• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Menguasai Negara Atas Tanah

Bab I Pendahuluan

F.. Kerangka Teori

4. Hak Menguasai Negara Atas Tanah

Konsep penguasaan tanah secara individual dan komunal merupakan pencerminan nilai pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Makna yang bisa diambil dari sila ini adalah “hubungan manusia dengan tanah mempunyai sifat kolektif dan individual sebagai wujud dwitunggal38”.

Konsep komunalistik religius terlihat dari bunyi Pasal 1 UUPA yang menyatakan, “Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia , sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa”39. Sifat komunalistik terkandung dalam kalimat seluruh bumi, kekayaan alam terkandung di dalamnya merupakan kekayaan nasional. Atas dasar hal tersebut, hak seluruh Bangsa Indonesia untuk menikmati seluruh bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan rakyatnya.

Hak bangsa adalah hak atas tanah yang paling tinggi. Hak bangsa ini berisi kewenangan yang bersifat publik dan privat. Hak privat yaitu hak yang dimiliki segenap anak bangsa untuk menguasai bagian dari wilayah negara Republik Indonesia . Hak ini kemudian dapat melahirkan hak-hak atas tanah. Hak publik merupakan kewenangan yang dimiliki oleh para tetua

37 Oloan sitorus, op cit., hlm. 14.

38 Iman Soetiknjo,op.cit, hlm 36

22

dan penyelenggara negara untuk mengatur penguasaan dan penggunaan tanah.

Kewenangan publik tersebut sering disebut hak menguasai negara atas tanah. Hak menguasai negara adalah kewenangan yang dimiliki oleh negara untuk mengatur penggunaan dan peruntukan tanah yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat. Hal tersebut dijelaskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan batang tubuh UUD 1945 Pasal 33. Kewenangan yang diberikan kepada negara bertujuan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemakmuran yang dimaksud adalah kemakmuran untuk sebanyak mungkin tanpa melanggar hak orang lain.

Subjek kewenangan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan kepada negara sebagai organisasi kekuasaan untuk mengatur peruntukan dan penggunaan tanah. Kewenangan negara untuk mengatur penggunaan dan peruntukan tanah diatur Pasal 2 UUPA yang menyatakan :

1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk :

a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa,

c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka berdaulat, adil dan makmur.

23

4) Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah”.

Pengertian hak menguasai negara atas tanah bukan berarti penguasaan tanah secara yuridis yang disertai dengan penguasaan fisik. “Hak menguasai negara atas tanah oleh negara hanya penguasaan secara yuridis yang diatur dalam Pasal 2 UUPA aturan tersebut tidak memberikan penguasaan secara fisik40”, jika negara menghendaki hak atas tanah, maka negara harus mendapat titel alas hak, tidak serta merta mengambil tanah.

Hal senada juga dijelaskan dalam penjelasan UUPA angka II/2. Hak menguasai negara atas tanah menegaskan bahwa “perkataan dikuasai dalam hal ini bukan berarti memiliki tetapi pengertian yang memberikan kewenangan kepada negara sebagai organisasi kekuasaan tertinggi dari Bangsa Indonesia 41”.

Kewenangan yang bersumber dari hak menguasai negara atas tanah bersifat politis, ekonomis dan sosial. Kewenangan politis maksudnya “penggunaan tanah untuk keperluan bangunan-bangunan pemerintah dan pertahanan42”. Kewenangan ekonomis “penggunaan tanah untuk perkembangan produksi pertanian, perikanan, perkebunan, industri dan transmigrasi43”. Kewenangan sosial adalah penggunaan “tanah untuk tempat

40 Muhamad Bakri, op.cit, hlm. 53

41

Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Reformasi, (Bandung: PT Alumni, 2006), hlm. 10

42 Winahyu Erwiningsih, op.cit, 44

24

ibadah, makam, pusat-pusat pemukiman, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan lain-lain”44

Pelaksanaan kewenangan negara atas tanah ini mengalami pembatasan. Pembatasan ini menurut penelitian Muhammad Bakri :

“pembatasan wewenang negara yang bersumber pada hak menguasai negara atas tanah yang diatur dalam UUPA di batasi oleh hak-hak itu, hak perorangan atas tanah dan hak masyarakat hukum adat atas tanah ulayatnya dan tidak boleh melanggar hak-hak perorangan atau hak masyarakat hukum adat atas tanah ulayatnya45”.

Hal senada juga dikemukakan oleh Maria S.W Soemarjono dalam pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum UGM mengatakan perlu adanya pembatasan terhadap hak penguasaan atas tanah oleh negara melalui:

“Pertama oleh UUD 1945. Bahwa hal-hal yang diatur oleh negara

tidak boleh berakibat pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin oleh UUD 1945. Peraturan yang bias terhadap suatu kepentingan dan menimbulkan kerugian di pihak lain adalah salah satu bentuk pelanggaran tersebut. Seseorang yang melepas haknya harus mendapat perlindungan hukum dan penghargaan yang adil atas pengorbanan tersebut. Kedua, pembatasan yang bersifat substantif dalam arti peraturan yang dibuat oleh negara harus relevan dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dan kewenangan ini tidak dapat didelegasikan kepada pihak swasta karena menyangkut kesejahteraan umum yang sarat dengan misi pelayanan. Pendelegasian kepada swasta yang merupakan bagian dari masyarakat akan menimbulkan konflik kepentingan, dan karenanya tidak dimungkinkan46

Pembatasan hak menguasai negara atas tanah dibatasi baik oleh isi hak-hak perorangan maupun hak masyarakat hukum adat atas tanah.

44 Ibid, hlm 44.

45 Ibid, hlm,12

46

Maria SW Sumardjono, dalam Lilis Nur Faizah, Hak Menguasai Negara Suatu

Pendekatan Historis-Filosofis, di akses pada situs www.zeilla.files.wordpress.com pada tanggal 10 April 2012.

25

Pembatasan hak menguasai negara atas tanah dibatasi oleh konstitusi yang menjamin hak-hak asasi manusia serta cita hukum Bangsa Indonesia untuk membentuk negara yang dapat mensejahterakan rakyatnya. Pembatasan ini dilakukan bertujuan untuk menjaga pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah, yang berakibat merugikan masyarakat akibat hak menguasai negara atas tanah baik karena pencabutan untuk kepentingan yang bersifat politik, ekonomis maupun sosial.

Dokumen terkait