• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

C. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Produsen Sebagai Pelaku

Sebagai pengguna barang dan/atau jasa, konsumen memiliki hak dan kewajiban. Pengetahuan tentang hak-hak konsumen itu sangat penting. Hal ini tujuannya adalah jika suatu saat nanti ada perlakuan dari pelaku usaha yang tidak adil baginya, maka konsumen dapat segera menyadari akan hal tersebut. Dengan demikian tidak ada hak-hak dari konsumen yang dirugikan.

Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan dan atau kepentingan yang diberikan dan dilindungi oleh hukum baik pribadi maupun umum. Maka dapat diartikan bahwa hak itu adalah sesuatu yang layak atau patut diterima.

Dalam pengertian hukum, umumnya yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan umum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakekatnya

mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.39

Secara tradisional dikenal dua macam pembedaan hak, yaitu hak yang dianggap melekat pada tiap-tiap manusia sebagai manusia dan hak yang ada pada manusia akibat adanya peraturan, yaitu hak yang berdasarkan undang-undang.40

a. hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, mengatur hak-hak konsumen sebagai berikut :

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

39

Sudikno Mertukusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1986, hal.40.

40

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Hak-hak dasar konsumen tersebut sebenarnya bersumber dari hak-hak dasar umum yang diakui secara internasional. Hak-hak dasar umum tersebut pertama kali dikemukakan oleh John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat (AS), pada tanggal 15 Maret 1962 melalui “A special Message for the Protection of Consumer Interest” atau yang lebih dikenal dengan istilah “Deklarasi Hak Konsumen” (Declaration of Consumer Right).

Deklarasi ini menghasilkan empat hak dasar konsumen (the four consumer basics rights) yang meliputi hak-hak sebagai berikut :41

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety); 2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed); 3. Hak untuk memilih (the right to choose);

4. Hak untuk didengarkan (the right to be heard).

Empat dasar hak ini diakui secara internasional. Organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International Organization of Consumer Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak, seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

41

Namun tidak semua organisasi konsumen menerima penambahan hak-hak tersebut. Di Indonesia, YLKI memutuskan hanya untuk menambah satu hak sebagai pelengkap empat hak dasar konsumen, yaitu hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Hak konsumen untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dimasukkan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, karena Undang-Undang ini secara khusus mengecualikan hak-hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan di bidang pengelolaan lingkungan.

Di samping hak-hak yang disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut, ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini berdasarkan dari pertimbangan, kegiatan bisnis yang dilakukan pengusaha sering dilakukan tidak secara jujur, yang dalam hukum dikenal dengan terminologi “persaingan curang” (unfair competition). Hal ini diatur di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Maka demikian jika semua hak-hak konsumen yang diterapkan di Indonesia tersebut disusun kembali, maka susunannya adalah sebagai berikut :42

1) Hak Konsumen Mendapatkan Keamanan

Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi atau digunakan sehingga konsumen tidak dirugikan baik

42

secara jasmani dan rohani. Satu hal yang juga sering dilupakan dalam kaitan dengan hak untuk mendapatkan keamanan adalah penyediaan fasilitas umum yang memenuhi syarat yang ditetapkan.

2) Hak untuk Memilih

Dalam mengonsumsi suatu produk konsumen berhak menentukan pilihannya. Konsumen tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar sehingga tidak lagi bebas untuk membeli atau tidak membeli. Jika jadi membeli, maka konsumen bebas untuk menentukan produk mana yang akan dibeli.

3) Hak untuk Mendapatkan Informasi yang Benar

Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai dengan informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar konsumen tidak sampai keliru atas produk barang dan/atau jasa. Informasi ini dapat disampaikan dengan berbagai cara, seperti lisan kepada konsumen, melalui iklan di berbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan produk (barang).

Menurut Troelstrup, “pada saat ini konsumen membutuhkan banyak informasi yang lebih relevan dibandingkan dengan saat sekitar 50 tahun lalu. Alasannya, saat ini : (1) pemakaian pernyataan yang jelas-jelas salah (false statement), seperti menyebutkan diri terbaik tanpa indikator yang jelas, dan (2) daya beli konsumen semakin meningkat, (3) lebih banyak variasi merek yang beredar di pasaran, sehingga belum banyak diketahui semua orang, (4) model-model produk lebih cepat berubah, (5) kemudahan transportasi dan komunikasi sehinga membuka akses yang lebih besar kepada bermacam-macam produsen atau penjual”.43

4) Hak untuk Didengar

43

Hak untuk didengar ini erat kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi. Ini disebabkan informasi yang diberikan pihak yang berkepentingan atau berkompeten sering tidak cukup memuaskan konsumen. Dalam hal ini konsumen berhak untuk mengajukan permintaan informasi lebih lanjut.

Tata krama dan tata cara periklanan Indonesia menyebutkan jika diminta oleh konsumen, maka baik perusahaan periklanan, media, maupun pengiklan harus bersedia memberikan penjelasan mengenai suatu iklan tertentu.

Dalam Pasal 44 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran dinyatakan bahwa lembaga penyiaran wajib meralat isi siaran dan/atau berita jika diketahui terdapat kekeliruan atau terjadi sanggahan atas isi siaran dan/atau berita. Penyanggah berita itu mungkin adalah konsumen dari produk tertentu. Ralat atau pembetulan wajib dilakukan dalam waktu selambat-lambatnya kurang dari 24 jam atau pada kesempatan pertama pada ruang mata acara yang sama, dan dalam bentuk serta cara yang sama dengan penyampaian isi siaran dan/atau berita yang disanggah. Ketentuan dalam Undang-Undang Penyiaran ini jelas menunjukkan hak untuk didengar, yang dalam doktrin hukum dapat diidentikkan dengan hak untuk membela diri.

5) Hak untuk Mendapatkan Penyelesaian Hukum

Hak untuk mendapatkan ganti kerugian harus ditempatkan lebih tinggi daripada hak pelaku usaha untuk membuat eksonerasi secara sepihak. Jika permintaan yang diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan yang layak dari pihak yang terkait dalam hubungan hukum dengannya, maka konsumen

berhak mendapatkan penyelesaian hukum, termasuk advokasi. Konsumen berhak menuntut pertanggungjawaban hukum dari pihak yang dipandang merugikan karena mengkonsumsi produk itu.

Untuk memperoleh ganti kerugian, konsumen tidak harus menempuh upaya hukum terlebih dahulu. Namun sebaliknya, setiap upaya hukum pada hakikatnya berisikan tuntutan memperoleh ganti kerugian dari salah satu pihak.

6) Hak untuk Mendapatkan Pendidikan Konsumen

Masalah perlindungan konsumen di Indonesia termasuk masalah yang baru. Wajar bila masih banyak konsumen yang belum menyadari hak-haknya.

Hak untuk mendapatkan pendidikan konsumen ini tidak harus diartikan sebagai proses formal yang dilembagakan. Bentuk informasi yang lebih komprehensif dengan tidak semata-mata menunjukkan menonjolkan unsur komersialisasi, sebenarnya sudah merupakan bagian dari pendidikan konsumen.

7) Hak untuk Mendapatkan Produk Barang dan/atau Jasa Sesuai Dengan Nilai Tukar yang Diberikan

Hak ini berarti konsumen harus dilindungi dari permainan harga yang tidak wajar. Kuantitas dan kualitas suatu barang dan/atau jasa yang dikonsumsi harus sesuai dengan nilai uang yang dibayar sebagai penggantinya. Namun pelaku usaha dapat saja mendikte pasar dengan menaikkan harga, dan konsumen menjadi korban dari ketiadaan pilihan. Konsumen dihadapkan pada kondisi take it or leave it. Akibat dari tidak berimbangnya posisi tawar-menawar antara pelaku usaha dan

konsumen, maka pihak pertama dapat saja membebankan biaya-biaya tertentu yang sewajarnya tidak ditanggung konsumen. Praktik ini dikenal dengan istilah externalities.

8) Hak untuk mendapatkan Ganti Kerugian

Jika konsumen merasakan kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, konsumen berhak mendapatkan ganti kerugian yang pantas. Jenis dan jumlah ganti kerugian harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau sesuai dengan kesepakatan bersama.

9) Hak untuk Mendapatkan Lingkungan Hidup Yang Baik dan Sehat

Hak konsumen atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak yang diterima sebagai salah satu hak dasar konsumen oleh berbagai organisasi konsumen di dunia. Lingkungan hidup yang baik dan sehat berarti sangat luas, dan setiap makhluk hidup adalah konsumen atas lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup meliputi lingkungan hidup dalam arti fisik dan lingkunga non fisik.

Menurut Heindrad Steiger, “setiap pemilik hak dapat mengajukan tuntutan agar kepentingannya terhadap lingkungan yang baik dan sehat dapat terpenuhi. Tuntutan tersebut memiliki dua fungsi yang berbeda. Pertama, the function of defense (Abwehrfunktion), yakni hak bagi individu untuk mempertahankan diri dari pengaruh lingkungan yang merugikannya. Kedua, the function of performance (Leistungs-funktion), yakni hak individu untuk menuntut dilakukannya suatu tindakan agar lingkungannya dipulihkan atau diperbaiki”.44

44

Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press 1994, Yogyakarta, hal.119.

10) Hak untuk Dilindungi Dari Akibat Negatif Persaingan Curang

Persaingan curang atau dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 disebut dengan “persaingan usaha tidak sehat” dapat terjadi jika seorang pengusaha menarik langganan atau klien pengusaha lain untuk memajukan usahanya atau memperluas penjualan atau pemasarannya, dengan menggunakan alat atau sarana yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran dalam pergaulan perekonomian.

Walau persaingan terjadi antara pelaku usaha, namun dampak dari persaingan itu dirasakn oleh konsumen. Jika persaingan sehat, konsumen memperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika persaingan curang, konsumen pula yang dirugikan.

Namun sebagai konsumen, kita juga memiliki beberapa kewajiban yang harus diperhatikan atau dilaksanakan.

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan kewajiban-kewajiban konsumen adalah :

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Sebagai konsumen kita wajib untuk membaca dan meneliti label, etiket, kandungan barang dan/atau jasa, serta tata penggunannya. Kita juga wajib memiliki itikad baik. Karena dengan itikad yang baik, kebutuhan konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang diinginkannya bisa terpenuhi dengan penuh kepuasan. Untuk mendapatkan barang dan/jasa yang diinginkan tersebut, konsumen harus membayar sebagai gantinya sesuai dengan harga yang telah disepakati. Jika suatu saat nanti konsumen merasa ada keluhan terhadap barang dan/atau jasa yang telah didapat, konsumen dapat secepatnya menyelesaikan masalah tersebut dengan pelaku usaha. Penyelesaian masalah sebisa mungkin dilakukan dengan cara damai. Namun jika tidak ditemukan titik penyelesaian, bisa dilakukan dengan cara hukum sesuai dengan norma dan prosedur yang berlaku.45

45

Happy Susanto, op.cit., hal.27.

Pelaku usaha dan konsumen merupakan bagian yang penting dari suatu transaksi ekonomi. Seperti konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajibannya seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Adanya hak dan kewajiban tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan untuk menciptakan pola hubungan yang seimbangan antara konsumen dan pelaku usaha.

Pelaku usaha menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah :

“Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

Dalam penjelasan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, pelaku usaha yang termasuk dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, hak dari pelaku usaha adalah :

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak pelaku usaha di atas juga disertai dengan kewajiban bagi pelaku usaha. Kewajiban pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah :

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dilihat dari uraian mengenai hak dan kewajiban konsumen dengan hak dan kewajiban dari pelaku usaha di atas, jelas bahwa hak dan kewajiban pelaku usaha merupakan timbal balik dari hak dan kewajiban konsumen. Ini artinya adalah bahwa hak dari konsumen merupakan kewajiban dari pelaku usaha. Begitu juga dengan kewajiban dari konsumen, merupakan hak dari pelaku usaha.

Dokumen terkait