• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA Pasal 4

Dalam dokumen WALIKOTA PROBOLINGGO (Halaman 34-39)

BAB II BIAYA SEWA

HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA Pasal 4

Bahwa selama jangka waktu berlakunya perjanjian penempatan hunian ini berlangsung maka PIHAK KEDUA berhak dan berkewajiban :

a. PIHAK KEDUA berkewajiban memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat perbuatannya.

b. Menempati satuan hunian RUSUNAWA yang dimaksud untuk keperluan tempat tinggal secara tetap sebagaimana dimaksud Pasal 1 Akta Perjanjian ini, dalam arti tidak untuk persinggahan/ampiran dan atau sekedar keisengan belaka.

c. Satu unit hunian maksimal/paling banyak dihuni/ditempati 2 orang tua dengan 4 orang anak.

d. Berhak untuk menggunakan fasilitas umum di lingkungan kompleks RUSUNAWA Sewa.

e. Membayar sewa rumah/hunian yang ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku di loket pembayaran sewa.

f. Membayar rekening listrik dan air bersih PDAM sesuai dengan pemakaian PIHAK KEDUA dan ketentuan berlaku secara perorangan ke kantor PDAM dan kantor PLN.

g. Menjalin hubungan kekeluargaan antar sesama penghuni, menciptakan keamanan dan estetika (kebersihan dan kerapihan) tempat dan lingkungan hunian serta menjaga suara radio/televisi dll jangan sampai mengganggu tetangga.

h. Memadamkan listrik dan mematikan kran air apabila meninggalkan tempat hunian.

i. Membuang sampah setiap hari pada tempat yang disediakan, dengan membungkusnya ke dalam plastik secara rapi dan tidak berantakan. j. Penghuni/tamu penghuni yang membawa kendaraan bermotor harus

memarkir kendaraannya ditempat parkir yang telah disediakan. Pengelola tidak memberikan ganti rugi atas kerusakan, kehilangan kendaraan yang diparkir. Kehilangan/kerusakan kendaraan menjadi tanggung jawab pemilik kendaraan masing-masing, Pengelola hanya menyediakan tempat parkir. k. Tamu dibatasi sampai jam 22.00 WIB. Apabila kedatangan tamu dari luar

yang akan menginap di ruangan/hunian PIHAK KEDUA, maka wajib melaporkan kepada Ketua RT dan Satpam RUSUNAWA dalam waktu 1x24 jam.

l. Melaporkan kepada Ketua RT dan Unit Pengelolaawa apabila meninggalkan/mengosongkan tempat hunian untuk sementara minimal 3x24 jam.

m. Melaporkan perubahan anggota keluarga penghuni (pindah keluar/masuk) dalam waktu 2 x 24 jam.

n. Menyerahkan kunci Rumah Sewa kepada pengelola/Unit Pengelolaawa, apabila penyewa tidak lagi menempati rumah yang bersangkutan.

BAB V LARANGAN

Pasal 5

Bahwa selama jangka waktu berlakunya perjanjian penempatan hunian ini berlangsung maka PIHAK KEDUA dilarang :

a. Menyewakan atau memindahtangankan rumah sewa dimaksud kepada pihak lain dengan alasan apapun.

b. Melakukan perubahan/perombakan bangunan rumah sewa dan instalasi listrik/air yang ada dalam bentuk apapun, dan dengan alasan apapun. c. Menyimpan/mengijinkan penyimpanan segala bahan bersifat explosive,

segala bahan kimia yang mudah terbakar atau bahan lainnya yang dapat menyebabkan bahaya terhadap RUSUNAWA sederhana sewa atau penghuni lainnya.

d. Melakukan perbuatan perjudian atau bermain dengan menggunakan taruhan uang atau barang, perbuatan meminum-minuman keras.

e. Membawa minuman keras, mengajak orang lain untuk minum minuman keras. f. Melakukan perbuatan maksiat yang melanggar kesusilaan umum dan agama. g. Mengadakan pertemuan untuk berbuat pelanggaran kriminal, terorisme

dan politik.

h. Melakukan perbuatan onar, berkelahi dengan penghuni lain dilingkungan kompleks RUSUNAWA.

i. Memelihara hewan peliharaan anjing, kucing, binatang primata, binatang liar lainnya, kecuali ikan di dalam aquarium dan burung dalam sangkar (tidak boleh digantung pada rak instalasi listrik).

j. Membawa, meletakkan, menaruh benda/barang yang beratnya melebihi batas yang telah ditentukan sehingga dapat membahayakan konstruksi bangunan RUSUNAWA.

k. Membuang barang atau segala sesuatu secara sembarangan, lebih-lebih dari tingkat atas ke bawah.

l. Mengganggu dan segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada saat perbaikan/pemeliharaan ruangan RUSUNAWA.

m. Menghalangi/menutup, menempati atau meletakkan barang di ruang umum, tangga dan tempat fasilitas bersama lainnya.

n. Melakukan kegiatan transaksi atau memakai dan/atau penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan keras yang dilarang Undang-Undang Narkotika dan penyalahgunaan obat bius.

o. Melakukan perbuatan baik disengaja maupun tidak disengaja yang dilarang oleh Hukum yang berlaku di Indonesia.

p. Mempergunakan hunian RUSUNAWA sebagai tempat usaha (membuka toko/warung, berjualan).

BAB VI PENGALIHAN

Pasal 6

Perjanjian Penempatan Hunian RUSUNAWA tidak dapat dialihkan baik untuk sebagian maupun untuk keseluruhannya dengan alasan apapun.

BAB VII

JANGKA WAKTU PERJANJIAN Pasal 7

(1) Kedua belah pihak sepakat bahwa Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal penandatanganan Perjanjian ini;

(2) Sebelum masa perjanjian berakhir, PIHAK KEDUA dapat memperpanjang Perjanjian ini paling banyak 5 (lima) kali, dimana PIHAK KEDUA harus memberitahukan maksud tersebut kepada PIHAK PERTAMA paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian ini;

(3) PIHAK KEDUA berhak untuk mengajukan pendaftaran lagi setelah dievaluasi ulang kelayakan penempatan kepenghuniannya yang ditinjau dari taraf ekonomi dan ketertiban PIHAK KEDUA selama menempati rusunawa tersebut.

(4) Apabila PIHAK KEDUA tidak mengajukan perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, maka pada saat berakhirnya perjanjian ini hubungan hukum antara kedua belah pihak serta merta putus dan berakhir yang selanjutnya PIHAK PERTAMA dapat mengalihkan objek kerja sama kepada pihak lain.

BAB VIII

KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE) Pasal 8

(1) Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak parapihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian ini menjadi tidak dapat dipenuhi.

(2) Yang dapat digolongkan sebagai Keadaan Kahar meliputi :

a. Bencana alam (gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor);

b. bencana non alam (gagal teknologi, epidemik dan wabah penyakit);

c. bencana sosial (konflik social antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror);

d. pemogokan;

e. kebakaran; dan/atau

f. gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan yang diterbitkan oleh pemerintah.

(3) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, PIHAK KEDUA memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada PIHAK PERTAMA secara tertulis dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan salinan pernyataan Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh para pihak yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

(4) Tidak termasuk Keadaan Kahar adalah hal-hal merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian PARA PIHAK.

BAB IX

PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 9

(1) Dalam hal terjadi perselisihan antara PARA PIHAK terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat; (2) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB X SANKSI Pasal 10

(1) PIHAK KEDUA sepakat apabila PIHAK KEDUA lalai atau disengaja melakukan Pelanggaran pasal (4) dan pasal (5), maka seketika itu juga perjanjian ini menjadi batal demi hukum, dan PIHAK KEDUA bersedia

mengganti kerugian kepada PIHAK PERTAMA sebesar uang jaminan dimaksud.

(2) Apabila dalam jangka waktu dua bulan sejak penandatanganan perjanjian ini PIHAK KEDUA tidak dan belum menempati hunian, maka PIHAK PERTAMA secara sepihak dapat membatalkan Akta perjanjian ini.

(3) PIHAK KEDUA sepakat dan segera meninggalkan ruangan satuan RUSUNAWA dengan seluruh barang-barang miliknya paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah memutuskan sewa dan menyerahkan kunci beserta seluruh perlengkapan rumah kepada PIHAK PERTAMA.

(4) PIHAK KEDUA sepakat untuk mengesampingkan pasal 1266 dan pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dalam rangka pembatalan sepihak oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dalam perjanjian sewa-menyewa RUSUNAWA.

BAB XI DOMISILI

Pasal 11

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk memilih domisili yang tetap dan tidak berubah pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Probolinggo dimana lokasi RUSUNAWA didirikan.

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 12

(1) Penghentian dan pencabutan objek perjanjian didasarkan atas mengesampingkan pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(2) Peringatan dengan surat teguran sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut diberlakukan selama 7 (tujuh) hari kerja terhadap surat teguran berikutnya.

BAB XIII

PENUTUP Pasal 13

(1) Apabila terdapat peraturan dan ketentuan lebih tinggi yang mengatur lain dan atau melarang isi perjanjian ini, maka serta merta Perjanjian ini batal demi hukum dan tidak mengikat para pihak;

(2) Perjanjian ini tetap berlaku walupun kedua belah pihak yang menandatangani Perjanjian ini sudah tidak lagi menduduki jabatanya dan atau meninggal dunia yang selanjutnya menjadi tanggung jawab pejabat yang menggantikannya;

(3) Apabila dikemudian hari ada hal-hal baru atau hal-hal yang belum diatur dalam dan/atau belum cukup diatur dalam Perjanjian ini, akan diatur kemudian oleh kedua belah pihak dalam bentuk Perjanjian tambahan (Addendum) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.

Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani setelah dibaca dan dipahami maknanya dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, yang mana Perjanjian ini dibuat rangkap 3 (tiga) yang berbunyinya dan isinya sama, 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup dan menpunyai kekuatan hukum yang sama untuk masing-masing pihak serta sisanya disimpan sebagai arsip.

Dalam dokumen WALIKOTA PROBOLINGGO (Halaman 34-39)

Dokumen terkait