• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bermain adalah pemicu kreatifitas anak dan akan meningkatkan kreatifitasnya melalui bermain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

bermain berasal dari kata dasar main yang berarti melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat tertentu ataupun tidak). Menurut Sudono (2000: 1) bahwa “bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengetian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasipada anak“. Sedangkan menurut Montessori dalam Fauziah (2010: 109) bahwa “Bermain adalah dunia anak”.

“Bermain sangat signifikan dengan perkembangan anak secara fisik, sosial emosional, dan kognitif menurut Dewey dalam Fauziah (2010: 111) bahwa “bermain bagi anak sama dengan bekerja bagi orang dewasa. Dalam bermain berbagi pengalaman, memaknai simbol yang terdapat dalam aturan bermain akan terpadu sebagai penguat kognitif ,fisik dan sosial emosional mereka”. Bermain merupakan sebuah kegiatan belajar bagi anak usia dini. hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Ratna dalam Fadillah (2011:27) bahwa “bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar anak sebagai bentuk kegiatan belajar bagi mereka”.

Berdasarkan teori yang telah dikutip diatas bermain dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh anak pada hakikatnya adalah

bermain yang menjadi kebutuhan dasar bagi setiap anak, baik itu bertujuan ataupun tanpa tujuan, yang didalamnya mengandung berbagai unsur kesengangan dan kegembiraan. Dalam bermain anak dapat belajar dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensi dalam dirinya dan membantu proses perkembangan dalam diri anak.

a. Pengertian Bermain

Periode anak seringkali disebut sebagai usia bermain. Hal ini disebabkan karena pada periode ini sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain. Menurut Tedjasaputra (2001) pada dasarnya bermain sebagai kegiatan utama anak, mulai tampak sejak bayi berusia 3 atau 4 bulan. Bermain selain berfungsi penting bagi perkembangan pribadi, juga memiliki fungsi emosional dan sosial. Melalui bermain anak merasakan berbagai pengalaman emosi, seperti senang, sedih, gembira, kecewa, dan sebagainya. Melalui bermain pula anak memahami kaitan antara dirinya dan lingkungan sosialnya, belajar bergaul dan memahami aturan ataupun tata cara pergaulan. Melalui bermain juga anak belajar mendengarkan sehingga bisa memahami apa yang dikemukan orang lain sehingga terjadi saling bertukar informasi. Bermain juga berperan sebagai media bagi anak untuk mempelajari budaya setempat, peran-peran sosial dan peran jenis kelamin yang terdapat pada masyarakat. Selain itu kegiatan bermain pun tidak terlepas dengan perkembangan kognitif anak.

Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, teori yang paling sesuai dalam pembelajaran anak usia dini yaitu teori konstruktivisme dimana

anak diberi kebebasan untuk mengekplorasikan dirinya untuk membangun pengetahuannya sendiri dimana pada anak usia dini dilakukan dengan kegiatan bermain. Sehingga anak akan terbiasa atau terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinyha kritis serta berpikir kreatif.

b. Manfaat Bermain bagi Perkembangan Aspek Sosial Anak

Melalui bermain dengan teman sebaya, anak akan belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan secara bergiliran, melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari cara menyelesaikan masalah yang dihadapi teman mainnya, bagaimana anak membuat aturan permainan sehingga pertengkaran dapat dihindari (Tedjasaputra, 2001).

Lebih jauh Tedjasaputra menjelaskan bahwa melalui bermain, anak juga belajar berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun memahami apa yang diucapkan oleh teman tersebut sehingga hubungan dapat terbina dan dapat saling bertukar informasi (pengetahuan. Bermain juga merupakan media bagi anak untuk mempelajari budaya setempat, peran-peran sosial dan peran jenis kelamin yang berlangsung dalam masyarakat. Anak akan mewarisi permainan yang khas sesuai dengan budaya masyarakat tempat ia hidup. Anak akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakatnya.

Sebagai media untuk mempelajari peran jenis kelamin, melalui bermain anak belajar tentang peran dan tingkah laku apa yang diharapkan dari seorang anak perempuan atau laki-laki.

c. Jenis bermain

Anak usia 2 tahun melakukan kegiatan main untuk membangun skema mental melalui interaksi dengan objek, manusia, dan berbahasa. Anak-anak dengan senang melakukan berbagai gerakan saat bereksplorasi menggunakan mata, pendengaran, dan inderawi lainnya saat bermain dengan lingkungan mereka. Seiring dengan pertumbuhan usia, fungsi bermain kemudian akan membangun aspek lain yang melibatkan keterampilan sosial mereka seperti rasa percaya diri saat mereka mampu meraih berbagai kecakapan lainnya.

Jenis-jenis bermain diungkapkan oleh Smilansky dalam Fauziah (2010:111) sebagai berikut :

1) Bermain Simbolik

Bemain dengan menghadirkan sesuatu sebagai simbol, telah dimulai sejak anak berusia dua tahun dan terus berlangsung dalam berbagai bentuk hingga mereka dewasa. Bermain simbolik terkait dengan permainan konstruktif dan bermain drama.

2) Bermain Konstruktif

Bermain konstruktif menggunakan materi atau obyek terkait fungsi atau lebih canggih lagi dapat terkait dengan simbol. Anak menciptakan sendiri atau membangun sendiri berbagai materi secara konkrit dan

menghadirkannya sebagai objek. Intinya ialah dalam bermain permbangunan bukan hanya karya yang diperhatikan tetapi yang terpenting adalah membangun gagasan dan cara berfikir anak itu sendiri. 3) Bermain Drama

Bermain drama anak menciptakan sendiri tokoh imajinasi yang mereka inginkan. Mereka bermain dengan gambar, bereksperimen dengan situasi-situasi yang diinginkan. Jika ada dua anak atau lebih terlibat dalam permainan itu, maka akan terjadilah permainan sosiodrama.

Misalnya mereka akan bermain,”dokter-dokteran, masak-masakan,

kakak-adikan “ atau bermain dengan berbagai tema yang mereka pilih melalui rundingan (negoisasi) bersama teman. ketika mereka bermain sendiri, ,mereka akan berbicara sendiri, sesuai dengan fantasi atau imajinasi mereka sendiri.

Dokumen terkait