• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak-Hak Korban Berdasarkan Undang-Undang Yang Berlaku Di Indonesia

Selain KUHAP, hak-hak korban juga diakomodir di dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut : a. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum

yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Amandemen ke IV).

b. Hak untuk mendapat informasi mengenai perkembangan kasus (Pasal 5 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi Dan Korban).

Dalam hal menjamin transparansi sebuah penyidikan tindak pidana, maka korban selaku pihak yang paling dirugikan berhak mendapatkan dan mengetahui informasi mengenai perkembangan

kasus yang menimpa dirinya. Dengan adanya transparansi

perkembangan kasus tersebut, maka diharapkan dapat memberikan rasa aman kepada korban mengenai perkembangan kasus yang sedang ditindaklanjuti. Bukan hanya korban, tetapi tersangka juga wajib

mengetahui perkembangan kasus yang sedang dijalaninya.

Pemberitahuan perkembangan kasus kepada tersangka bisa diwakilkan kepada keluarga tersangka.

c. Hak untuk mendapatkan bantuan dari psikolog, terutama pada korban perkosaan (Pasal 6 huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi Dan Korban ).

Pemulihan psikis korban pasca terjadinya tindak pidana merupakan hal yang paling penting dalam sebuah penanganan kepada korban tindak pidana. Karena trauma akibat sebuah tindak pidana jika tidak ditanggulangi maka bisa berdampak buruk kepada korban sekalipun kasus yang menimpa korban sudah selesai. Untuk itu dalam hal ini peran pemerintah diharapkan maksimal dalam pemulihan psikis korban tindak pidana.

d. Hak untuk mendapat perlakuan hormat dan simpatik dari aparat penegak hukum saat penyidikan.

Selain mendapatkan perlindungan hukum, korban juga harus mendapatkan perlakuan yang simpatik dari pihak penyidik. Terkadang dalam memberikan laporan tindak pidana, pihak penyidik sering sekali memperlakukan korban dengan tidak simpatik sehingga menimbulkan stigma yang buruk dimata korban.

e. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum (Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM.

Dalam hal mengakomodir sebuah keadilan dimasyarakat, maka hak-hak diatas harus diperhatikan supaya masyarakat merasakan akan adanya keadilan tersebut. Terlebih lagi kepada korban tindak pidana, maka hak-hak diatas merupakan hak yang paling mutlak untuk dipenuhi oleh pihak penegak hukum supaya korban yang menjadi pihak yang paling dirugikan bisa merasakan keadilan yang sebenarnya. f. Hak mendapatkan perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan (Pasal 10 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

Berbicara mengenai korban, maka sudah seharusnya semua elemen hukum yang ada di Indonesia ini ikut mendukung melalui peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian maka rasa keadilan dapat terakomodir kepada korban selaku pihak yang paling dirugikan dalam sebuah tindak pidana.

g. Hak untuk mendapatkan ganti kerugian dari tersangka dan negara (Pasal 1 ayat (4 dan 5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, Dan Bantuan Kepada Saksi Dan Korban).

Sering kali kerugian yang dialami oleh korban terabaikan. Karena berdasarkan sistem peradilan di Indonesia, korban dan kepentingan korban hanya diwakilkan kepada pihak penuntut umum dipengadilan. Sementara itu, terkadang apa yang dituntutkan oleh pihak Jaksa belum tentu bisa mewakili kerugian yang sudah dialami oleh korban. Baik itu kerugian secara materil maupun kerugian secara immateril. Oleh sebab itu, berdasarkan undang-undang diatas maka dalam hal ganti rugi, korban berhak meminta ganti rugi kepada terdakwa ataupun negara. Dengan terpenuhinya kerugian yang dialami korban, setidaknya dapat memberikan rasa keadilan kepada korban. h. Hak untuk mengetahui transparansi penyidikan (Pasal 39 ayat (1)

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia).

Dalam hal menjamin akuntabilitas dan transparansi penyidikan, penyidik wajib memberikan SP2HP kepada pihak pelapor baik diminta atau tidak diminta secara berkala paling sedikit 1 kali setiap 1 bulan. II. Informasi

Berbicara mengenai informasi sering kita mengartikannya hanya dalam lingkup Teknologi saja. Akan tetapi pada era sekarang ini informasi memiliki pengertian yang sangat luas bukan hanya ada dalam teknologi akan tetapi dalam setiap sudut kehidupan sekarang ini informasi memegang peranan yang sangat penting. Sama halnya dalam tingkat penyidikan, informasi juga memegang peranan yang sangat penting. Yaitu dalam hal penyampaian informasi perkembangan kasus yang diberikan oleh penyidik kepada korban maupun kepada tersangka atau keluarganya. Penyampaian informasi mengenai perkembangan kasus kepada korban atau tersangka merupakan salah satu amanat undang-undang untuk mewujudkan sistem penyidikan yang transparansi terhadap semua pihak yang terkait.

Secara Etimologi, kata informasi berasal dari kata bahasa Perancis kuno yaitu “informacion" (tahun 1387) mengambil istilah dari bahasa Latin yaitu “informationem” yang berarti “konsep, ide atau garis besar,”. Informasi ini merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas - aktifitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”.

Informasi bisa menjadi fungsi penting dalam membantu mengurangi rasa cemas pada seseorang.

“Semakin banyak memiliki informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya”. 42

Informasi bisa di katakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Namun, istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, persepsi, kebenaran, representasi, negentropy, stimulus, komunikasi, dan rangsangan mental.

Menurut KBBI Informasi adalah : in-for-ma-si yang berarti 1. Penerangan;

2. Pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu;

3. Ling keseluruhan makna yang menunjang amanat yg terlihat dalam bagian-bagian amanat itu;