• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Tournament

Istilah “model” memiliki berbagai pengertian. Pertama, model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan atau sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu

kegiatan. Kedua, “model” juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan

dari benda yang sesungguhnya, seperti “globe” adalah model dari bumi

tempat manusia hidup.25

Atas dasar pengertian model di atas, dapat disusun pengertian model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang terorganisasikan secara sistemik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Jadi, model pembelajaran adalah sebuah perencanaan pembelajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan. Model ini mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan.

Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalamkelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam anggota tersebut.26

25

Agung Eko Purwana, dkk., Pembelajaran IPS MI, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), Paket 8 hlm. 8-9.

26

Rusman, Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.204.

22

Model pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran yang terjadi sebagai akibat dari adanya pendekatan pembelajaran yang bersifat kelompok. Pendekatan ini merupakan konsekuensi logis dari penerapan paradigma baru dalam pendidikan yang antara antara lain, bahwa pendidikan di masa sekarang, bukanlah lagi dilihat semata-mata “mengisi air ke dalam gelas” atau sekadar mengisi otak anak dengan berbagai teori atau konsep ilmu pengetahuan,

melainkan pengajaran yang lebih bersifat “menyalakan cahaya”, yaitu

mendorong, menggerakan dan membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan imajinasi dan inspirasinya secara aktual.27

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan.28

Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa-siswi dalam tugas- tugas yang terstruktur.29

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok.Tetapi belajar kooperatif lebih darisekadar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif, sehingga

27

Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2009), h. 257.

28

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( jakarta: Kencana, 2009), h. 240.

29

Agung Eko Purwana, dkk., Pembelajaran IPS MI,LAPIS PGMI ( Jakarta: UINPRESS, 2009), h.1-13.

23

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif diantara anggota kelompok.30

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: 1) adanya pesertadidik dalam kelompok, 2) adanya aturan main dalam kelompok, 3)adanya upaya belajar dalam kelompok, 4) adanya kompetensi yang harus dicapai kelompok.

Nurhadi juga menambahkan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.31 Hasil belajar yang diperoleh dalam CL tidak hanya berupa nilai-nilai akademis saja, tetapi juga nilai-nilai moral dan budi pekerti berupa rasa tanggung jawab pribadi, rasa saling menghargai, saling membutuhkan, saling memberi, dan saling menghormati keberadaan orang lain di sekitar kita.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang membutuhkan kerja sama sesama peserta didik yang disusun secara heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dengan aturan main yang telah ditetapkan pula, yang menghasilkan nilai akademis juga menghasilkan nilai-nilai moral. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator, mediator, organisator, dan moderatorterlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan

30

Rusman, Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.204.

31

Muhammad Thabrani dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta; Ar-ruz Media, 2011), h. 287.

24

pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu: 1) perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar. Karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3) perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.32

Menurut Slavin, model CL memiliki enam karakteristik utama, yaitu:33

1) Grup goals (adanya tujuan kelompok);

2) Individual accountability (adanya tanggung jawab perseorangan); 3) Equal opportunities for succes (adanya kesempatan yang sama untuk

menuju sukses);

4) Team competition (adanya persaingan kelompok); 5) Task specialization (adanya penugasan khusus);

32

Rusman, op.cit. h. 204-206.

33

25

6) Adaption to individual needs (adanya proses penyesuaian diri terhadap kepentingan pribadi).

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:34

1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk memncapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen mempunyai tiga fungsi, yaitu: a) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah- langkah pembelajaran yang telah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. b) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjuka bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. c) fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

34

26

4) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan/atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.

Dengan demikian, bahwa karakteristik pembelajaran cooperative dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.

b) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

c) Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

d) Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Tournament

Teknik ini merupakan suatu bentuk yang disederhanakan dari Teams games Tournaments. Teknik ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawannya. Teknik ini juga menggabungkan satu kelompok belajar dan kompetisi tim, dan dapat digunakan untuk mengembangkan pelajaran atas macam-macam fakta, konsep, dan keahlian yang luas.

27

Tipe Learning Tournament ini siswa dibagi menjadi beberapa tim, setiap siswa dala tim bertanggung jawab menjawab pertanyaan dari guru. Tipe Turnamen Belajar ini merupakan suatu kompetisi akademis, denganadanya model ini siswa akan menjadikan kegiatan belajar menjadi lebih hidup karena akan ada persaingann sehat untuk memperebutkan gelar pemenang.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model kooperatif tipe Learning Tournament adalah:35

1) Siswa dibagi dalam tim yang terdiri dari atas 2-8 orang anggota tim. Masing-masing tim harus memiliki jumlah yang sama.

2) Memberikan materi untuk dibahas bersama.

3) Membuat beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan atau mengingat materi pelajaran.

4) Memberikan serangkaian pertanyaan kepada peserta didik, sebagai

“babak pertama” untuk turnamen belajar. Setiap peserta didik harus menjawab pertanyaan secara pribadi.

5) Setelah pertanyaan –pertanyaan diberikan, sediakan jawaban dan mintalah siswa menghitung pertanyaan yang mereka jawab secara benar. Kemudian instruksikan mereka menyatakan skor mereka kepada anggota lain dalam tim tersebut untuk mendapat skor tim. Umumkan skor masing-masing tim.

6) Mintalah tim mempelajari kembali turnamen pada babak kedua. Kem,udian mintalah tes pertanyaan yang lebih banyak sebagai

bagian “babak kedua”. Mintalah sekali lagi tim menyatakan skornya dan tambahan satu skor kepada gilirannya.

7) Lakukan beberapa ronde atau babak seperti yang diinginkan.

Serangkaian kegiatan tersebut sangatlah membutuhkan partisipasi aktif siswa, guru sebagai moderator yang memimpin kegiatan

35

Melvin L Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), h. 47.

28

pembelajaran. Maka dari itu serangkaian kegiatan ini dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan.

d. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Tournament

Adapun kelebihan strategi belajar aktif Learning Tournament adalah:

1) Dengan strategi belajar aktif Learning Tournament guru bisa mengontrol urutan dan keleluasaan materi pembelajaran, dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasi bahan pelajaran yang disampaikan.

2) Strategi belajar aktif Learning Tournament yang menekankan kepada aspek kognitif.

3) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi siswa juga beraktivitas seperti bekerja sama dalam tim, menghargai pendapat anggota, serta dapat menekan ego.

Sedangkan kelemahan strategi belajar aktif Learning Tournament adalah:

1)Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.

2)Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.

3)Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya.

Dokumen terkait