• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem hukum di Indonesia dibagi kepada beberapa bagian, berdasarkan wujudnya dibagi kepada hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum tertulis adalah hukum yang dapat ditemui dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara sifatnya tertulis, tegas, dan lebih menjamin seperti

43 Penulis Busthomi, “BEI: Jumlah Investor Saham Syariah Naik 1.500%,” TopBusiness (blog), 17 November 2020, https://www.topbusiness.id/43461/bei-jumlah-investor-saham-syariah-naik-1-500.html.

44 Yuliana dan Hadi, “Model Penerapan Dan Potensi Wakaf Saham Di Indonesia,” 235.

Undang-Undang, Perda dan sebaginya. Adapun hukum yang tidak tertulis, hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan masyarakat seperti hukum adat.45

Menurut Suteki dan Galang Taufani sistem hukum dibagi kepada dua bagian yaitu sistem hukum monofacet dan sistem hukum multifacet. Sistem hukum monoface merupakan sistem hukum yang dimaknai dalam satu wajah atau bisa disebut sentralisme hukum. Sentralisme hukum tersebut berpangkal dari filsafat fositifme yang menggunakan pendekatan ilmu-ilmu alam dalam menyelesaikan segala persoalan.46

Sedangkan sistem hukum multifacet sebagaimana diungkapkan oleh Ricardo Simartana dalam Suteki merupakan konsepsi plularisme hukum bahwa pada dasarnya hukum bersifat plural dan tidak bisa disama ratakan ditengah budaya dah hukum masyarakat yang berbeda-beda. Konsepsi pluralisme hukum muncul sebagai bantahan sentralisme hukum bahwa hukum negara merupakan satu-satunya petunjuk dan pedoman tingkah laku. Padahal pada lapangan sosial yang sama, terdapat lebih dari satu tata tertib hukum yang berlaku.47

Adapun Sistem hukum Islam pada dasarnya berlaku kepada setiap muslim, setiap muslim wajib melaksanakan perintah agama, sebagai konsekuensi beragama, ketika seorang muslim memeluk agama Islam, maka hukum Islam harus dilaksanakan, baik kaitannya dengan beribadah langsung kepada tuhannya, maupun ibadah yang kaitannya dengan hak sosial seperti transaksi muamalat dan perjanjian akad dengan sesama muslim lainya. Teori Receptio in Complexu yang diperkenalkan oleh Lofewijk Willem Christian van den Berg (1845-1927) dalam Juhaya S. Praja, menyatakan bahwa bagi orang yang beragama Islam berlaku penuh hukum Islam walaupun dalam pelaksanaanya terdapat penyimpangan-penyimpangan. Ia dikenal sebagai orang yang menemukan dan memperhatikan berlakunya hukum Islam di Indonesia, hukum Islam berlaku bagi masyarakat yang

45 Nurhardianto, “Sistem Hukum Dan Posisi Hukum Indonesia,” 35.

46 Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik (Depok: Rajawali Pers, 2018), 31.

47 Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik (Depok: Rajawali Pers, 2018), 32.

menganut agama Islam. Oleh karena itu, sesuai dengan konsepsinya, teori Receptio in Complexu telah diberlakukan pula di zaman VOC.48

Menurut Von Savigny dalam Juhaya S. Praja hukum positiv tidak dibuat melainkan ditemukan sehingga hukum itu tidak hanya dalam bentuk Undang-Undang, tetapi hukum itu tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.

Pandangan Savigny diatas, bisa dikatakan bahwa hukum diklasifikasikan pada dua bentuk yaitu: hukum secara tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum yang secara tertulis bentuknya Undang-Undang. Sedangkan hukum yang tidak tertulis bentuknya nilai atau norma-norna yang ada dan berkembang dimasyarakat. Pada dasarnya hukum bukan sesuatu sengaja dibuat oleh pembuat hukum melaikan tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Hukum akan senantiasa berkembang dan menyesuaikan dengan perubahan sosial. Proses yang demikian merupakan proses yang alami dan tidak disadari karena menjadi bagian internal dalam lingkup pergaulan masyarakat.49

Teori sistem hukum menurut Lawrence. M. Friedman: ada tiga elemen utama yang harus ada dalam sitem hukum yaitu:

1. Stuktur Hukum (legal structure) 2. Isi Hukum (legal subtance) 3. Budaya Hukum (legal culture)50

Yang dimaksud dengan legal stuktur adalah hukum berhubunggan langsung dengan institusi dan kelembagaan hukum, sedangkan subtansi hukum merupakan peraturan-peraturan yang digunakan yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan sedangkan budaya hukum merupakan gagasan-gagasan, sikap-sikap dan pendapat tentang hukum dan kesadaran hukum di masyarakat.51 Undang-Undang merupakan bentuk dari produk hukum secara tertulis. Ia bersifat temporal dan spesial, hanya berlaku disuatu bangsa atau kelompok tertentu dan

48 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Antar Madzhab-Madzhab Barat dan Islam (Aceh:

STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, 2015), 81.

49 S. Praja, Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Antar Madzhab-Madzhab Barat dan Islam, 284.

50 Lawrence M. Friedman, Legal System, The Social Science Perspective (Russell Sage Foundation, 1975), 6–9, https://www.jstor.org/stable/10.7758/9781610442282.

51 Friedman, Legal System, The Social Science Perspective, 8.

pada kurun waktu tertentu, menurut Savigny, setiap bangsa dipandang mengembangkan kebiasaanya sendiri karena, mempunyai bahasa, adat-istiadat, konstitusi yang khas. 52 Sesuai dengan perkembanggannya Hukum wakaf di Indonesia terbagi beberapa pola dimulai dari pensyariatan wakaf menurut hukum Islam, sampai lahirnya Undang-Undang wakaf, dalam menentukan koherensi hukum wakaf saham syariah di Indonesia erat kaitanya dengan teori hukum murni (the pure theory of Law) yang dikemukakan oleh Hans kelsen,53 dikarnakan wakaf saham merupakan jenis baru dari harta benda bergerak yang tidak ada di zaman nabi dan para sahabatnya. Menurut Hans kelsen sebuah sistem yang berdasarkan kepada keharusan-keharusan (apa yang harus-seharusnya atau das sollen).

Menurut Hans Kelsen norma merupakan apa yang harus seharusnya dilakukan dan tidak terbentuk secara alamiah.54 Melainkan karna adanya dorongan dan kemauan akal manusia. Sehingga ketika melaihat hukum wakaf saham syariah di Indonesia harus melihat juga apakah wakaf saham Syariah sesuai dengan hukum positiv di Indonesia.

Menurut Hans Kelsen norma hukum selalu diciptakan melalui kehendak dan norma- norma tersebut akan selalu mengikat jika norma tersebut dikehendaki menjadi hukum dan harus dituangkan menjadi tertulis dan dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Undang-Undang dan hukum Islam sama telah ditulis, sumber hukum yang utama yaitu Islam yaitu al-Quran dan al- Hadis serta ditambah dengan sumber hukum yang muktalaf fih sedangkan peraturan perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia dituangkannya menjadi Undang-Undang wakaf, dan yang terbaru yaitu Undang-Undang-undang No. 41 tahun 2004, segenap masyarakat Indonesia harus mentaati hukum tersebut sebagai landasan hukum bernegara.

Peraturan yang tidak tertulis biasanya berkaitan dengan adat istiadat, adat istiadat biasanya terjadi karena kebiasaan masyarakat, terkadang kebiasaan tersebut dituangkan menjadi norma-norma yang harus ditaati oleh masyarakat

52 S. Praja, Filsafat Hukum Antar Madzhab-Madzhab Barat dan Islam, 285.

53 Hans Kelsen, beliau hidup di tahun 1871-1973 lahir di Chekoslovakia merupakan dosen hukum di universitas of Vienna 1906 M.

54 Kelsen, Pure Theory of Law, 2.

setempat, dalam Islam adat istiadat juga diterima jika tidak bertentangan dengan syariat Islam, begitupun norma yang lebih rendah memperoleh kekuatan dari norma yang lebih tinggi.55 Sedangkan dalam ilmu hukum ada beberapa perbedaan antara teori hukum yang satu dengan teori hukum yang lain sehingga dapat di klasifikasikan berdasarkan argumen masing-masing tentang teori kebenaran, sehingga berdasarkan argumentasi ini, terdapat tiga teori tentang kebenaran yaitu:

kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, dan kebenaran pragmatis. Teori koherensi menyatakan bahwa suatu ketentuan dinyatakan benar, jika jika koheren dengan kebenaran lain. Hukum selalu diciptakan melalui kehendak dan norma- norma tersebut akan selalu mengikat jika norma tersebut dikehendaki menjadi hukum dan harus dituangkan menjadi tertulis dan dikeluarkan oleh institusi atau Lembaga yang berwenang.56

Menurut Hans Kelsen dalam stufenbeautheorie menyatakan bahwa harus ada sinkronisasi serta ketidak bertentangan antara pelaturan hukum yang lebih atas terhadap pelaturan hukum yang dibawah begitupun sebaliknya, begitu juga dalam stufenbeautheorie beliau menyatakan bahwa hukum harus terlepas dari unsur-unsur diluar hukum seperti politik.57 Sumber pemikiran Hans Kelsen tentang hukum yang terwujud dalam stufenbeautheorie memaparkan bahwa hukum sesungguhnya merupakan peraturan-peraturan yang diberlakukan untuk mengatur masyarakat, yang berdasarkan nilai-nilai bersama yang disepakati oleh maysrakat, kesepakatan tersebut didasari bawa manusia sesungguhnya berdiri sejajar dalam hukum, tidak ada perbedaan kedudukan, jabatan, ataupun ras, kesepakatan itu akan tercapai apabila disebuah negara tercipta penghormatan atas hak asasi tiap-tiap warga dan pengakuan bahwa negara itu ada karena adanya warga.58

55 FX Adji Samekto, “Menelusuri Akar Pemikiran Hans Kelsen Tentang Stufenbeau Theorie Dalam Pendekatan Normatif-Filosofis,” Jurnal Hukum Progresif 7, no. 1 (30 April 2019):

3, https://doi.org/10.14710/hp.7.1.1-19.

56 Samekto, Menelusuri Akar Pemikiran Hans Kelsen Tentang Stufenbeau Theorie Dalam Pendekatan Normatif-Filosofis, 2.

57 Samekto, Menelusuri Akar Pemikiran Hans Kelsen Tentang Stufenbeau Theorie Dalam Pendekatan Normatif-Filosofis, 3.

58 Samekto, Menelusuri Akar Pemikiran Hans Kelsen Tentang Stufenbeau Theorie Dalam Pendekatan Normatif-Filosofis, 8.

Pemikiran Hans Kelsen berangkat dari pemikiran dan cara berfikir skepticism (paham yang mengandung sesuatu yang tidak pasti dan umumnya berubah-ubah sesuai kondisi) dalam filsafat hukum, hal ini bertentangan dengan cara berfikir dogmatism (kepercayaan tanpa ragu) sehingga pemikiran dogmatik menolak cara berfikir lain, sehingga skepticism justru tidak percaya pada satu pemikiran, oleh karena itu skepticism selalu terbuka terhadap perubahan.

Dalam pemikiran skepticism dijadikan landasan untuk memahami setahap demi setahap perkembangan pemikiran peradaban masyarakat, terutama terhadap hubungan negara dan individu. Kewajiban negara adalah untuk melindungi kehidupan dan hak milik warga negara. Sehingga diperlukan peran negara dalam menentukan hukum.59Menurut Hans Kelsen Norma merupakan produk pemikiran manusia dan seuatu menjadi sebuah norma kalau memang dikehendaki menjadi norma, yang penentuannya berlandaskan kepada moralitas maupun nilai-nilai yang baik. Norma hukum selalu diciptakan melalui kehendak. Norma-norma tersebut akan menjadi mengikat masyarakat apabila norma tersebut dikehendaki menjadi hukum dan harus dituangkan menjadi wujud tertulis dan dikeluarkan oleh lembaga berwenang dan memuat perintah. 60 Dengan demikian pada dasarnya kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari hukum sehingga dengan adanya hukum dalam upaya menciptakan manusia merasa terlindungi dan memberikan keadilan.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah (Halaman 27-32)

Dokumen terkait