BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional untuk Bangsa Indonesia. Dengan
Bahasa Indonesia setiap warganya dapat saling berkomunikasi untuk
menyampaikan informasi maupun menerima informasi. Pembelajaran Bahasa
Indonesia yang dilaksanakan di SD mengarah pada peningkatan kemampuan
peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan benar, baik lisan
maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia (Depdiknas, 2006:231). Oleh karena itu, dapat dipahami
bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat melatih
siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik lisan maupun tulisan.
Disamping itu, dengan adanya pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat
menumbuhkan apresiasi siswa terhadap karya Sastra Indonesia.
Apa yang menjadi arahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dipertegas dengan ditetapkannya Standar Kompetensi Bahasa Indonesia SD.
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia (Depdiknas, 2006:317).
Atas dasar Standar Kompetensi tersebut, Zulela (2012:5) menyatakan bahwa
tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
adalah agar peserta didik dapat: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan, (2)
menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia, (3) memahami Bahasa
Indonesia dan dapat menggunakannya dengan tepat dan efektif dalam berbagai
tujuan, (4) meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan
sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan Sastra Indonesia
sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dengan melihat hal ini dapat dipahami bahwa, pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD merupakan sebuah sarana untuk dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam hal berbahasa. Melalui bahasa siswa dapat melatih cara berbahasa
atau berkomunikasi dengan baik dan benar, selain itu secara tidak langsung siswa
dapat pula dilatih untuk mengembangkan dan menanamkan nilai karakter hingga
memiliki budi pekerti yang halus.
2.1.2.2Keterampilan Membaca yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP),
berbahasa. Keempat aspek keterampilan yang dimaksudkan yaitu keterampilan
mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Membaca merupakan
kemampuan ketiga setelah belajar mendengarkan bahasa dan berbicara (Tarigan,
2008: 2).
Keterampilan membaca menjadi salah satu kemampuan dasar yang harus
dikuasai oleh siswa atau yang sering disebut sebagai kemampuan prasyarat siswa
di SD. Membaca menjadi salah satu kemampuan prasyarat karena sebagian besar
informasi dan pengetahuan yang mereka peroleh di lingkungan terutama di
sekolah berasal dari buku bacaan/buku pegangan yang tak lepas dari unsur
kebahasaan. Dengan dikuasainya keterampilan ini diharapkan siswa mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik terutama dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Selain itu, diharapkan pula siswa dapat memperoleh informasi dan
pengetahuan baru yang penting bagi dirinya.
Finocchiaro dan Bonomo (Alek&Achmad, 2010:75) mengungkapkan,
membaca merupakan kegiatan memetik serta memahami arti atau makna yang
terkandung dalam bahan tertulis. Lebih jauh lagi, Anderson (Tarigan, 2008:7)
menjelaskan, membaca adalah proses decoding, yang mengandung arti suatu kegiatan untuk memecahkan lambang-lambang verbal atau dapat diartikan pula
sebagai proses menghubungkan kata-kata tulis dengan bahasa lisan yang
mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Selain itu
Nurhadi (2008:29) menjelaskan, membaca merupakan proses yang melibatkan
aktivitas fisik dan mental. Salah satu aktivitas fisik dalam membaca adalah saat
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli dapat dipahami bahwa,
membaca adalah proses mengubah bahasa tulis menjadi bahasa lisan guna
memahami arti dan menemukan makna dengan tepat dari kata demi kata yang
terkandung dalam tulisan. Dengan menguasai keterampilan membaca, diharapkan
siswa dapat memahami isi dari setiap tulisan yang telah dibaca. Menurut Zulela
(2012:44), membaca bacaan/sebuah cerita merupakan salah satu cara pemenuhan
kebutuhan batiniah yang berpengaruh pada pembentukan kepribadian. Lebih jauh
lagi Zulela (2012:23) menuliskan, kebiasaan manusia bergaul dengan kebenaran,
keindahan dan kebaikan yang terdapat dalam sebuah cerita, akan memberikan
pengaruh pada tingkah laku sehari-hari, yang akan berdampak pada tingkah laku
sederhana, berbudi luhur dan disiplin.
Berdasarkan jurnal yang ditulis Suparti (2000:2), membaca merupakan
sarana bagi manusia untuk mengembangkan jiwanya. Jika seseorang terampil dan
suka membaca, maka ia memiliki kesempatan untuk mengenal dan memahami
dunianya dengan lebih cermat dan teliti. Kecermatan dan ketelitian ini akan
mengembangkan jiwa secara lebih baik. Sifat “teliti/cermat” akan mendukung
terwujudnya insan yang berkarakter. Melihat hal ini, kegiatan membaca tidak
hanya sekedar menemukan sebuah makna yang tepat dalam bahasa tulis yang
telah dilisankan, namun dapat dijadikan sebagai sarana untuk menanamankan
nilai-nilai karakter yang telah ditetapkan oleh Depdiknas. Melalui kegiatan
membaca, kemampuan siswa dapat berkembang secara menyeluruh tidak hanya
aspek kognitif dan psikomotor saja yang berkembang, namun aspek afeksi juga
Tujuan membaca adalah mencari dan menemukan informasi yang
mencakup isi dan memahami makna bacaan (Utami, 2007:2). Apabila siswa telah
dapat memahami isi bacaan, dapat dikatakan bahwa tujuan dari kegiatan membaca
yang telah dilakukan dapat tercapai dengan baik. Tujuan membaca pada tingkat
pemula yang biasa ditemui pada siswa SD antara lain: (1) mengenali lambang-
lambang bahasa, (2) mengenali kata-kata dalam kalimat, (3) menemukan ide
pokok dan kata kunci, dan (4) menceritakan kembali isi bacaan pendek
(Iskandarwassid & Sunendar, 2011:289-290).
Dalam upaya pengembangan keterampilan membaca di SD terutama
kelas atas, ada beberapa jenis kegiatan membaca yang dilakukan yaitu membaca
lanjutan, membaca nyaring/bersuara, membaca teknik, membaca lancar, membaca
indah, membaca dalam hati, membaca pemahaman, membaca bahasa, membaca
kritis, membaca cepat, membaca pustaka, dan membaca memindai (Zulela, 2012:
6-7). Untuk melakukan kegiatan membaca dibutuhkan beberapa teknik dalam
membaca. Terdapat 4 teknik membaca, yaitu (1) baca-pilih (selecting), (2) baca- lompat (skipping), (3) baca-layap (skimming), (4) baca-tatap (scanning) (Rahim, 2007:51-52).
Menurut penjelasan Tarigan, membaca sekilas disebut juga membaca
Skimming (2008:32). Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk
mencari dan mendapatkan informasi secara cepat (Tarigan, 2008:32). Membaca
skimming ialah membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan (Rahim, 2007:61). Sedangkan menurut Soedarso (2000:84),
pokok secara cepat. Dengan melihat penjelasan dari Farida Rahim dan Soedarso,
membaca sekilas menjadi salah satu teknik dalam membaca cepat. Dalam
membaca cepat, pembaca melakukan kegiatan membaca secara cepat untuk
mengetahui isi suatu bacaan atau bagian-bagiannya (Pandawa, 2009:8).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa membaca
sekilas merupakan salah satu kegiatan membaca untuk menemukan makna atau
ide pokok secara cepat dari suatu cerita/bacaan yang telah dibaca. Sesuai dengan
isi KTSP, menemukan ide pokok dengan membaca sekilas menjadi Kompetensi
Dasar yang harus dikuasai oleh siswa kelas IV semester gasal pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia khususnya keterampilan membaca. Isi dari Kompetensi Dasar
tersebut adalah menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata)
dengan cara membaca sekilas.
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan