• Tidak ada hasil yang ditemukan

III METODOLOGI

D. Sistem Aerasi

4.4. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 Januari – 15 Februari di PT Surya Windu Kartika unit Bomo C pada petak B8 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 5 : Rata-rata jumlah plankton yang ditemukan

No. Kelas Minggu ke-

I II III IV

1 Green Algae 12708 17708 9583 6042

2 Blue Green Algae 8750 30833 33750 40208

3 Diatom 5417 11250 22708 13542

4 Euglenophyta 417 2708 2500 3958

5 Dinoflagelata 8333 15208 8125 5417

6 Zooplankton 2917 3125 4167 3542

Jumlah 38542 80832 80833 72709

Gambar 2: Grafik rata-rata jumlah plankton perminggu

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 I II III IV Ju ml a h P la n k to n ( S e l/ Li te r) Green Algae Blue Green Algae Diatom

Euglenophyta Dinoflagelata Zooplankton

kelimpahan, indeks keanekaragaman dan indeks dominasi jenis dari data diatas adalah sebagai berikut :

Minggu ke- I II III IV

Kelimpahan Plankton 38542 80832 80833 72709

Indeks Keanekaragaman 1,7654 1,6716 1,5912 1,4024

Indeks Keseragaman 0,8827 0,8356 0,7956 0,7014

Indeks Dominasi 0,3537 0,2389 0,2378 0,3503

Jenis Plankton yang ditemukan pada petak B8 selama PKL adalah genus- genus dari golongan Green algae, Blue Green Algae dan Diatom. Selain itu, ditemukan pula golongan Dinoflagelata, Euglenophyta, Protozoa, dan Zooplankton. Secara garis besar plankton yang ditemukan dalam kelimpahan yang relatif tinggi dalam perairan adalah golongan Blue Green Algae. Menurut Qiptiyah, dkk (2008) Jenis-jenis plankton yang mempunyai kelimpahan relatif tinggi merupakan jenis-jenis yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya lebih efisien daripada jenis lain dalam tingkat trofik yang sama.

Kelimpahan plankton pada petak B8 selama dilakukan PKL pada minggu pertama kelimpahan plankton sebesar 3,8542 x 104 sel/ml dengan komposisi golongan tertinggi adalah Green Algae. Pada minggu kedua sebesar 8,0832 x 104 sel/ml dengan komposisi golongan tertinggi adalah Blue Green Algae. Pada minggu ketiga kelimpahan plankton sebesar 8,8542 x 104 sel/ml sedangkan pada minggu keempat sebesar 7,2709 x 104 sel/ml dengan komposisi tertinggi dari golongan Blue Green Algae.

Kelimpahan plankton tertinggi terjadi pada minggu ketiga yaitu pada tanggal 27 Januari – 1 Februari (8,8542 x 104 sel/ml) dengan salinitas sekitar 26

ppt. Komposisi jenis plankton yang kelimpahanya relatif tinggi adalah dari golongan Blue Green Algae. Blue Green Algae atau Cyanophyta yang mempunyai frekuensi kejadian lebih dari 60 % adalah dari genus Oscilatoria. Hal ini juga menjadikan warna air menjadi hijau tua atau hijau kebiruan. Untuk kepentingan budidaya warna air ini tidak menguntungkan. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pergantian air untuk menghindari terjadinya blooming BGA (kematian masal BGA) yang akan menyebabkan DO turun dan timbulnya bau lumpur pada udang.

Jenis-jenis plankton dari golongan Blue Green Algae atau Cyanophyta pada umumnya merupakan plankton yang merugikan perairan. Hal ini dikerenakan racun yang dikeluarkan oleh plankton tersebut dapat menyebabkan kematian pada udang. Plankton dari golongan Blue Green Algae tumbuh pada golongan amonia nitrogen rendah. Dengan kata lain, plankton ini tumbuh subur pada N/P rendah, karena plankton jenis ini mampu memperoleh nitrogen dari atmosfer dengan memanfaakan sel-sel heterocyctantnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Domingues et al., 2005; Yurkovskis et al., 1999 dalam Toha dan Arif, 2011) bahwa ketersediaan nutrien dan perubahan rasionya di perairan dapat menyebabkan perubahan kelimpahan plankton dan komposisi spesiesnya, sehingga ketika kadar N terlalu rendah di perairan, maka dominasi jenis-jenis diatom dapat digantikan oleh jenis-jenis yang bersifat heerotrofik, seperti blue green algae atau Dinoflagellata.

Indeks Keanekaragaman (H’) spesies adalah ukuran kekayaan komunitas dilihat dari jumlah spesies dalam suatu kawasan. Nilai indeks keanekaragaman selama pengamatan pada petak B8 pada minggu pertama 1.7658, minggu kedua

1.6716, minggu ketiga 1.5912, pada minggu ketiga 1.4024. Nilai Indeks keanekaragaman berada pada kisaran 1,4028 – 1, 7658 termasuk dalam keanekaragaman yang sedang. Nilai indeks keragaman Shannon-Wiener dalam Usman (2013) apabila 1 < H’< 3 menunjukkan keanekaragaman sedang dan keadaan komunitas sedang.

Indeks keseragaman selama PKL pada petak B8 pada minggu pertama sebesar 0.8827, minggu kedua 0.8356, minggu ketiga 0.7956 dan minggu keempat 0.7014. Nilai keseragaman jenis plankton pada minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan plankton yang diperairan seragam, sementara pada minggu keempat keberadaannya tidak seragam. Menurut Ali (1994) dalam Makmur dkk. (2011) keseragaman E > 0.75 tergolong tinggi berarti keberadaan atau kepadatan biota merata, sedangkan nilai keseragaman E < 0.75 tergolong rendah menunjukkan keberadaan biota tidak merata atau ada perbedaan yang fluktuatif.

Sedangkan Indeks dominasi pada penggamatan minggu pertama sebesar 0.3537, minggu kedua sebesar 0.2389, minggu ketiga sebesar 0.2378 dan minggu keempat sebesar 0.3503. Nilai indeks dominasi yang berada pada kisaran 0, 2378 – 0,3537 menandakan tidak adanya jenis yang mendominasi. Menurut Odum (1994) dalam Usman (2013) nilai Indeks Dominasi spesies dimana D < 0.5 merupakan dominasi yang rendah. Dominasi spesies adalah penyebaran jumlah individu yang tidak sama dan ada kecenderungan suatu spesies yang mendominasi. Menurut Madinawati (2010) indeks dominasi merupakan indeks yang memperlihatkan adanya spesies yang mendominasi dalam suatu komunitas

plankton. Spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lainnya.

Kelimpahan plankton yang berada pada petak B8 PT Surya Windu Kartika unit Bomo C secara garis besar dihasilkan oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan diantaranya N:P ratio, suhu, DO, pH dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.

Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan diperairan . Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Perubahan terhadap kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Hal ini juga seperti yang dinyatakan oleh Makmur dkk. (2011) bahwa keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan

tingkat kesuburan suatu perairan. Dengan demikian keberadaan fitoplankton dapat dijadikan indikator kualitas perairan yakni gambaran tentang banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.

Jenis dari fitoplankton yang sangat sering ditemukan pada perairan di Petak B8 PT Surya windu kartika adalah dari golongan Blue Green Algae atau Cyanophyta. Menurut Yeany (2005) Cyanophya filum (atau "divisi") bakteri yang mendapat energi melalui fotosintesis. Jejak fosil cyanophyta telah ditemukan sejak 3,8 miliar tahun lalu. Blue Green Algae sekarang adalah salah satu kelompok terbesar di bumi. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat membentuk filamen ataupun lembaran.

Blue Green Algae tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan. Kebanyakan ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan, terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons dan menyediakan energi bagi inang (Yeany, 2005).

Blue Green Algae termasuk uniselular, koloni, dan bentuk filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada

kondisi lingkungan yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase. Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negative (Junaidi, 2013).

Fiksasi nitrogen dan karbon pada Blue Green Algae adalah satu-satunya kelompok organisme yang mampu mereduksi nitrogen dan karbon dalam kondisi tidak ada oksigen (anaerob). Mereka melakukannya dengan mengoksidasi belerang (sulfur) sebagai pengganti oksigen. Beberapa spesies Blue Green Algae memproduksi neutrotoksin, hepatotoksin, sitotoksin, dan endotoksin, hal ini membuat mereka berbahaya bagi hewan dan manusia.

Dokumen terkait