• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.3 Hakikat Novel Religius Islami

Novel religius islami sebagai suatu novel yang mengandung nilai-nilai Islam, perlu untuk kita pahami tentang pengertian dan nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya. Penjelasan tentang pengertian dan nilai-nilai Islam dalam novel religius islami, sebagai berikut.

2.3.1 Pengertian Novel Religius Islami

Dalam The World Book Dictionary, kata religiosity berarti religious

feeling or sentiment, yang berarti perasaan keagamaan. Perasaan keagamaan

itu sendiri bermakna segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan, seperti perasaan takut kepada Tuhan (fear to bad), perasaan dosa

(guilt feeling), dan kebesaran Tuhan (God’s glory) (Wachid 2005:149-150).

Dengan hadirnya perasaan keagamaan itulah, muncul manusia-manusia religius yang selalu sadar dalam melaksanakan institusional religion, menghayatinya dengan sepenuh jiwanya sehingga ia pun kerap tenggelam dalam pengalaman religius yang merupakan puncak pengalaman estetis. Para sastrawan adalah subjek terpenting yang menyerap kebesaran Tuhan dalam bentuk keindahan. Bagi seorang sastrawan, segala hasil ciptaan Tuhan dapat ditampilkan ciri-ciri keindahannya, yang kemudian disajikan kepada masyarakat. Bermula dari hal inilah lahir karya sastra religius dari sastrawan yang akrab dengan kereligiusan. Hal yang demikian ini, sesuai dengan pandangan Helvy Tiana Rosa yang menyatakan bahwa pada dasarnya seni (sastra) Islami adalah seni (sastra) umat manusia karena Allah, yang mana

agama seharusnya mengalir secara alami ke dalam pekerjaan seni (sastra) dari seorang seniman (sastrawan) yang terpercaya (dalam Danerek 2006:40).

Pada ranah kesusastraan religius ini, di dalamnya mempersoalkan dimensi kemanusiaan dalam kaitannya dengan transidental. Kesusastraan religius ini selalu membicarakan persoalan kemanusiaan yang bersifat

profane dengan didukung oleh nilai-nilai keruhanian yang berpuncak kepada

Tuhan melalui lubuk hati yang terdalam. Dengan demikian, kesusasteraan religius akan selalu mengusung tentang moralitas keagamaan sebagai ide pokoknya.

Sastra Islam –termasuk di dalamnya novel religius islami- adalah sebuah perwujudan dari kaidah atau konsep penulisan sastra yang dipegang oleh setiap penulis (sastrawan) muslim, yang mana sastra islami ini mengambil inspirasi dari ke-tauhid-an, selalu berlaku sepanjang masa dan bagi segala usia (Osman 2010:11). Sastra dengan ide pokok atau tema ketuhanan / keagamaan ini, biasanya menunjukkan pengalaman keagamaan seorang sastrawan. Pengalaman religius itu sendiri didasari atas tingkat kedalaman pengalaman ketuhanan atau keagamaan seseorang. Oleh karena itulah, seorang sastrawan (novelis) yang mempunyai pengalaman ketuhanan dan keagamaan yang kuat, secara sadar atau tidak sadar akan melakukan transformasi nilai-nilai keagamaan tersebut ke dalam karya-karya sastranya (Muzakki 2006:80).

Sastrawan dan novelis yang memiliki semangat yang tinggi akan mampu menyadari bahwa gejala-gejala yang tampak oleh mata dan pikiran

ini (realitas alam dan budaya) hanyalah ungkapan lahir atau simbol dari suatu kenyataan yang hakiki. Gejala lahiriah ini adalah ayat-ayat Tuhan, yang menunjukan akan keindahan dan kebesaran-Nya, yang harus kita baca, pahami dan hayati secara mendalam. Ada korelasi yang indah pada dunia gejala dengan Yang Maha Indah. Kesadaran terhadap keindahan ini digerakan oleh keimanan kepada Yang Mahaindah. Jadi, konsep keindahan estetis ataupun kesungguhan moralitas dalam karya sastra religius islami berpangkal pada Alquran (Wachid 2005:155-156). Pandangan Abdul Wachid ini sesuai dengan pandangan Bakar (dalam Supriadi 2006:15) yang menyatakan bahwa sastra islami --termasuk di dalamnya novel islami-- adalah karya sastra yang di dalamnya terkandung nilai-nilai ajaran Islam, yang bermuara pada ke-

tauhid-an yang bersumber dari Alquran dan Alhadis, serta bertujuan sebagai

sarana dakwah.

Mengacu pada penjelasan di atas, maka dapatlah penulis menyimpulkan bahwa novel religius Islami adalah novel yang didominasi oleh nilai-nilai keruhaniahan yang menunjukan kedalaman penghayatan pengalaman religius penulisnya, serta mengandung pesan-pesan moral keislaman dari ajaran Alquran dan Alhadis, untuk mengajak kepada kebaikan dan kebenaran.

Berdasarkan batasan-batasan yang telah dijelaskan tersebut, maka novel Langit Mekah Berkabut Merah, karya Geidurrahman Elmishry dapatlah kita kelompokan ke dalam novel religius islami karena novel ini di dalamnya sarat dengan nilai-nilai Islam. Nilai-nilai Islam tersebut terutama didominasi

pada penokohan Midah Hamidah, seorang TKW yang mendapat ujian hidup yang sangat berat karena mendapat penganiayaan dan pelecehan seksual dari majikannya di Arab Saudi.

2.3.2 Nilai-Nilai Islam dalam Novel Religius Islami

Nilai-nilai berkaitan dengan dinamika atau motivasi di dalam kehidupan pribadi atau masyarakat. Nilai mengacu pada sesuatu yang dinginkan atau dikehendaki. Namun Rosenblatt berpendapat bahwa suatu nilai itu tidak hanya sekedar yang diingini atau dikehendaki, akan tetapi juga apa yang dipertimbangkan sangat berharga untuk diingini atau yang pantas diingini (dalam Gani 1988:287). Nilai itu harus selaras dengan value

judgment pribadi yang bersangkutan dan dapat memberikan sumbangan pada

pemahaman tentang Sesuatu yang penting bagi alur kehidupan kemanusiaan. Nilai menurut Semi (1989:10) adalah prinsip atau konsepsi tentang apa yang dianggap baik, pantas, dan luhur untuk dikerjakan dan diyakini dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Aristoteles pun berpendapat bahwa nilai atau karakter adalah sesuatu yang berhubungan dengan tujuan moral, menunjukkan apa yang dipilih dan apa yang dihindari oleh seseorang (dalam Gani 1988:288)

Merujuk pada pengertian nilai tersebut, maka nilai-nilai Islam dalam novel islami adalah yang paling layak untuk dikedepankan. Mengingat kebenaran agama atau Islam adalah suatu kebenaran yang mutlak. Apa yang diajarkan dari kitab suci Alquran dan Assunnah (Alhadis) adalah kebenaran

yang bersumber dari wahyu ilahi, Allah. Nilai-nilai Islam tersebut, selanjutnya ditransformasikan oleh seorang novelis melalui novel religius yang ditulisnya. Jadi, nilai-nilai Islam pada novel religius islami pada dasarnya adalah suatu pentransformasian dari nilai-nilai Islam yang bersumber pada ajaran sumber hukum Islam, yaitu Alquran dan Alhadis. Nilai-nilai ajaran Islam ini terangkum dalam wujud syariat Islam yang terbagi kedalam dua unsur utama, sebagai berikut.

1. Itiqadiyah (akidah) adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan

tata cara amal. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu. Seperti itiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya (ubudiyah), juga ber-itiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Aqidah adalah tauqifiyah, artinya tidak bisa bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syari, tidak ada medan ijtihad dan pendapat di dalamnya terbatas kepada apa yang ada di dalam Alquran dan Assunnah (Alhadis). Aqidah ini disebut ashliyah (pokok agama).

2. Amaliyah adalah segala yang berhubungan dengan tata cara amal,

seperti zakat, puasa, dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut fariyah (cabang agama) karena ia dibangun di atas itiqadiyah (Fauzan 2009:3-6).

Dokumen terkait