• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

C. Hakikat Dinamika Kelompok

Jika kita berbicara mengenai kelompok maka ruang lingkupnya akan sangat luas. Membicarakan mengenai dinamika kelompok tidak dapat dilepaskan dari tokoh pentingnya yaitu Kurt Lewin. Lewin merupakan tokoh penting yang menunjukkan hubungan antara pengetahuan dinamika kelompok

dengan keterampilan kelompok kecil yang ada pada dunia nyata. Dinamika kelompok adalah suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih berkonsentrasi pada pengetahuan tentang hakikat kehidupan berkelompok yang menunjukkan kemajuan (Johnson dan Johnson, 2012). Bukan hanya mengenai apa saja yang ada dalam kelompok namun dinamika kelompok lebih menekankan pada interaksi dalam kelompok dan adanya usaha bersama menumbuhkembangkan pribadi dalam kelompok.

Berbeda dengan kegiatan instruksional (pembelajaran) mata pelajaran yang pada umumnya menekankan prosedur didaktis, penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok/ klasikal lebih menekankan penggunaan teknik dinamika kelompok (group dynamic) atau cara-cara kegiatan kelompok lainnya (Winkel & Sri Hastuti, 2004). Cartwright (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004:549) menunjukkan beberapa implikasi dari dinamika kelompok yang diterapkan dalam layanan bimbingan atau konseling kelompok terhadap kerjasama antarpeserta dalam kelompok yang berusaha menghasilkan berbagai perubahan dalam pribadi para anggota, yaitu rasa keterikatan yang kuat terhadap kelompok; daya tarik terhadap kegiatan kelompok bagi masing-masing anggota; relevansi dari sikap, pandangan, dan perilaku yang akan diubah bagi semua anggota kelompok; penghargaan dari anggota yang satu terhadap yang lain, sehingga semua sumbangan pikiran dan perasaan diakui dan diterima; kesepakatan bersama mengenai tuntutan untuk berubah diri dan ke arah mana perubahan itu harus diusahakan. Menurut Sudjarwo (2011:16)

kata kunci dari dinamika kelompok adalah pada kekompakan atau kesatuan kelompok (unity).

Prayitno, dkk (1998:90-91), menegaskan bahwa layanan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok pada dasarnya difasilitasi dengan penerapan dinamika kelompok atau group proccess yang menekankan keterlibatan aktif seluruh anggota kelompok untuk melahirkan kualitas-kualitas sebagai berikut: (1) Membina keakraban dalam kelompok, (2) Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok, (3) Bersama-sama mencapai tujuan kelompok, (4) Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok, (5) Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok, (6) Berkomunikasi secara bebas dan terbuka, (7) Membantu anggota lain dalam kelompok, (8) Memberikan kesempatan kepada anggota lain dalam kelompok, dan (9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok. Nurihsan (2006:24) menyatakan pula bahwa bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana dan penyelesaian masalah.

2. Tujuan, Fungsi, Manfaat Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan studi mengenai interaksi dan ketergantungan positif antara masing-masing individu dalam kelompok. Dinamika kelompok mengedepankan proses dalam sebuah kelompok untuk membangun karakter individu. Melalui proses dalam kelompok tersebut diharapkan potensi-potensi individu menjadi berkembang secara optimal.

Memahami konsep dinamika kelompok akan lebih mudah jika kita memahami tujuan dari dinamika kelompok. Tujuan dinamika kelompok antara lain:

a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai

b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain

c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok

d. Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota

kelompok

Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok adalah:

a. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri dalam masyarakat) b. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika

kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)

c. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif, dan efisien (dalam dinamika kelompok

pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)

d. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

3. Prinsip–Prinsip Penggunaan Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok sesungguhnya mengacu pada perkembangan individu melalui proses dalam kelompok. Proses dalam kelompok tersebut menjadi kuat karena didasari kesamaan tujuan dari masing-masing individu. Begitu pula dalam persamaan struktur dasar dalam tiap kelompok.

Semua kelompok mempunyai struktur dasar, yaitu peraturan dan norma-norma. Produktivitas kelompok bergantung pada lima unsur dasar (saling ketergantungan yang positif, pertanggung jawaban individu, interaksi yang memajukan, penggunaan keterampilan kelompok yang sesuai, proses dalam kelompok). Hal ini dikarenakan semua kelompok itu efektif. Menurut Johnson dan Johnson (2012) untuk menjadi efektif semua kelompok harus memenuhi:

a. Adanya komitmen satu sama lain untuk memperjelas tujuan bersama yang menekankan saling ketergantungan anggotanya

b. Adanya komunikasi yang tepat dan lengkap sesama anggotanya

c. Adanya sikap kepemimpinan dan pengaruh yang sesuai antar sesama anggota kelompok

d. Adanya prosedur pengambilan keputusan yang sesuai dengan situasi yang dihadapi sehingga meyakinkan bahwa semua cara penyelesaian masalah itu baik dan penghargaan atas pendapat masing-masing anggota kelompok

e. Adanya pemecahan konflik dengan cara yang membangun 4. Permainan

Dinamika kelompok merupakan studi yang mempelajari perkembangan individu dalam proses kelompok. Melalui kegiatan kelompok yang beraneka ragam diharapkan individu mampu memperkuat karakternya sebagai individu yang utuh. Salah satu jenis kegiatan yang mampu mengusung aktivitas dinamika kelompok adalah permainan. Games menurut Echols dan Shadily (1996) dalam kamus Inggris-Indonesia berarti permainan. Permainan,

bermain atau padanan kata dalam bahasa Inggris disebut “games” (kata benda), “to play” (kata kerja), “toys” (kata benda) ini berasal dari kata main berarti melakukan perbuatan untuk tujuan bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu atau tidak); perbuatan sesuatu dengan sesuka hati, berbuat asal saja. (Wardani, 2009). Sejalan dengan pendapat di atas Ahmadi & Sholeh (2005) menyatakan permainan adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu melakukan kegiatan tersebut.

Zulkifly (2003) menjelaskan bahwa permainan merupakan kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung jawab. Secara umum permainan adalah sesuatu yang menyenangkan dan

menghibur, yang tidak memiliki tujuan ekstrinsik dan tujuan praktis. Permainan tersebut bersifat sukarela.

Gamesatau permainan adalah aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya

pencarian “menang-kalah” (Ismail, 2006). Pada pengertiangames, kesenangan dan kepuasan diperoleh melalui keterlibatan orang lain, tanpa hadirnya pihak kedua sebagai lawan, maka games tidak akan terjadi.

Bermain dipandang sebagai suatu perilaku yang muncul secara alamiah yang dapat ditemukan dalam kehidupan manusia dan binatang. Adakalanya bermain merupakan aktivitas sukarela dan spontan yang tidak memiliki titik akhir atau tujuan tertentu. Bermain secara intrinsik didorong oleh hasrat untuk bersenang-senang (Schaefer, 2001). Bermain mempunyai sifat: simbolis, penuh arti, aktif, menyenangkan, kerelaan, pembangunan peran, episode. Menurut Santrock (2006) bermain (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Bermain merupakan suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Bermain sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Hurlock (1997) berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Kegiatan bermain dilaksanakan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luat. Intinya, games bersifat sosial, melibatkan proses belajar, mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, dan kontrol

emosional dan adopsi peran pemimpin dengan pengikut yang kesemuanya merupakan komponen penting dari sosialisasi (Rusmana, 2009). Melalui games, seseorang dapat mengekpresikan agresi dalam cara-cara yang dapat diterima secara sosial. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bermain dan permainan yang diciptakan oleh manusia untuk memberikan keluaran-keluaran (outlets) kemarahan dan permusuhan yang dapat diterima yang merupakan jiplakan dari respons bertempur atau berkelahi (Rusmana, 2009).

Hurlock (1991) berpendapat bahwa bermain memiliki andil yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah: dapat mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya, belajar berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, merangsang kreativitas anak, membandingkan kemampuan yang mereka miliki, membangun konsep diri yang lebih nyata, belajar bermsyarakat, menemukan standar moral, belajar bermain peran, belajar bekerja sama, melatih kejujuran, sportivitas dan lain sebagainya.

5. Efektivitas Dinamika Kelompok

Penelitian tentang penerapan dinamika kelompok khususnya permainan telah banyak dilakukan oleh orang lain. Salah satu penelitian tentang dinamika kelompok adalah penelitian Sofiyatun dari IKIP PGRI Semarang. Penelitian tersebut merupakan skripsi yang berjudul “Efektivitas Permainan Dinamika Kelompok Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kerjasama Siswa (Penelitian Eksperimen Kelas X. TSM) SMK

N 1 Sayung Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 36 orang siswa. Hasil penelitian menyatakan bahwa dari perhitungan uji t hitung (5,246) > t tabel (2,03), maka hipotesis kerja (Ha)

“Permainan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan Kelompok Efektif dalam Meningkatkan Kerja Sama Siswa Kelas X SMK N 1 Sayung Tahun Ajaran

2012/2013” dapat diterima.

Penelitian lain mengenai dinamika kelompok dilakukan oleh Yulia Risma Dame, Rahma Widyana, & Sri Muliati Abdullah dari Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Menggala Yogyakarta sekarang Universitas

Mercubuana Yogyakarta. Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Pendidikan Seksualitas Dasar dengan Menggunakan Dinamika Kelompok Terhadap Penurunan Kecenderungan Perilaku Seksual Pada Remaja”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan subjek 40 orang siswa kelas XI SMA. 40 orang siswa kemudian terbagi atas 2 kelompok kecil. Kelompok eksperimen terdiri atas 20 orang siswa yang mendapatkan pendidikan seksual dasar menggunakan dinamika kelompok. Sedangkan kelompok kontrol terdiri dari 20 orang siswa yang tidak mendapatkan perlakuan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mengalami penurunan kecenderungan perilaku seksual lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan analisis data pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas dasar dengan

menggunakan metode dinamika kelompok efektif untuk menurunkan kecenderungan perilaku seksual remaja.

Berdasarkan kedua penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok efektif dalam meningkatkan suatu variabel tertentu. Dengan kata lain dinamika kelompok telah teruji dalam meningkatkan atau menurunkan suatu variabel penelitian. Berangkat dari hal tersebut maka dinamika kelompok khususnya dalam bentuk permainan dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Dinamika kelompok selain menyajikan suatu kegiatan yang berbeda dengan kegiatan bimbingan konvensional, dinamika kelompok mampu membuat suasana kelas yang berbeda, dinamis, dan interaktif. Sehingga siswa diharapkan dapat merasa senang dalam belajar sehingga seperti belajar sambil bermain.

Dokumen terkait