• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Anak Taman Kanak – kanak .1Pengertian Anak Taman Kanak – kanak

Anak adalah seorang manusia yang hendak menjadi remaja dan dewasa. Dengan demikian anak tersebut masih dalam suatu pertumbuhan dan perkembangan dimana anak sangat memerlukan pemenuhan kebutuhan sesuai dengan apa yang diperlukan untuk menjadi dewasa. UU No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak pasal 1 ayat 2 menyebutkan, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. Sedangkan dalam UU No 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak pasal 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Afhtal (Depdiknas, 2004: 2) disebutkan bahwa Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Berdasarkan definisi tersebut, anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak usia prasekolah yang berada dalam rentang usia antara empat sampai enam tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti (2007: 6) yang menyatakan bahwa anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak-anak usia antara lima sampai dengan enam tahun.

Masa Kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu untuk membentuk potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung ingin menyenangkan orang dewasa, senang bermain bersama tiga atau empat teman pada saat yang bersamaan, tetapi mereka juga ingin menang sendiri dan sering

merubah aturan main untuk kepentingannya sendiri (Juwita K, 2000: 27). Pada masa itu, anak menjadi sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya.

Apabila dikaitkan dengan lembaga pendidikan prasekolah, usia prasekolah dapat diartikan sebagai usia 3-6 tahun dimana dalam jalur pendidikan TK mereka dimasukkan dalam pengelompokkan sebagai berikut; kelompok A, untuk anak usia 3-4 tahun; kelompok B, untuk anak usia 4-5 tahun; kelompok C, untuk anak usia 5-6 tahun (Purboyo, 2004: 31-32).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat diperoleh pengertian bahwa anak usia Taman Kanak – kanak adalah anak – anak yang berusia 3-6 tahun yang mengikuti program prasekolah dan kindergarten untuk membentuk berbagai aspek perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

Pendidikan di Taman Kanak – kanak berjalan selama 2 (dua) tahun. Selama 2 (dua) tahun tersebut anak akan berada dalam 2 kelas yang sering disebut kelas TK A dan kelas TK B. Struktur kurikulum Taman Kanak – kanak disebut dengan Program Kegiatan Belajar yang mencakup 3 (tiga) bidang pengembangan, yaitu: (a) Pengembangan moral dan nilai – nilai agama, (b) Pengembangan sosial dan emosional, (3) Pengembangan kemampuan dasar.

2.3.2 Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak

Anak Taman Kanak-kanak merupakan anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun yang berada dalam proses perkembangan, baik secara fisik, intelektual, sosial, emosional, maupun bahasa. Perkembangan anak bersifat

progresif, sistematis, dan berkesinambungan. Setiap aspek perkembangan saling berkaitan satu sama lain, terhambatnya satu aspek perkembangan tertentu akan mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya.

Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria Montesori (Syaodih, 2005: 8) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya. Masa-masa sensitif anak pada usia ini menurut Montesori mencakup sensitivitas terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.

Erik H. Erikson memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative (Helms & Turner, 2000: 64). Pada periode ini anak harus didorong untuk membentuk prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu membentuk prakarsa, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak

tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.

Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 2003: 56) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and malleable phase of human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurut Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu “taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.

Setiap anak memilki karakteristik tersendiri dan perkembangan setiap anak berbeda-beda baik dalam kualitas maupun tempo perkembangannya. Kartono (Syaodih, 2005: 13-16) mengungkapkan cirri khas anak masa kanak-kanak sebagai berikut:

2.3.2.1 Bersifat Egosentris Naif

Seorang anak yang egosentris naïf memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit.

2.3.2.2 Relasi Sosial yang Primitif

Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naïf. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya.

2.3.2.3 Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Hampir tidak Terpisahkan

Dunia lahiriah dan batiniah anak belum dapat dipisahkan, anak belum dapat membedakan keduanya. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan satu kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku, maupun bahasanya.

2.3.2.4 Sikap Hidup yang Fisiognomis

Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut/ sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Anak belum dapat membedakan benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu dianggap memiliki jiwa sehingga anak pada usia ini sering bercakap-cakap dengan binatang, boneka, dan sebagainya.

Berdasarkan urian mengenai karakteristik anak taman kanak-kanak, dapat disimpulkan bahwa setiap anak memilki karakteristik dan pola perkembangan yang berbeda-beda. Ciri khas pada anak usia kanak-kanak diantaranya anak bersifat egosentris, kemampuan sosial yang masih rendah, serta belum dapat membedakan benda hidup dan benda mati.

Dokumen terkait