• Tidak ada hasil yang ditemukan

Good Corporate Governance

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 24-36)

1. Risiko kredit

2.5. Good Corporate Governance

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 menyebutkan bahwa penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip GCG, dengan memperhatikan signifikansi atau materialitas suatu permasalahan terhadap penerapan GCG pada bank secara bank-wide, sesuai skala, karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip dasar GCG sebagaimana dimaksud dalam butir 1. A. Bank melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala paling kurang terhadap 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan GCG dan informasi lainnya yang terkait penerapan GCG bank, sebagaimana dimaksud dalam butir 1. B. Penilaian sendiri (self asssessment) tersebut dilakukan secara

komprehensif dan terstruktur yang diintegrasikan menjadi 3 (tiga) aspek governance yaitu governance structure, governance process, dan governance outcome, sebagai suatu proses yang berkesinambungan.

Menurut Komang Mahendra Pramana dan Luh Gede Sri Artini (2016) menyatakan bahwa aspek yang dinilai dalam komponen GCG terdiri dari sebelas faktor utama dengan bobot masing-masing. Setelah mendapatkan bobot dari masing-masing aspek, dilanjutkan dengan menetapkan hasil peringkat dengan penetapan klasifikasi peringkat komposit sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP tahun 2007.

Tabel 2. 4.

Aspek Penilaian Good Corporate Governance

No Aspek yang dinilai Bobot

1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

10% 2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 20%

3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite 10%

4 Penanganan Benturan Kepentingan 10%

5 Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank 5%

6 Penerapan Fungsi Audit Intern 5%

7 Penerapan Fungsi Audit Ekstern 5%

8 Penerapan Fungsi Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern

7,5% 9 Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (Related Party)

dan Debitur Besar (Large Exposure)

7,5% 10 Transparan Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank,

Laporan Pelaksanaan GCG dan Laporan Internal

15%

11 Rencana Strategi Bank 5%

Sumber: SE BI No. 9/12/DPNP/2007

Menurut Dewa Gede Derian Angga Paramartha dan I Ketut Mustanda (2017) menyatakan bahwa penilaian terhadap faktor GCG merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia GCG didasarkan pada

3 aspek utama yaitu Governance Structure, Governance Process, dan Governance Outcome.

Tabel 2. 5.

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Good Corporate Governance

Peringkat Kriteria Keterangan

1 Memiliki NK < 1,5 Sangat Sehat

2 Memiliki NK 1,5 ≤ NK < 2,5 Sehat 3 Memiliki NK 2,5 ≤ NK < 3,5 Cukup Sehat 4 Memiliki NK 3,5 ≤ NK < 4,5 Kurang Sehat 5 Memiliki NK 4,5 ≤ NK < 5 Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 9/12/DPNP/2007

Tabel 2. 6.

Matriks Peringkat Faktor GCG

Peringkat Definisi

1 Mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum sangat baik. Hal ini tercermin dari penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang sangat memadai. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan dan dapat segera dilakukan perbaikan oleh manajemen bank.

2 Mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik. Hal ini tercermin dari penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang memadai. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen bank.

3 Mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik. Hal ini tercermin dari penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang cukup memadai. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan memerlukan perhatian yang cukup dari manajemen bank.

4 Mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum kurang baik. Hal ini tercermin dari penerapan atas

prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang kurang memadai. Terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance maka secara umum kelemahan tersebutsignifikan dan memerlukan perbaikan yang menyeluruh oleh manajemen bank.

5 Mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum tidak baik. Hal ini tercermin dari penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang tidak memadai. Kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance maka secara umum kelemahan tersebut sangat signifikan dan sulit untuk perbaiki oleh manajemen bank.

Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP

2.6. Rentabilitas (Earning)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 menyebutkan bahwa penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/ atau kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.

Peneliti melakukan penilaian earning dalam penelitian ini dengan menggunakan 4 indikator adalah sebagai berikut:

1. Return On Asset (ROA)

Menurut Ana Roisatul Janah (2016) menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan.

ROA = x 100%

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP

Tabel 2. 7.

Predikat Return On Asset Bank

No. Rasio Predikat

1 ROA ≥ 2% Sangat Memadai

2 1,25% < ROA ≤ 2% Memadai

3 0,50% < ROA ≤ 1,25% Cukup Memadai 4 0% < ROA < 0,50% Kurang Memadai

5 ROA ≤ 0% Tidak Memadai

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP 2. Return On Equity (ROE)

Menurut Irham Fahmi (2014) mendefinisikan bahwa rasio ROE (Return On Equity) disebut juga dengan laba atas equity dibeberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.

ROE = x 100%

Tabel 2. 8.

Predikat Return On Equity Bank

No. Rasio Predikat

1 ROE ≥ 20% Sangat Memadai

2 12,51% < ROE ≤ 20% Memadai 3 5,01% < ROE ≤ 12,5% Cukup Memadai 4 0% < ROE < 5% Kurang Memadai

5 ROE ≤ 0% Tidak Memadai

Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP 3. Net Interest Margin (NIM)

Menurut Jayanti Mandasari (2015) menyatakan bahwa NIM (Net Interest Margin) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

NIM = x 100%

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP

Tabel 2. 9.

Predikat Net Interest Margin Bank

No. Rasio Predikat

1 NIM ≥ 5 % Sangat Memadai

2 2,01% < NIM ≤ 5% Memadai

3 1,5% < NIM ≤ 2,00% Cukup Memadai 4 0% < NIM < 1,49% Kurang Memadai

5 NIM ≤ 0% Tidak Memadai

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP

4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Tan Sau Eng (2013) mendefinisikan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank.

BOPO = x 100%

Tabel 2. 10.

Predikat Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional Bank

No. Rasio Predikat

1 BOPO ≥ 83 % Sangat Memadai

2 83,1% < BOPO ≤ 85% Memadai 3 85,1% < BOPO ≤ 87% Cukup Memadai 4 87,1% < BOPO < 89% Kurang Memadai

5 BOPO ≤ 89% Tidak Memadai

Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP

Tabel 2. 11.

Matriks Peringkat Faktor Rentabilitas

Peringkat Definisi

1 Rentabilitas sangat memadai, laba melebihi target dan mendukung pertumbuhan permodalan bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) sangat memadai.

Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings sangat dominan.

Komponen-komponen yang mendukung core earnings sangat stabil.

 Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang sangat tinggi.

 Pelaksanaan fungsi sosial bank dilaksanakan dengan sangat baik dan signifikan.

2 Rentabilitas memadai, laba melebihi target dan mendukung pertumbuhan permodalan bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) memadai.

Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings dominan.

Komponen-komponen yang mendukung core earnings stabil.

 Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang tinggi.

 Pelaksanaan fungsi sosial bank dilaksanakan dengan baik dan cukup signifikan.

terdapat tekanan terhadap kinerja laba yang dapat menyebabkan penurunan laba namun cukup dapat mendukung pertumbuhan permodalan bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) cukup memadai.

Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings cukup dominan namun terdapat pengaruh yang cukup besar dari non core earnings.

Komponen-komponen yang mendukung core earnings cukup stabil.

 Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang cukup baik.

 Pelaksanaan fungsi sosial bank dilaksanakan dengan cukup baik.

4 Rentabilitas kurang memadai, laba tidak menentukan target, dan diperkirakan akan tetap seperti kondisi tersebut di masa datang sehingga kurang dapat mendukung pertumbuhan permodalan bank dan kelangsungan usaha bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) tidak memadai atau bank mengalami kerugian.

Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings tidak dominan.

Komponen-komponen yang mendukung core earnings kurang stabil.

 Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang kurang baik atau bahkan dapat berpengaruh negatif terhadap permodalan bank.

 Pelaksanaan fungsi sosial bank yang dilaksanakan kurang memadai/ kurang baik.

5 Rentabilitas tidak memadai, laba tidak memenuhi target, dan tidak dapat diandalkan serta memerlukan peningkatan kinerja laba segera untuk memastikan kelangsungan usaha bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Bank mengalami kerugian yang signifikan.

earnings tidak dominan.

Komponen-komponen yang mendukung core earnings tidak stabil.

 Kerugian bank mempengaruhi permodalan secara signifikan.

 Pelaksanaan fungsi sosial bank belum dilaksanakan. Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP

2.7. Permodalan (Capital)

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 menyebutkan bahwa penilaian terhadap faktor permodalan (capital) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Huruf d meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Pasal 7 Ayat 4 menyebutkan bahwa penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan dilakukan bank dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas, dengan memperhatikan kinerja peer group serta manajemen permodalan bank, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Analisis aspek kuantitatif dilakukan dengan menggunakan indikator utama. Selain itu, apabila diperlukan dapat ditambahkan penggunaan indikator pendukung lainnya untuk mempertajam analisis, yang disesuaikan dengan skala bisnis, karakteristik, dan/ atau kompleksitas usaha bank. Analisis aspek kualitatif dilakukan antara lain dengan mempertimbangkan manajemen permodalan dan kemampuan akses permodalan.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk menilai faktor capital. Menurut Khisti Minarohmah et. al. (2014) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan Khisti Minarrohman et. al. (2014) seperti dikutip dari Kasmir (2008) menjelaskan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang dibiayai dari dana modal sendiri bank baik dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat pinjaman (utang), dan lain-lain.

CAR = x 100%

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP

Tabel 2. 12.

Predikat Capital Adequacy Ratio Bank

No Rasio Predikat 1 KPMM ≥ 12% Sangat Memadai 2 9% ≤ KPMM < 12% Memadai 3 8% ≤ KPMM < 9% Cukup Memadai 4 6% < KPMM < 8% Kurang Memadai 5 KPMM ≤ 6% Tidak Memadai Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP Tabel 2. 13.

Matriks Peringkat Faktor Permodalan

Peringkat Definisi

1 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang sangat memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

memadai, sangat mampu mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi, dan mendukung ekspansi usaha bank ke depan.

 Kualitas komponen permodalan pada umumnya sangat baik, permanen, dapat menyerap kerugian.

Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan sangat memadai.

 Bank memiliki manajemen permodalan yang sangat baik dan/ atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang sangat baik sesuai dengan strategi dan tujuan bisnis serta kompleksitas usaha dan skala bank.

 Bank memiliki akses sumber permodalan yang sangat baik dan/ atau memiliki dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk.

2 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank. Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Bank memiliki tingkat permodalan yang memadai dan dapat mengantisipasi hampir seluruh risiko yang dihadapi.

 Kualitas komponen permodalan pada umumnya baik, permanen, dapat menyerap kerugian.

Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan memadai.

 Bank memiliki manajemen permodalan yang baik dan/ atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang baik.

 Bank memiliki akses sumber permodalan yang baik dan/ atau terdapat dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk.

3 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang cukup memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang cukup kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Bank memiliki tingkat permodalan yang cukup memadai, dan cukup mampu mengantisipasi risiko yang dihadapi.

 Kualitas komponen permodalan pada umumnya cukup baik, cukup permanen, dan cukup dapat menyerap kerugian.

Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan cukup memadai.

 Bank memiliki manajemen permodalan yang cukup baik dan/ atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang cukup baik.

 Bank memiliki akses sumber permodalan yang cukup baik, namun dukungan dari grup usaha atau perusahaan induk dilakukan tidak secara eksplisit.

4 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang kurang memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang lemah dibandingkan dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Bank memiliki tingkat permodalan yang kurang memadai dan tidak dapat mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi.

 Kualitas komponen permodalan pada umumnya kurang baik, kurang permanen, dan kurang dapat menyerap kerugian.

Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang kurang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi.

 Bank memiliki manajemen permodalan yang kurang baik dan/ atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang kurang baik.

 Bank kurang mampu melakukan akses pada sumber-sumber permodalan, dan tidak terdapat dukungan dari grup usaha atau perusahaan induk.

5 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang tidak memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat lemah dibandingkan dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.

Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:

 Bank memiliki tingkat permodalan yang tidak memadai, sehingga bank harus menambah modal untuk mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi saat kondisi normal dan krisis.

baik, tidak permanen, dan tidak dapat menyerap kerugian.

Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang tidak dapat menutup seluruh risiko yang dihadapinya.

 Bank memiliki manajemen permodalan yang tidak baik dan/ atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang tidak baik.

 Bank tidak mampu melakukan akses pada sumber-sumber permodalan, dan tidak terdapat dukungan dari grup usaha atau perusahaan induk.

Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 24-36)

Dokumen terkait