• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Indonesia Modern

2. Hakekat Pergerakan Nasional di Indonesia

tersebut antara lain dilontarkan melalui sebuah novel berjudul Max Havelaar , karangan Eduard Douwes Dekker (1860) yang mengunakan nama samaran Multatuli (artinya: aku banyak menderita). Dalam buku tersebut Multatuli dengan keras mengecam tindakan pegawai-pegawai Belanda dalam menindas rakyat Indonesia dengan legitimasi cultuurstelsel. Disamping itu, pada tahun 1899 C. Th. Van Deventer, seorang ahli hukum yang pernah tinggal di Indonesia, menerbitkan artikel dalam majalah De Gids yang berjudul ”Een eereschuld” (Suatu Hutang Kehormatan). Dalam tulisannya tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas Belanda akibat Perang Diponegoro dan Perang Kemerdekaan Belgia telah diisi oleh penduduk Indonesia melalui program Tanam paksa (Cultuur Stelsel) sehingga orang Indonesia berjasa terhadap perekonomian negeri Belanda. Untuk itu, sudah sewajarnya jika kebaikan budi dibayarkan kembali. Menurut van Deventer, hutang budi tersebut dibayar dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui Trias yang dikenal sebagai Trias van Deventer, meliputi :

(1) irigasi atau pengairan,

(2) edukasi atau pendidikan, dan

(3) emigrasi atau pemindahan penduduk untuk pemerataan kepadatan penduduk.

Program tersebut didukung kaum industrialis dan kapitalis karena mereka berkepentingan dengan hal itu dalam rangka memasarkan produk industrinya ke Indonesia serta mengadakan perbaikan kesejahteraan kepada rakyat yang telah berjasa bagi pemerintah belanda. Kritikan van Deventer juga direspon oleh Ratu Belanda, Wilhelmina berpidato pada tahun 1901 menyatakan jaman baru dalam politik kolonial setelah mengetahui dari hasil penyelidikan tentang kesejahteraan di Jawa. Meskipun pidato Ratu Wilhelmina menekankan kesejahteraan pribumi dalam ide politik ethis, namun tetap dalam kerangka modernisasi yang

dipersepsikan dengan pem-Barat-an atau bahkan pem-Belanda-an (Nagazumi, 1989:27).

Tujuan politik ethis antara lain:

(1) meningkatkan kesejahteraan penduduk pribumi

(2) berangsur-angsur menumbuhkan otonomi dan desentralisasi politik di Hindia Belanda.

Pelaksanaan Trias van Deventer di masyarakat tidak sesuai dengan rencana program. Kenyataannya, Pemerintah Belanda hanya memperluas jaringan irigasi, demi memajukan pertanian yang berhubungan langsung dengan kepentingan Hindia Belanda. Pemindahan penduduk atau emigrasi dilaksanakan dalam rangka memenuhi tenaga kerja untuk daerah-daerah perkebunan milik pengusaha asing sedangkan edukasi atau pengembangan pendidikan sebagai sarana untuk mengisi tenaga-tenaga administrasi pemerintah Hindia Belanda.

Pada saat bersamaan, adanya politik ethis dalam bidang edukasi bermunculan kaum intelektual pribumi. Para kaum intelektual ini mulai diserap dalam berbagai bidang kegiatan pemerintahan. Kebutuhan aparatur dan tenaga administrasi Hindia Belanda yang meningkat cukup signifikan menjadikan kaum intelektual pribumi berperan lebih besar dalam urusan berbagai hal. Golongan intelektual ini sebagai golongan elite baru yang kedudukannya dibedakan dalam tatanan masyarakat kolonial. Golongan inilah yang menjadikan adanya pembaharuan dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan yang direalisasikan melalui bentuk pergerakan yang modern yang disebut sebagai Pergerakan Nasional. Pergerakan Indonesia meliputi berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam bentuk organisasi secara modern menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu dalam perkembangannya, gerakan yang terjadi tidak hanya

perjuangan fisik menjadi non fisik. Hal tersebut terwujud berkat meningkatnya pendidikan di masa itu yang kemudian melahirkan kelompok baru yakni kaum intelektual/ golongan terpelajar.Nasionalisme mengacu pada paham yang mementingkan perbaikan dan kesejahteraan suatu bangsa. Di Indoensia terdapat berbagai suku dan etnis yang mana suku dan etnis tersebut bersifat sangat lokal sehingga diperlukan adanya koordinasi dalam lintas suku secara kolektif sehingga menghasilkan kekuatan dalam menuju keinginan bersama. Klimak dari pergerakan nasional adalah pembentukan sebuah bangsa yaitu Indonesia.

Penyebutan nama Indonesia merupakan simbol signifikan dalam Sejarah Pergerakan Nasional terjadi melalui proses yang panjang. Dengan menggunakan nama Indonesia maka perkembangan nasionalisme wilayah Hindia Belanda sudah mencapai fase yang kongkrit karena pengertiannya secara eksplisit sudah menjadi ranah dari nasionalisme suatu bangsa. Faktor-faktor penyebab timbulnya Pergerakan Nasional Indonesia: (1) Faktor Internal:

a. Kesengsaraan dan penderitaan selama massa imperalis-kolonialis. b. Eksploitasi sumber-sumber ekonomi oleh Hindia Belanda.

c. Kemajuan dalam bidang pendidikan yang menghasilkan kaum intelektual.

d. Kegagalan-kegagalan perlawanan daerah selama ini (seperti Perang Diponegoro, Padri dan lain-lain.

e. Kenangan pada kejayaan sejarah masa lampauPerubahan kebijakan pemerintah Belanda terhadap Indonesia.

(2) Faktor Ekternal:

a. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1904-1905 b. Pengaruh pergerakan nasional di luar negeri c. Pengaruh paham-paham kebebasan di Eropa

Penderitaan rakyat di Nusantara yang terus-menurus selama dalam kekuasaan Hindia Belanda, yang mencapai puncaknya pada masa

Cultuurstelsel memberikan inspirasi kepada rakyat tertindas untuk segera melepaskan diri dari praktek-praktek eklporasi dan ekploitasi segala sumber kehidupan rakyat. Penggerak utama adanya kesadaran terhadap identitas dan pergerakan nasional adalah para kaum intelektual di Indonesia sebagai salah satu produk dari penerapan politik ethis.

Di dalam pergaulan hidup masyarakat kolonial berlaku sistem diskriminasi rasial yang membedakan antara kulit putih (Eropa) dan kulit berwarna (Asia). Perbedaan warna kulit (color line) digunakan untuk membatasi hak dan kewajiban, hukum dan pengajaran bagi bumiputera. Diskriminasi ini dijaga oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai cara menjaga prestise mereka agar tetap muncul perbedaan psikologis antara perasaan superioritas kulit putih dengan inferioritas bangsa pribumi. Kebijakan politik ethis mengakibatkan perubahan-perubahan signifikan dalam beberapa aspek kehidupan di Indonesia. Dalam aspek sosio-politik, pemerintah Hindia Belanda mengijinkan adanya organisasi-organisasi dengan berbagai latar belakang. Organisasi modern pertama adalah BU sedang organisasi bernafas politik yang pertama kali adalah Indiche Partij (IP). Berdirinya organisasi-organisasi ini selanjutnya diikuti oleh perkumpulan yang lain, yang pada akhirnya dapat mempercepat tumbuhnya identitas nasional sehingga melahirkan kebangkitan nasional. Munculnya pergerakan nasional di Indonesia serta kawasan lain Asia pada umumnya, juga dipengaruhi oleh kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904-1905. Sebelumnya terdapat mitos, bahwa bangsa Barat (kulit putih) mempunyai peradapan yang lebih maju dibanding bangsa berkulit lainnya termasuk bangsa Asia. Hal ini juga mempengaruhi pandangan bahwa bangsa Barat selalu dapat menguasai bangsa lain, dengan bukti bahwa semua kawasan di benua Asia, Afrika, Amerika dan

mengilhami bangsa-bangsa Asia, termasuk Indonesia untuk dapat berjuang, sejajar dengan bangsa Eropa.

Kepercayaan diri bangsa Indonesia tumbuh untuk dapat segera mengakhiri kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, meskipun cara yang dilakukan melalui cara dan strategi modern, karena sebelumnya perjuangan dengan strategi tradisional seringkali mengalami kegagalan. Di kawasan Asia lainnya seperti terdapat gerakan-gerakan nasionalisme seperti di Philipina, India, Turki dan di daerah lain sehingga memberikan insipirasi bagi tumbuhnya semangat pergerakan nasional. Kecenderungan munculnya perlawanan terhadap kolonialisme-imperalisme menyebar keseluruh penjuru dunia, terutama sejak berakhirnya Perang Dunia I . Para kaum intelektual bangsa-bangsa terjajah juga sudah mendapat paham-paham kebebasan yang berkembang di Barat seperti liberalisme, demokrasi, kapitalisme, hak-hak asasi manusia serta ideologi–ideologi yang memperjuangkan kaum tertindas seperti sosialisme dan komunisme. Ideologi dan teori-teori politik tersebut sebagai salah satu sumber inspirasi adanya pergerakan nasional negara-negara terjajah termasuk Indonesia.