KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.2 Hakikat Belajar .1 Pengertian Belajar .1 Pengertian Belajar
Dalam kehidupan sehari – hari setiap individu selalu melakukan aktivitas belajar. Menurut Slameto ( 2013 : 2 ) Belajar ialah usaha yang dikerjakan sesorang agar mencapai perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri setelah belajar berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Susanto (2016: 4) Belajar ialah kegiatan yang dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai tujuan tertentu yang diharapkan mampu memdapatkan pengalaman dan pemahaman yang baru sehingga mengakibatkan orang tersebut melakukan perubahan perilaku yang relative tetap baik dalam berpikir, merasa, dan juga beraksi. Menurut Psikologis dalam Slameto ( 2013 ; 2 ) belajar ialah proses berubahnya tingkah laku sebagai proses berinteraksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan pengetahuan dan juga pengalaman dalam bentuk tingkah laku serta kemampuan berinteraksi yang menetap karena terjadinya interaksi antara individu bersama lingkungan (Sofan Amri, 2013 : 24).
Sesuai pendapat dari para ahli tentang belajar maka diuraikan, jadi peneliti bisa memberikan simpulan jika belajar ialah suatu proses yang dilalui pada setiap individu dan proses itu didapatkan dari suatu pengalaman yang berkaitan erat dengan lingkungan.
2.1.2.2 Unsur – Unsur Belajar
Menurut Rifa’i (2012:68) menjelaskan bahwa belajar adalah sistem yang berisikan unsur – unsur yang saling terkait sehingga memperoleh perubahan pada tingkah laku (Gagne, 1997: 4). Unsur - unsur yang dimaksud sebagai berikut:
a) Peserta didik
Peserta didik atau orang yang melaksanakan aktivitas belajar di sekolah mempunyai organ pengindraan yang berguna dalam memperoleh suatu rangsangan; otak yang digunakan dalam menyalurkan hasil pengindraan
kedalam memori yang kompleks; dan syaraf atau otot yang diperlukan untuk menampakkan kinerja yang menunjukkan apa yang sudah dipelajarinya.
Dalam kegiatan belajar, rangsangan (stimulus) yang didapatkan oleh peserta didik disalurkan didalam syaraf, dan terdapat beberapa rangsangan yang tersimpan didalam memori. Selanjutnya, memori itu diartikan ke dalam tindakan yang bisa diamati seperti gerakan syaraf atau otot ketika merespon stimulus.
b) Rangsangan (stimulus)
Peristiwa atau kejadian yang dapat merangsang seseorang dinamakan dengan stimulus. Banyak stimulus yang ada dilingkungan sesorang. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan juga orang merupakan stimulus yang selalu terdapat di lingkungan seseorang. Supaya peserta didik dapat belajar dengan optimal, maka peserta didik mesti menfokuskan pada stimulus tertentu yang mereka minati.
c) Memori
Memori yang terdapat di peserta didik berrisikan bermacam - macam kemampuan seperti pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang telah didapatkn pada proses belajar sebelmunya.
d) Respon
Respon ialah umpan balik yang didapatkan dari aktualisasi memori. Peserta didik yang baru mengamati stimulus akan mendorong memori memberikan umpan balik kepada stimulus tersebut. Respon yang ada pada peserta didik diamati di akhir kegiatan belajar yang dinamakan perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance).
Berdasarkan unsur - unsur yang sudah dijelaskan maka disimpukan bahwa kegiatan belajar itu terjadi ketika peserta didik mendapat interaksi antara stimulus dan isi memori, maka perilakunya dapat berubah dari waktu sebelum dan sesudah diberikannya stimulus. Jika terjadi perubahan pada perilaku, maka perubahan
perilaku itu menjadi indikator kalau peserta didik sudah melaksanakan proses belajar.
2.1.2.3 Prinsip – Prinsip Belajar
Setiap calon guru maupun pembimbing sebaiknya sudah mampu menentukan sendiri prinsip – prinsip belajar yang akan dipakainya ketika keadaan yang berbeda, dan pada siswa secara individual (Slameto, 2013: 27). Susunan prinsip – prinsip belajar sebagai berikut :
a. Berdasarkan prasyarat yang dibutuhkan untuk belajar
1. Dalam belajar setiap siswa didorong untuk ikut berperan aktif, menumbuhkan minat serta membimbing agar tercapai tujuan instruksional.
2. Belajar harus bisa menumbuhkan motivasi yang kokoh pada peserta didik agar tercapai tujuan instruksional.
3. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang supaya anak bisa meningkatkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
4. Belajar perlu adanya interaksi siswa bersama lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar
1. Belajar harus dilaksankan secara bertahap sesuai tumbuh kembangnya.
2. Belajar merupakan proses berorganisasi, beradaptasi, bereksplorasi serta juga discovery
3. Belajar ialah proses kontinguitis yaitu hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat menghasilkan pengertian yang diinginkan.
c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari
1. Belajar bersifat menyeluruh dan materinya harus terstruktu, disajikan dengan sederhana, sehingga siswa lebih mudah untuk menguasainya.
2. Belajar harus bisa meningkatkan kemampuan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin didapatkan.
d. Syarat keberhasilan belajar
a. Belajar membutuhkan fasilitas yang memadai, agar siswa bisa melaksanakan belajar dengan nyaman.
b. Dalam belajar perlu ada pengulangan berkali – kali supaya materi itu dapat mendalam ke siswa.
2.1.2.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Belajar
Menurut Sofan Amri ( 2013 : 25 ) Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yakni faktor internal dan faktor ekksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari diri sendiri yang baru belajar. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu tersebut. Faktor internal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Menurut Slameto ( 2013: 54 ) Faktor yang mempengaruhi belajar sebenarnya ada banyak jenisnya, tetapi untuk penggolongannya hanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang berada pada diri sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri sendiri tersebut.
Maka disimpulkan jika faktor yang mempengaruhi pembelajaran ada dua, yakni factor intern dan ekstern. Kedua factor tersebut berpengaruh terhadap pembelajaran setiap orang.
2.1.3 Pembelajaran
2.1.3.1 Hakikat Pembelajaran
Menurut Sudjana dalam buku Sofan Amri ( 2013 : 28 ) Pembelajaran ialah Suatu cara yang dilakukan oleh seorang pendidik yang bisa mempengaruhi peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. Menurut Gulo dalam buku Sofan Amri ( 2013 : 28 ) Pembelajaran ialah usaha yang dilakukan dalam menciptakan sistem lingkungan yang dapat memaksimalkan dalam kegiatan belajar. Menurut Nasution
dalam buku Sofan Amri (2013 : 28 ) pembelajaran merupakan aktivitas dalam mengatur lingkungan dengan baik dan dapat menghubungkannya dengan peserta didik sehingga dapat terjadinya proses belajar. Maksut dari lingkungan dalam pembelajaran tersebut adalah tempat belajar, laboratorium, perpustakaan, guru, dan sebagainya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran. Menurut Gagne (1981) dalam Rifa’i (2016: 90) pembelajaran ialah rangkaian peristiwa eksternal siswa yang disusun untuk mendudukung proses internal dalam belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ialah proses yang dilakukan oleh guru dengan siswa ketika melaksanakan proses belajar mengajar agar tercapai sebuah tujuan.
2.1.3.2 Alur Pembelajaran
Dalam buku Sofan Amri ( 2013 : 125 ) Alur pembelajaran ada dua yaitu : Alur kegiatan belajar siswa dan Alur penyampaian bahan ajar.
a. Alur kegiatan belajar siswa
Alur pembelajaran ini berbeda dengan model pembelajaran yang langkah – langkahnya sudah ditentukan dalam kegiatan. Langkah – langkah pembelajaran yang dinamik itu yang dapat mengikuti proses berpikir dinamika yang dilakukan oleh siswa.
b. Alur penyampaian bahan ajar
Alur penyampaian bahan ajar ini disusun bertujuan agar bisa membantu siswa ketika memahami konsep dan juga dapat membantu siswa ketika menyelesaikan suatu masalah.
Menurut Sofan Amri (2013 : 10) Adapun alur atau cara pembelajaran dengan model jigsaw ada bebera langkah. (1) Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok (sering dinamakan dengan kelompok asal ) dengan kemampuan siswa yang tidak sama. Setiap kelompok akan diberikan tugas untuk memilih materi yang sudah disiapkan oleh guru. (2) Di dalam kelompok asal setiap siswa mempunyai pilihan materi yang berbeda, setelah itu mereka langsung berkumpul bersama anggota kelompok lain yang mendapatkan bagian materi yang
sesuai (sering disebut kelompok ahli) (3) Setelah berkumpul dan saling berdiskusi dengan kelompok ahli, masing – masing anggota kelompok ahli kembali lagi ketempat dan bergabung dengan kelompok asli untuk menjelaskan apa saja yang sudah dipelajari dengan kelompok ahli tadi. 4) Disini guru berperan sebagai fasilitator, yakni memfasilitasi siswa agar pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penyampaian kembali dalam kelompok asal dapat berjalan sesuai rencana. (5) Setelah kelompok asal sudah selesai menyampaikan materi yang dipelajari dengan kelompok ahli, Guru memberikan soal atau kuis kepada seluruh siswa dan harus dijawab secara individu. (6) Nilai soal atau kuis yang sudah dikerjakan secara individu digunakan sebagai dasar pemberian nilai untuk masing – masing kelompok.
2.1.3.3 Pembelajaran Efektif
Pembelajaran efektif mialah tolak ukur keberhasilan guru ketika mengolah kelas (Susanto, 2013: 53). Proses pembelajaran dapat disebut efektif jika semua siswa bisa terlibat secara langsung baik fisik, mental serta sosialnya. Pembelajaran dapat disebut berhasil jika seluruh atau sebagian besar siswa dapat terlibat langsung. Dari segi hasil pembelajaran disebut efektif jika mengalami perubahan tingkah laku yang positif, terwujudnya tujuan pembelajaran yang sudah dibuat.
Beberapa aspek dalam mewujudkan pembelajaran efektif menurut Susanto (2016: 54) :
1. Guru harus menyiapkan pembelajaran yang sistematis.
2. Proses pembelajaran harus berkualitas tinggi
3. Waktu ketika pembelajaran berlangsung digunakan secara efektif.
4. Motivasi belajar mengajar cukup tinggi
5. Hubungan interaktif antara guru dengan siswa di kelas baik, sehingga ketika ada kendala dalam pembelajaran dapat terselesaikan.
2.1.3.4 Kreativitas Guru
Peran guru ketika meningkatkan efektivitas pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa ialah sebagai berikut ( Sofan Amri, 2013:
120 ) :
1. Menaikkan persepsi siswa terhadap kemampuan guru yang terdiri dari atensi dan ekspektasi. persepsi siswa terhadap kemampuan guru berbeda- beda. Hal ini ditentukan oleh karakteristik pribadi perilaku persepsi yang meliputi sikap, motif, minat, dan harapan. Faktor internal yang ada pada diri perilaku siswa adalah belajar karena merasa perlu diajak berfikir logis dan rasional.
2. Guru harus berkualitas tinggi dalam hal keilmuannya. Hal ini digunakan agar guru bisa menyadarkan siswa terhadap adanya factor eksternal yang bersasal dari situasi dan lingkungan melalui proses informasi yang bisa mempengaruhi persepsi.
3. Mencairkan suasana dan kontradiksi karenabervariasinya siswa. Siswa cenderung kondraktif karena : (1) di satu sisi, kelompok siswa terlalu banyak berbicara, dilain pihak ada kelompok yang selalu diam, (2) terdapat siswa yang bergerak secara cepat dan lambat ada pula yang lamban, (3) siswa merasa sudah paham semuanya, (4) siswa yang mengalami problema kepribadian.
4. Guru tidak hanya melakukan tugas memberikan bimbingan belajar tetapi juga memberikan informasi yang jelas sehingga mudah dicerna oleh siswa.
5. Seleksi terhadap guru yang tidak hanya menguasai masalah teknik, namun juga dituntut agar bisa menyalurkan kemampuan dan keterampilannya kepada siswa. Syarat sebagai guru ialah kemampuan untuk berkomunikasi.
6. Guru memberi demonstrasi dan uji coba yang dilakukan oleh siswa.
Demonstrasi tidak hanya berupa percontohan teknis, tetapi juga menperlihatkan kinerja yang lebih baik.
7. Pada hakikatnya persepsi tampak pada kemampuan guru. Apabila kemampun guru naik, persepsinya akan baik. Ketika penampilam dan pembawaan diri dalam hubungannya dengan siswa akan sangat berpengaruh pada persepsi siswa.
Kenyataannya yang masih banyak ditemukan dilapangan ialah guru kurang merasa butuh untuk memperbaiki metodologi pengajaran yang dilakukan selama ini, karena menganggap mengajar yang dilakukannya sudah benar. Bahkan, mereka tidak berupaya untuk meningkatkan persepsi siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung disekolah. ( Sofan Amri : 120 )