6 7 8 Pengamatan

Curah hujan (mm) GK aril (%)

Gambar 14 Grafik pola hubungan curah hujan 4 MSP dan 2 MSP dengan kejadian getah kuning pada aril manggis selama pengamatan

Aril buah translucent secara signifikan berkorelasi positif dengan curah hujan pada interval pengamatan dua minggu sebelum panen (2 MSP). Pola hubungan curah hujan 2 MSP dengan kejadian translucent pada aril manggis ditampilkan pada Gambar 15. Secara umum terlihat bahwa kejadian aril yang mengalami translucent (Tr aril) mengikuti pola curah hujan. Tr aril meningkat dengan meningkatnya curah hujan mulai pengamatan keempat sampai keenam.

38

Tr aril menurun dengan menurunnya curah hujan pada pengamatan kedua dan kedelapan. Berdasarkan data ini diduga translucent pada aril manggis terjadi sekitar 2 minggu setelah terjadinya pasokan air (dari hujan) yang berlebih. Menurut Sdoodee and Chiarawipa (2005); Sdoodee and Limpun- Udom (2002) kejadian aril translucent pada manggis disebabkan oleh pasokan air yang berlebihan selama perkembangan buah di pohon. Hasil penelitian Pankasemsuk

et. al. (1996) menunjukkan bahwa aril manggis yang normal bisa diinduksi

menjadi translucent dengan perlakuan infiltrasi air pada 39 kPa selama 5 menit. Buah manggis yang mengalami translucent memiliki kandungan air yang lebih tinggi pada kulit (65%) dan aril (82%) dibandingkan dengan kandungan air pada buah normal (kulit 63% dan aril 80%) (Pankasemsuk et. al., 1996).

0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 Pengamatan

Curah hujan (mm) TR aril (%)

Gambar 15 Grafik pola hubungan curah hujan 2 MSP dengan kejadian

Simpulan

Keragaan cuaca di Cengal dan Jamblang relatif sama kecuali nilai RH udara. Getah kuning pada aril, getah kuning pada kulit buah, translucent pada aril, burik pada kulit buah, bobot buah, diameter buah, kekerasan kulit buah dan padatan terlarut total (PTT) buah manggis dari dua lokasi pengamatan relatif sama, tidak dipengaruhi oleh posisi pohon di luar atau di dalam kebun dan tidak dipengaruhi oleh umur pohon manggis.

Hasil analisis lintas dengan pengamatan cuaca satu minggu sebelum panen manggis tidak ditemukan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya getah kuning pada aril manggis. Kejadian getah kuning pada aril manggis memiliki hubungan yang sangat erat dengan curah hujan empat minggu sebelum panen manggis.

Saran

1. Dalam praktek budidaya manggis, sepanjang fase pembungaan, perkembangan sampai panen buah manggis harus dijaga agar kelembaban tanah selalu berada pada kondisi kapasitas lapang. Penyebab timbulnya getah kuning pada buah manggis adalah faktor fisiologis, akibat terjadinya tekanan turgor yang fluktuatif

2. Untuk mengetahui konsistensi pengaruh cuaca terhadap kualitas buah, khususnya getah kuning, sebaiknya penelitian dilakukan pada beberapa lokasi berbeda yang telah diketahui memiliki karakteristik cuaca yang berbeda. 3. Analisis lintas dalam menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung dari

Dokumen terkait