Administrasi : Seluruh kegiatan, mulai dari pengaturan hingga pengurusan segala halnya, yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.
Afektif : Segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, watak, perilaku, minat, emosi, dan nilai yang ada di dalam diri setiap individu.
Akomodasi : Sesuatu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan.
Ammatoa : Merupakan pemimpin masyarakat Adat Kajang.
Autoritarianisme : Bentuk organisasi sosial yang ditandai oleh penyerahan kekuasaan.
Awig-awig : Aturan yang dibuat oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengatur masalah tertentu dengan tujuan memelihara ketertiban dan keamanan dalam kehidupan masyarakat.
Bebie : Tradisi menanam dan memanen secara
bersama-sama yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan.
Budaya : Cara hidup yang berkembang dan dimiliki seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Cingcowong : Tradisi meminta hujan disaat terjadi kemarau panjang masyarakat Desa Luragung Landeuh, Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.
Deeskalasi : Penurunan kegiatan.
Demografi : Studi ilmiah tentang penduduk.
Ekstrovert : Kepribadian yang cenderung menikmati ruang bebas.
Elemen : Bagian-bagian dasar yang mendasari sesuatu.
Etnik : Etnis atau suku bangsa adalah suatu golongan atau kelompok manusia.
Falsafah : Anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat.
Feeling of hostility : (Perasaan saling bermusuhan) dalam wujud kebencian, kecemburuan, keinginan dan nafsu.
Fenomena : Suatu fakta atau peristiwa yang dapat diamati.
Harmoni : Pernyataan rasa, minat, keselarasan, dan keserasian.
Hierarki : Urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan).
Ideologi : Cerminan cara berpikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya.
Interpersonal : Komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih.
Intervensi : Campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak.
Intrapersonal : Cara berkomunikasi dengan diri sendiri.
Introvert : Suatu sifat yang senang menghabiskan waktu sendirian.
Kearifan Lokal : Pandangan hidup yang dimiliki oleh suatu masyarakat, yang bersifat arif (bijaksana) yang berwujud ilmu pengetahuan/strategi hidup/
aktivitas yang digunakan untuk menjawab
dan menyelesaikan berbagai problematika yang ada dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
Kolaborasi : Kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama.
Kompromi : Kompromi merupakan upaya untuk mendapat kesepakatan melalui komunikasi.
Konflik : Pertentangan atau perselisihan.
Konfrontasi : Konflik antara dua belah pihak.
Local Wisdom : Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), yang melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu. Kebijakan itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
Local Knowledge : Istilah kearifan lokal yang sering digunakan dalam bahasa asing.
Local Genius : Kecerdasan setempat dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai local genious, yakni kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat.
Lubuk larangan : Suatu kawasan di sepanjang sungai yang telah disepakati bersama sebagai kawasan terlarang untuk mengambil ikan baik dengan cara apa pun apalagi dengan cara yang dapat merusak lingkungan sungai.
Mediasi : Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan.
Ninik Mamak : Ninik Mamak adalah suatu lembaga adat yang terdiri dari beberapa orang penghulu yang berasal dari berbagai kaum atau klan yang ada dalam suku-suku di Minangkabau.
Paradigma : Cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan memengaruhinya dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku.
Pekasiwia : Kearifan Lokal masyarakat Poso yang menjunjung prinsip perdamaian, saling berbaikan, tidak mengungkit lagi persoalan yang sudah berlalu.
Pela Gandong : Kearifan lokal masyarakat Ambon yang mengatur hubungan persaudaraan dan saling menghargai dalam perbedaan
Persepsi : Tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman.
Piil Pesenggiri : Falsafah hidup masyarakat Lampung yang mengatur tata hidup masyarakat Lampung sebagai makhluk sosial.
Rasional : Pola pikir di mana seseorang cenderung bersikap dan bertindak berdasarkan logika dan nalar manusia.
Stratifikasi Sosial : Pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal.
Struktur Sosial : Tingkatan dalam masyarakat.
Subak : Sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat Bali yang mengatur tentang manajemen pengairan sawah secara tradisional.
Tradisional : Sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun.
Tungku Tigo Sajarangan : Kepemimpinan di Minangkabau yang dibutuhkan untuk mengatur pemerintahan dan norma yang ada di masyarakat. Tungku Tigo Sajarangan terdiri dari penghulu (niniak mamak), alim ulama, dan cerdik pandai (cadiak pandai).
Win and Lose Solution : Strategi yang bertujuan untuk memperoleh kemenangan dengan keinginan untuk mengalahkan pihak lain yang menguntungkan diri sendiri dan merugikan pihak lain.
Win and Win Solution : Kerangka pikir yang selalu berusaha memperoleh keuntungan bersama dalam setiap interaksi manusia.
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
A
Administrasi, 34, 113, 121 afektif, 2, 4, 121
akomodasi, 31-32, 42, 121 Ammatoa, iv, v, vi, viii, 87-90,
93-99, 102-111, 115, 118, 121 Autoritarianisme, 6-7, 121 Awig-awig, 56-57, 117, 121 B
Bebie, 55, 121
budaya, v, 5-6, 8-10, 12, 16, 26, 37-39, 41-44, 46-47, 49, 53, 56-58, 61, 70, 88, 91-92, 95, 103, 114, 116-117, 119, 121, 129-130
C
Cingcowong, 54, 122 D
deeskalasi, 30, 122 Demografi, 7, 122
E
Ekstrovert, 122
elemen, 6, 8-10, 26, 50, 57, 122 etnik, 10, 122
F
Falsafah, viii, 16, 48, 55, 61, 64-71, 81-87, 89, 117, 122, 124 feeling of hostility, 28-29, 122 fenomena, vi, 8, 50, 88, 117, 122 H
Harmoni, 17, 113, 122 hierarki, 6-7, 14-16, 47, 122 I
ideologi, 4-5, 8-10, 26, 29, 70, 88, 122
interpersonal, 10, 12, 16-17, 122 Intervensi, 31-33, 122
intrapersonal, 10-11, 122 introvert, 6, 122
INDEKS
K
kearifan lokal, iv, v, vii, viii, 37-52, 55-59, 79, 81, 113, 115-116, 118-119, 122-124
kolaborasi, 32-33, 117, 123 kompromi, 32-33, 123 konfrontasi, 30-31, 123 L
local genius, 41, 123 local knowledge, 38, 123
local wisdom, 38, 57, 118-119, 123 Lubuk larangan, 46, 51-52, 116,
123 M
mediasi, 32, 34-35, 123 ninik mamak, 74, 77-78, 123
P
paradigma, 9, 123 pekasiwia, 58, 124 Pela Gandong, 58, 124
persepsi, 12-13, 16-17, 21-22, 26, 124
Piil pesenggiri, 55-56, 124 R
rasional, 2-4, 19, 28-29, 124 S
stratifikasi sosial, 2, 4, 29, 92, 124 struktur sosial, 6, 91-92, 124 Subak, 52-53, 124
T
tradisional, 2-4, 40, 47, 52, 74, 88, 92-93, 115, 124
Tungku Tigo Sajarangan, 46, 124 win and lose solution, 33, 124 win and win solution, 33, 125
Susi Fitria Dewi, S.Sos., M.Si., Ph.D. merupakan dosen di Universitas Negeri Padang Sumatera Barat. Pendidikan menengahnya diselesaikan di SMAN 2 Padang. Kemudian beliau melanjutkan ke S-1 jurusan Sosiologi Universitas Andalas, Gelar Master di bidang ilmu politik diraih dari Program Pascasarjana Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Melanjutkan program Ph.D pada University Kebangsaan Malaysia.
Beliau bisa dihubungi di [email protected]
Dr. Delmira Syafrini, S.Sos., M.A. merupakan Dosen di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Beliau memperoleh gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) dari Universitas Andalas. Master of Art (M.A.) bidang Ilmu Sosiologi dari Universitas Gadjah Mada dan Doktor (Dr) Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Kepakaran keilmuan meliputi;
Sosiologi Pariwisata Sosiologi Pembangunan dan Studi tentang Perubahan Sosial Budaya dalam Masyarakat. Email: [email protected]