• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak atas Kekayaan Intelektual dan Perlindungan

BAB IV: PENGECUALIAN DALAM UU KIP

IV.4 Hak atas Kekayaan Intelektual dan Perlindungan

Perlindungan HAKI dan pencegahan persaingan usaha tidak sehat adalah dua hal yang saling berkaitan. Dalam sistem pasar bebas,

menjaga HAKI merupakan satu aspek untuk menjamin lingkungan bisnis

yang sehat. Sebagai hasilnya, pengecualian berdasarkan kedua gagasan

ini telah diterima secara sah di banyak negara.

HAKI secara umumnya berkaitan dengan kekayaan intelektual atau bersifat berbasis ilmu pengetahuan yang memiliki nilai ekonomi dan harus dilindungi dalam rangka menjamin pemiliknya untuk mendapat manfaat ekonomi yang dihasilkan oleh pengetahuan tersebut.

Perlindungan semacam ini penting untuk mendorong perorangan dan perusahaan sehingga mau menginvestasikan waktu dan uang

42 UU No. 13 tahun 2006 mengenai Perlindungan Korban dan Saksi, Pasal 30 ayat (2) dan Pasal 41.

38

mereka untuk pengembangan inovasi, karena kerangka kerja kekayaan

intelektual memungkinkan mereka untuk mengambil keuntungan dari inovasi tersebut.43 Gagasannya adalah perlindungan ini diharapkan memacu munculnya inovasi-novasi yang bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat secara umum.

Dari perspektif hukum, HAKI dilindungi oleh: (1) rezim peraturan untuk beberapa jenis kekayaan intelektual, semisal hak cipta atau merek dagang, yang mendorong dibukanya informasi atas hak kekayaan intelektual, semisal menerbitkan sebuah buku atau mendistribusikan sebuah logo, dengan memberikan perlindungan hukum memadai bagi hak kepemilikan; dan (2) rezim peraturan untuk kekayaan intelektual jenis lain, khususnya rahasia dagang agar dapat mempertahankan kerahasiaan mereka. Dalam kasus pertama, tujuan utama peraturan tersebut

bukanlah mempertahankan kerahasiaan tetapi mencegah penggunaan

lebih jauh dari kekayaan intelektual bersangkutan, walaupun hal ini perlu dipertahankan sementara selama proses pendaftaran, sehingga properti bersangkutan (misalnya sebuah paten atau dokumen hak cipta) tidak akan tersedia untuk publik sebelum ia terdaftar dan dilindungi. Dalam kasus kedua, hak kekayaan intelektual perlu dijaga kerahasiaannya demi

mempertahankan nilai ekonominya.

Pasal 17 huruf b UU KIP memungkinkan dikecualikannya informasi untuk untuk melindungi HAKI dan persaingan tidak sehat

sebagai berikut:

Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengganggu

kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.

43 Michael Risch, “Trade Secret Law and Information Development Incentives”, dalam Rocehlle C Dreyfuss, Katherine J. Strandburg, eds., Law and Theory of Trade Secrecy; A Handbook of Contemporary Research (2010). Dapat dilihat di Available at SSRN: http:// ssrn.com/abstract=1411579.

Bila dibandingkan dengan Pasal 17 huruf a dan beberapa pengecualian lain, Pasal 17 huruf b ini merupakan pengecualian

yang bersifat terbuka. Tidak ada batasan lebih jauh tentang apa yang

dimaksud dengan persaingan usaha yang tidak sehat. Pengecualian atas pengecualian untuk ketentuan ini juga tidak ditemukan dalam penjelasan Pasal 17 huruf b maupun dalam Pasal 18. Dengan demikian, terdapat

ruang yang luas untuk menginterpretasikan jenis-jenis informasi yang

nantinya akan dikecualikan dalam konteks perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.

Walau demikian, kedua pengujian yang dimandatkan oleh Pasal

2 ayat (4) masih berlaku. Penggunaan uji konsekuensi jelas merupakan

hasil dari Pasal 17 huruf b yang menggunakan kata “mengganggu”, begitu

juga dengan bahasa pada Pasal 19 yang menerapkan persyaratan untuk

kerusakan pada semua pengecualian Pasal 17. Pengujian kepentingan publik juga berlaku secara menyeluruh terhadap semua pertimbangan dibukanya informasi sebagai hasil dari Pasal 2 ayat (4). Secara signifikan Pasal 15 Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, yang menyatakan bahwa rahasia dagang dapat dibuka dalam rangka melindungi pertahanan dan keamanan, kesehatan dan keamanan publik.

Untuk memahami pengecualian ini ada dua isu yang perlu

diselesaikan. Pertama, panduan apa yang sebaiknya digunakan untuk menentukan jika sebuah informasi termasuk dalam pengecualian ini? Kedua, apakah pengecualian ini termasuk informasi yang dihasilkan oleh badan publik, atau informasi yang disimpan oleh badan publik namun berasal dari sumber lain?

Pertama, panduan untuk menentukan apabila sebuah informasi

termasuk dalam pengecualian ini terdapat dalam beberapa

undang-un-dang yang berhubungan dengan HAKI dan persaingan usaha tidak sehat,

termasuk:

1. UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

40

2. UU No. 31/2000 tentang Desain Industri;

3. UU No. 32/2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu;

4. UU No. 14/2001 tentang Paten;

5. UU No. 15/2001 tentang Merk;

6. UU No. 19/2002 tentang Hak Cipta.

7. UU No. 30/2000 tentang Rahasia Dagang.

Seperti telah dibahas, terdapat dua rezim peraturan yang melindungi informasi dalam konteks HAKI. Rezim pertama memberi perlindungan melalui proses pendaftaran untuk paten, hak cipta dan

desain. Hal ini melibatkan penahanan informasi sementara dari publik

sampai ia mendapat perlindungan hukum, yang cukup mudah dipahami batasannya. Namun, perlindungan jenis ini mungkin menemui hambatan dalam penggunaan informasi yang telah dibuka. Oleh karenanya, tidaklah

pantas bagi pemohon yang telah diberikan akses terhadap sebuah buku

yang ditulis oleh pihak ketiga untuk terlibat dalam penjualan buku

tersebut.

Rezim yang kedua (di mana perlindungan berdasarkan atas rahasia dagang) lingkup kerahasiaan lebih sulit untuk diidentifikasi. Secara umum, sebuah rahasia dagang memerlukan informasi sebagai berikut: (1) tidak diketahui secara luas dalam bidang teknologi dan/ atau usaha yang relevan; (2) memiliki nilai ekonomi; dan (3) pemiliknya

telah mengusahakan untuk menjaga kerahasiaan informasi tersebut.44

Lingkup perlindungan jenis ini secara potensial cukup luas. UU Rahasia Dagang menyediakan: “...metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum” termasuk dalam sekup perlindungan rahasia dagang.45

Kedua, adalah pertanyaan apabila pengecualian ini termasuk

informasi yang dihasilkan badan publik, atau hanya informasi yang hanya

disimpan oleh badan publik yang berasal dari sumber lain. 44 UU No. 30 tahun 2002 tentang Rahasia Dagang, Pasal 1(1) dan 3 45 UU No. 30 tahun 2002 tentang Rahasia Dagang,Pasal 2.

Poin awal di sini adalah sebagian besar dari kategori kedua properti HAKI diciptakan oleh perusahaan swasta, dan biasanya disediakan oleh aktor swasta tersebut (perorangan atau perusahaan) kepada badan publik, contohnya melalui proses pendaftaran paten, merek dan desain, atau melalui pengujian produk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Informasi semacam ini harus mendapat perlindungan permanen, walaupun perlindungan disediakan bagi properti intelektual macam lain (semisal hak cipta), di bawah rezim peraturan internasional, dibatasi oleh waktu. Mengikuti Pasal 20 UU KIP, Pasal 17 huruf b bukanlah pengecualian permanen, tetapi perlindungan permanen dapat diberikan melalui Pasal 17 huruf j, yang mengacu pada

undang-undang lain dan dikategorikan sebagai pengecualian permanen. Badan publik juga dapat menghasilkan hak kekayaan intelektual karena mereka terkadang mengelola badan usaha milik negara dan milik

daerah, di mana fungsi utamanya adalah bisnis dengan kebutuhan untuk melindungi hak kekayaan intelektual mereka, termasuk rahasia dagang.

Hal ini memunculkan pertanyaan apakah informasi yang dihasilkan oleh

badan publik, semisal badan usaha milik negara, yang menggunakan

dana publik dapat dikecualikan.46 Pasal 17 huruf b nampaknya dapat

menerapkan perlindungan secara setara terlepas dari apakah informasi

tersebut dihasilkan oleh entitas publik atau swasta, yang berarti badan

publik memiliki perlindungan setara dengan kekayaan intelektual lain di

bawah UU KIP dan undang-undang terkait lainnya.

Pada saat yang sama, penting untuk tidak mengindahkan kepentingan semacam ini bagi badan publik sehubungan dengan kegiatan

46 Pertanyaan ini muncul dalam sidang yang melibatkan Universitas Connecticut di Ameri -ka Seri-kat. Dalam -kasus tersebut, Universitas Connecticut menolak untuk membu-ka nama donor dan pendukung mereka. Argumen mereka adalah informasi semacam se-harusnya digolongkan sebagai rahasia dagang seperti layaknya daftar konsumen bagi perusahaan swasta. Hukum di Negara Bagian Connecticut memberikan pengecualian bagi beberapa informasi yang berada di bawah kendali badan publik, semisal kontrak dan lelang. Mahkamah Agung Connecticut baru-baru ini memnangkan Universitas Con -necticut. Lihat “Conn. Supreme Court rejects freedom of information request, backs UConn donor list secrecy” di: http://www.therepublic.com/view/story/129c0de9d269 414eb537117340c12c15/CT--UConn-Trade-Secrets/.

42

non komersial mereka. Karena jika tidak, mereka dapat mengklaim hak cipta atas setiap dokumen yang mereka hasilkan, yang akan menghalangi

dokumen tersebut untuk digunakan pemohon dalam banyak hal yang

sebenarnya sah dilakukan, termasuk memperbanyak atau menerbitkan

dokumen tersebut secara online untuk dibagikan kepada orang lain.

Dokumen terkait