• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.4 Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Jawa di SD

Menurut Setiyadi (2005: 94) upaya pelestarian bahasa Jawa yang mulai

ditinggalkan penuturnya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan dan

nonkependidikan. Jalur pendidikan merupakan upaya yang dapat dikatakan efektif

dalam upaya pelestarian kebudayaan dan bahasa Jawa. Kurikulum yang diajarkan

hendaklah pula berkaitan dengan keterampilan berbahasa. Keterampilan

berbahasa yang berkaitan dengan keterampilan menyimak, berbicara, membaca,

dan menulis baik dalam bidang bahasa maupun sastra. Dengan demikian bahasa

Jawa yang diajarkan bukan sekedar pengetahuan tentang bahasa Jawa yang jauh

dari unsur praktis. Tujuan pembelajaran diarahkan kepada hal-hal yang sifatnya

praktis dan berkaitan dengan empat keterampilan di atas sesuai dengan jenjang

pendidikan masing-masing.

Diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, UU RI

No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan memberikan konsekuensi pada

pengelolaan sumberdaya pendukung daerah, khususnya sumberdaya manusia dan

umumnya seluruh potensi daerah yang diperlukan dalam pembangunan. Dengan

sekolah serta Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, daerah/ sekolah

diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dalam

mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan

masyarakat setempat.

Menurut Yufiarti (1999: 2) muatan lokal adalah program pendidikan yang

isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan

sosial budaya, serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari murid di daerah itu.

Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang

terdapat pada struktur kurikulum pendidikan umum. Muatan lokal dan kegiatan

pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Muatan Lokal merupakan bentuk

penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar

penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat

relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini

sesuai dengan salah satu prinsip pengembangan KTSP bahwa kurikulum

dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan

daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan

memberdayakan, sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan

harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap

menyelenggarakan satu mata pelajaran Muatan Lokal setiap semester. Ini berarti

bahwa dalam satu tahun pembelajaran, satuan pendidikan dapat

menyelenggarakan lebih dari satu mata pelajaran Muatan Lokal untuk setiap

tingkat.

Muatan Lokal terbagi menjadi dua, yaitu wajib dan pilihan. Muatan Lokal

wajib masih terbagi lagi menjadi muatan lokal wajib provinsi dan muatan lokal

wajib kabupaten. Setelah itu, sekolah mengambil peran potensi daerah menjadi

muatan lokal pilihan sekolah. Pada hakikatnya pembelajaran Bahasa Jawa di

Sekolah Dasar termasuk ke dalam mata pelajaran muatan lokal wajib provinsi

sehingga semua satuan pendidikan di provinsi Jawa Tengah wajib

mempelajarinya.

Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum SD (2007)

pelaksanaan Bahasa Jawa di lembaga formal dimulai dari SD. Dalam struktur

kurikulum SD/MI mata pelajaran Muatan Lokal hanya dilalokasikan 2 jam

pelajaran per minggu, padahal konten muatan lokal membutuhkan jumlah jam

lebih banyak untuk mengakomodasi pembelajaran bahasa daerah/bahasa ibu

sebagai bahasa transisi di kelas awal serta pengenalan budaya lokal yang menjadi

keunggulan daerah. Di beberapa propinsi, mata pelajaran bahasa daerah menjadi

mata pelajaran wajib Muatan Lokal. Sebaiknya jumlah alokasi jam pelajaran

untuk Muatan Lokal ditambah menjadi minimal 4 jam pelajaran per minggu.

Adapun standar kompetensi lulusan SD/MI untuk mata pelajaran muatan lokal

Bahasa Jawa terdiri dari empat komponen. Empat komponen itu adalah

siswa memahami wacana lisan yang didengar baik teks sastra maupun nonsastra

dalam berbagai ragam bahasa berupa cerita teman, teks karangan, pidato, pesan,

cerita rakyat, cerita anak, geguritan, tembang macapat, dan cerita wayang. Pada

komponen berbicara siswa menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan

pikiran, perasaan, baik sastra maupun nonsastra dengan menggunakan berbagai

ragam bahasa berupa menceritakan berbagai keperluan, mengungkapkan

keinginan, menceritakan tokoh wayang, mendeskripsikan benda, menanggapi

persoalan faktual/ pengamatan, melaporkan hasil pengamatan, berpidato, dan

mengapresiasikan tembang. Komponen membaca mengharapkan siswa

menggunakan berbagai keterampilan membaca untuk memahami teks sastra

maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa berupa teks bacaan, pidato, cerita

rakyat, percakapan, geguritan, cerita anak, cerita wayang, dan huruf Jawa.

Sedangkan pada komponen menulis, siswa melakukan berbagai keterampilan

menulis baik sastra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi berupa karangan sederhana,

surat, dialog, laporan, ringkasan, parafrase, geguritan dan huruf Jawa.

Menurut Suwarna (dalam Mulyana, 2008: 141) bahwa teknik penilaian

yang dapat diaplikasikan dalam pelajaran Bahasa Jawa adalah sebagai berikut:

2.1.4.1Papers and pencils

Papers and pencils adalah teknik penilaian yang berupa tes. Dalam hal ini

papers and pencils mengacu pada tes tertulis pelajaran Bahasa Jawa. Bentuk tes

tertulis papers and pencils antara lain memilih jawaban B jika benar atau S jika

2.1.4.2 Portfolio

Portfolio atau portofolio merupakan metode pengumpulan data secara

sistematik atas hasil pekerjaan seseorang. Portfolio bersifat berkesinambungan

dengan akurasi tinggi (namun memerlukan banyak curahan tenaga dan pikiran

walaupun tidak terlalu berat, atau sambil lalu) untuk mengetahui kemajuan

kompetensi, dan untuk mendiagnosis kesulitan belajar. Portfolio dapat berupa

tugas, misalnya tugas harian, seperti PR, tugas-tugas yang secara hierarkis untuk

mencapai keterampilan tertentu, jurnal diri, penilaian diri, dan sebagainya.

2.1.4.3 Project

Project diterjemahkan sebagai tugas yang bersifat besar, ada wujud fisik

dengan persyaratan khusus. Project lebih mudah karena merupakan tugas yang

terstruktur (direncanakan, deprogram, dilaksanakan, dilaporkan). Project dapat

melatih keterampilan siswa untuk melakukan empat keterampilan berbahasa,

yakni menyimak dan berbicara (ketika mereka laporan), membaca (berbagai

bacaan untuk melengkapi laporan), dan menulis (ketika membuat laporan).

Pernyataan akan disimpan sebagai koleksi di perpustakaan, dengan tujuan:

menghargai karya siswa sebagai sumber belajar agar siswa bekerja secara

sungguh-sungguh.

2.1.4.4 Product

Product adalah penilaian yang didasarkan atas prestasi dalam berkarya.

Karya yang dimaksud adalah karya yang bersifat kreatif. Karya-karya ini dapat

dimuat di majalah dinding sekolah sehingga menimbulkan kebanggaan siswa, atau

siswad dari pelajaran Bahasa Jawa misalnya membuat tembang, geguritan,

kaligrafi Jawa, cerkak, cerbung, anekdot Jawa (lelucon), notasi gending, tulisan

popular tentang Jawa, sandiwara dan sederhana.

2.1.4.5 Performance

Performance ialah penampilan siswa. Penerapan tkenik ini sangat tepat

sekali dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Untuk mengevaluasi pembelajaran

Bahasa Jawa, standar performa memang penting. Walaupun nilai kognitifnya

bagus, tetapi tidak sopan, unggah-ungguh basa dan solah bawa (perilakunya)

maupun patrap/sikapnya belum njawani, maka nilainya tidak akan maksimal.

2.1.4.6 Penilaian Sikap

Penilaian sikap meliputi perilaku siswa, keyakinan siswa, pendapat atau

pendirian siswa terhadap suatu objek, observasi guru terhadap diri siswa,

pertanyaan langsung guru kepada siswa, dan laporan diri.

2.1.4.7 Penilaian Diri

Penilaian diri meliputi kelebihan dan kekurangan siswa, jurnal diri

(prestasi yang pernah diraih, track recor kegiatan sehari-hari), penilaian antar

teman, angket dan observasi.

Teknik penilaian yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa

dalam menulis narasi berbahasa Jawa adalah penilaian product. Produk yang

dimaksudkan adalah hasil laporan narasi berbahasa Jawa dari kegiatan yang telah

Dokumen terkait