• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

5. Hakikat Latihan a. Pengertian Latihan a.Pengertian Latihan

Latihan merupakan suatu aktivitas secara teratur terencana, berulang-ulang dengan kian hari semakin berat beban kerjanya. Menurut Devi Tirtawirya (2006: 1) latihan merupakan proses yang sistematis untuk meningkatkan kualitas fisik dan penampilan olahraga yang

24

dilakukan secara berulang-ulang dengan pembebanan secara progresif. Menurut Harsono (1998: 102) menyatakan bahwa latihan juga bisa dikatakan sebagai suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.

Menurut Sukadiyanto (2010: 5) latihan berasal dari kata dalam bahasa inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Artinya, dalam menjalankan proses latihan menggunakan peralatan yang ada dan dibutuhkan dalam cabang olahraga masing-masing untuk membantu atau mendukung dalam setiap sesi latihan guna mencapai hasil yang maksimal. Dalam proses berlatih melatih exercises sifatnya sebagai bagian dari proses latihan yang berasal dari kata practice. Artinya, dalam setiap proses sesi latihan yang berasal dari kata exercises pasti ada bentuk latihan practice didalamnya.

Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises menurut Sukadiyanto (2010: 5) adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga memudahkan olahragawan dalam menyempurnakan geraknya. Latihan exercises merupakan meteri latihan yang dirancang dan disusun

25

oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan. Misalnya, susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan materi yang antara lain: (1) Pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan (warming up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5) colling down/penutup. Latihan dari kata exercises adalah materi dan bentuk latihan yang ada pada latihan inti dan latihan tambahan (suplemen). Sedangkan materi dan bentuk latihan dalam pembukaan, pemanasan, dan penutupan pada umumnya sama.

Menurut Sukadiyanto (2010: 6) latihan yang berasal dari kata training adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, menggunakan metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai pada waktunya. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu aktivitas untuk meningkatkan keterampilan berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraga sebagai proses penyempurnaan keterampilan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, menggunakan metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, sehingga tujuan latihan dapat tercapai tepat pada waktunya, dalam hal ini variasi latihan terkait dengan macam-macam gerak koordinasi.

26

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan latihan adalah suatu proses aktivitas olahraga yang sistematis, berulang-ulang untuk mencapai tujuan akhir yaitu meraih prestasi maksimal dalam waktu yang relatif singkat. Agar latihan mencapai hasil yang optimal, maka dalam menyusun program latihan hendaknya mempertimbangkan dan memperhatikan berbagai faktor, antara lain meliputi: mengetahui biodata olahragawan, langkah penyusunan program latihan dan karakteristik cabang olahraga.

b. Tujuan Latihan

Setiap aktivitas olahraga yang dilakukan seseorang selalu memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda-beda, diantaranya untuk: rekreasi, kesehatan, dan prestasi. Menurut Devi Tirtawirya (2006: 2) tujuan latihan secara umum adalah membantu para pembina, dan guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan konseptual dalam membantu mengungkap potensi olahragawan dalam mencapai prestasi optimal. Sedangkan sasaran latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan dalam mencapai prestasi optimal. Menurut Sukadiyanto (2010: 8) tujuan latihan secara umum adalah untuk membantu para pembina, pelatih, dan guru olahraga agar dapat mengembangkan keterampilan dan membantu olahragawan untuk mencapai puncak prestasi. Adapun sasaran dan tujuan latihan secara garis besar, menurut Sukadiyanto (2010: 9) antara lain untuk: (1) meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, (2)

27

meningkatkan dan mengembangkan potensi fisik yang khusus, (3) menambah dan menyempurnakan keterampilan teknik, (4) mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik dan pola bermain, (5) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan tujuan dan sasaran latihan adalah hasil dari sebuah latihan. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tercapai perlu dilakukan latihan fisik, teknik, taktik dan mental.

Menurut Djoko Pekik (2002: 62-63) ciri-ciri sasaran yang baik adalah sebagai berikut :

1) Berjenjang (jangka panjang, menengah, dan pendek) 2) Spesifik dan obyektif

3) Dibuat bersama antara pelatih dan atlet

4) Tidak terlalu banyak sasaran dalam satu sesi latihan 5) Tertulis, sehingga mudah dikontrol oleh semua pihak 6) Menetapkan sasaran keberhasilan

a) Performance Goal, sasaran berdasarkan proses b) Outcome Goal, sasaran berdasarkan hasil 7) Sasaran latihan meliputi:

a) Latihan fisik: meningkatkan kualitas system tubuh b) Latihan teknik: Meningkatkan efisiensi gerak c) Latihan taktik: meningkatkan speed of decition d) Latihan psikis: meningkatkan maturasi emosi

28 c. Prinsip-prinsip Latihan

Menurut Harsono (1998: 102) mengemukakan bahwa dengan pengetahuan tentang prinsip-prinsip latihan, atlet akan lebih cepat dalam meningkatkan prestasi karena akan memperkuat kekayaan akan tujuan dan tugas latihan. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2010: 13) prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikilogis olahragawan. Dengan memahami prinsip-prinsip latihan akan mendukung dalam meningkatkan kualitas latihan dan dapat menghindarkan olahragawan dari rasa sakit dan timbulnya cidera selama dalam proses latihan. Dalam mempelajari dan menerapkan prinsip latihan harus memerlukan ketelitian, ketepatan dalam penyusunan dan pelaksanaan program latihan. Pada dasarnya latihan olahraga adalah merusak, tetapi proses perusakan yang dilakukan agar menjadi lebih baik, tetapi dengan persyaratan dalam pelaksanaan latihan harus mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan.

Menurut Bompa (1994: 1) pedoman dan peraturan secara sistematik berhubungan dengan proses dan latihan dikenal sebagai prinsip latihan. Memperoleh kebutuhan untuk menyelesaikan tujuan sangat penting dari latihan, prinsip ini adalah spesifik, dan terutama hubungan dengan proses latihan. Penggunaan yang tepat dari prinsip latihan ini adalah menghasilkan organisasi yang lebih baik dan lebih banyak kegunaan yang dapat memuaskan, metode, dan komponen dari latihan.

29

Dalam mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip latihan ini harus hati-hati, serta memerlukan ketelitian, ketepatan dalam penyusunan dan pelaksanaan program latihan. Adapun prinsip latihan tersebut menurut Sukadiyanto (2010: 14) antara lain: (1) prinsip kesiapan, (2) prinsip individual, (3) prinsip adaptasi, (4) prinsip beban lebih (overload), (5) prinsip progresif (peningkatan), (6) prinsip spesifikasi (kekhususan), (7) prinsip variasi, (8) prinsip pemanasan dan pendiginan (warm-up and cool-down), (9) prinsip latihan jangka panjang (long term training), (10) prinsip berkebalikan (reversibility), (11) prinsip tidak berlebihan (moderat), (12) prinsip sistematik.

Sedangkan menurut Dr. William A. Sand, dkk (2012: 9) mengemukakan beberapa prinsip latihan diantaranya:

1) prinsip individual

Setiap individu memiliki keunikan dan respon yang berbeda dalam latihan yang sama. Sebagian dari individu dapat dibedakan oleh banyak karakteristik diantaranya adalah usia biologis, waktu latihan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan bentuk, cidera lama dan lain-lain.

2) Prinsip Spesifikasi (kekhususan)

Adaptasi latihan yang berbeda bagi setiap individu akan terjadi secara khusus pada kelompok otot yang dilatih, intensitas latihan, metabolisme tuntutan latihan, spesifik gerakan dan aktivitas. Dalam upaya menyempurnakan keterampilan atau aktivitas tertentu, harus melakukan keterampilan atau aktivitas tubuh dengan tepat dan baik untuk memiliki teknik yang benar.

3) Prinsip beban berlebih (overload)

Dalam individu untuk mencapai suatu latihan tertentu, tubuhnya harus siap dalam melawan stimulus atau beban yang lebih besar daripada yang terbiasa. Berlebihan, adalah upaya perbaikan latihan dengan perubahan dalam tahanan yang menantang, medan, gerakan kompleks, dan lain sebagainya.

30 4) Prinsip Progresif

Untuk mencapai hasil yang diinginkan adaptasi latihan untuk aktivitas tertentu atau keterampilan yang tetap, pelatihan stimulus harus secara bertahap dan selalu meningkat. Ini berarti ada jangka waktu untuk mencapai sebuah beban optimal berkembang terlalu lambat. Apabila latihan secara berlebihan meningkat,teknik yang kuran, latihan pembentukan otot yang salah dan hasil cidera yang didapat. Istirahat dan pemulihan juga harus diperhatikan dan dimasukkan dalam proses latihan, seperti pelatihan keras sepanjang waktu dapat mengakibatkan kronis kelelahan, penurunan kinerja dan akhirnya cidera.

5) Prinsip beban tidak berlebih

Performa itu semua terkait dengan tingkat usia (pelatihan) setiap individu. Atlet yang belum pernah berpartisipasi dalam pelatihan program tersebut terlihat akan dapat peningkatan performa yang besar dalam program latihan mereka. Di sisi lain, atlet yang telah ikut selama beberapa tahun akan terlihat lebih kecil peningkatannya pada periode tersebut akan lebih sulit untuk didapatkan. Kuncinya adalah terus menunjukkan kemajuan di mana mereka memiliki kelemahan pada latihan yang dituju.

6) Prinsip keterbalikan

Ketika sebuah latihan rangsangan itu diambil dari seorang atlet untuk jangka waktu yang sangat panjang , mereka tidak akan berlaku pada level performa tertentu. Dalam jangka waktu yang lama, latihan memberi sumbangan terbesar untuk mencapai hasil yang maksimal.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan adalah beban latihan yang diberikan kepada atlet, seperti prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan dan sistematik.

d. Pengaruh Latihan

Pada setiap penampilan olahraga, semua atlet menginginkan dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan perencanaan yang matang diharapkan akan membantu atlet maupun

31

pelatih dalam membuat dan menentukan sasaran program latihan yang akan diterapkan selama dalam latihan.

Untuk mencapai program latihan yang diinginkan tercapai dan optimal pengaturan program latihan harus diberikan secara bertahap. Menurut Bompa (1990: 52) Dalam proses latihan ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu: (1) Persiapan fisik umum, (2) Persiapan fisik khusus, dan (3) Membangun tingkat kemampuan biomotor yang tinggi. Artinya proses latihan fisik harus dimulai dengan fisik secara umum karena tahapan-tahapan untuk memulai latihan fisik dimulai dari umum setelah itu masuk pada fisik khusus, karena fisik secara khusus arahnya sudah lebih spesifik pada bentuk gerakan-gerakan yang disesuaikan dengan cabang olahraga masing-masing.

e. Komponen-komponen Latihan

Selain prinsip latihan faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan prestasi atlet adalah komponen-komponen latihan dalam pelaksanaan program latihan. Menurut Sukadiyanto (2010: 25) komponen latihan merupakan kunci atau hal yang penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan dosis dan beban latihan. Adapun beberapa komponen latihan menurut Sukadiyanto (2010: 26) yaitu: (1) intensitas, (2) volume, (3) recovery, (4) interval, (5) repetisi, (6) set, (7) seri atau sirkuit, (8) durasi, (9) densitas, (10) irama, (11) frekuensi, (12) sesi atau unit.

32 6. Hakikat SSO Real Madrid

a. Profil SSO Real Madrid

Real Madrid Foundation bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Olahraga Sosial Indonesia meresmikan Real Madrid Social School Sport di Stadion Atletik dan Sepak bola UNY. SSO Real Madrid adalah Sekolah sosial khusus olahraga sepakbola. SSO Real Madrid didedikasikan untuk anak-anak kurang mampu, ini terbukti dengan diadakannya jalur beasiswa yang tanpa memungut biaya dari orang tua siswa. Selain di Yogyakarta, Real Madrid Social Sport School telah dibuka di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Banda Aceh, Makassar, Papua, dan Sidoarjo. Tak hanya para siswa, stadion dan pelatih di Real Madrid Social Sport School juga harus menempuh program seleksi khusus selama satu tahun untuk memperoleh persetujuan dari Real Madrid Foundation. Setiap tahun, perkembangan pelaksanaan pelatihan sekolah sepakbola juga harus dilaporkan. Jika ditemukan ketidaksesuaian standar yang telah ditentukan, sekolah tersebut akan ditutup. Setiap pelatih di sekolah sepakbola yang dinaungi klub sepakbola bergengsi, Real Madrid, dan satu orang pelatih hanya diperbolehkan mengajar dua puluh siswa. Rationya 1:20. Yayasan Pengembangan Olahraga Sosial Indonesia menargetkan tahun 2012, dari tujuh Real Madrid Social Sport School di Indonesia akan berkembang menjadi sepuluh. Hal tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan

33

harapan pada 2013, sekolah sepakbola ini makin berkembang di Indonesia. Visi & Misi SSO Real Madrid UNY yaitu :

1) Visi

Mencetak pemain profesional, Mandiri, Berkarakter 2) Misi

a) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bermain sepakbola yang kreatif serta inovatif

b) Melaksanakan penelitian yang mendukung proses pendidikan dan pelatihan, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa