• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA PIKIR, DAN

2. Hakikat Pembelajaran

Menurut Zikri, belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).13

Belajar juga merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangakan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.14

Hilgard mengungkapkan: “learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs(wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by factors not attributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.15

Morgan dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan bahawa “belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.16

Dari beberapa pernyataan mengenai pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan hal yang mengandung perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar melalui latihan atau pengalaman di dalam laboratotrium belajar maupun di luar laboratorium belajar.

      

13

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006). h. 76

14

Mulyati Arifin dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia (Prinsip dan Aplikasinya Menuju Pembelajaran yang Efektif), (bandung: 2006), h. 8

15

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008) h.110

16

Perubahan itu sendiri dapat terjadi karena ada pengalaman atau praktik yang dilakukan siswa dengan sengaja dan disadari ataupun tak disadari oleh siswnya, dimana perubahan itu dapat bersifat bermanfaat sesuai dengan yang menjadi harapan siswa, disamping itu juga perubahan dapat menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik dibandingkan dengan yang telah ada sebelumnya. Selain itu perubahan sendiri dapat terjadi karena usaha yang dilakukan oleh siswa itu sendiri ataupun terjadi bukan karena dengan sendirinya seperti proses kematangan atau kedewasaan yang terjadi pada siswa itu sendiri.

Menurut Winkel, belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang dapat menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, sebuah keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.17

Sedangkan menurut Reber dalam kamus susunannya yang terkenal modern, Dictionary of Psychology membatasi pengertian belajar kedalam dua definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai latihan yang diperkuat. Pengertian yang pertama biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif, karena oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.18

Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli mengenai pengertian belajar merupakan suatu fenomena perselisihan yang wajar karena adanya titik perbedaan cara pandang. Namun secara umum belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku

      

17

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran. (Jakarta: PT. Grasindo, 1996), h. 53

18

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 91

individu yang relatif menetap sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan di sekitarnya yang melibatkan proses kognitif.

b. Domain dan Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.19

Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Menurut Bloom, terdapat tiga ranah yang merupakan hasil belajar diantaranya ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psychomotor domain)20. Untuk tujuan pengukuran, ketiga domain tersebut disusun secara hirarki dalam tingkat-tingkat mulai tingkat terendah dan sederhana hingga tertinggi dan paling kompleks:

1) Ranah kognitif (cognitive domain), ranah kognitif hasil belajar dibedakan ke dalam beberapa tingkat yaitu C1 (mengenal atau menghafal), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi).

a) Hapalan atau pengetahuan (C1) mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, prinsip atau istilah serta metode yang diketahui.

      

19Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal No.16/IX/TEKNODIK/Juni/2005), h.155

20

Suharsimi Arikunto, “ Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 117

b) Pemahaman (C2) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk yang lain, seperti rumus matematika ke dalam kata-kata, membuat kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti data dalam grafik.

c) Penerapan (C3) meliputi kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau kongkrit.

d) Analisis (C4) meliputu kemampuan menganalisa atau merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.

e) Sintesis (C5) meliputi kemampuan menemukan hubungan yang unik, seperti mengkomunikasikan gagasan atau pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar dan simbol ilmiah.

f) Evaluasi (C6) merupakan kemampuan yang mencakup kemampuan untuk membentuk pandangan mengenai sesuatu atau beberapa hal dengan pertanggungjawaban pendapat yang berdasarkan kriteria tertentu.

2) Ranah afektif (affective domain), ranah afektif hasil belajar dibedakan menjadi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

a) Penerima: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

b) Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c) Penilaian atau penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penlilaian itu.

d) Organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

e) Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehudupannya sendiri.

3) Ranah psikomotorik (psychomotoric domain), ranah psikomotorik hasil belajar dibedakan menjadi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, dan gerakan kompleks.

a) Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b) Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c) Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

d) Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. e) Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan

suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar tepat, dan efisien.

f) Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g) Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. 21

Sedangkan menurut Gagne dalam Dahar, penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut sebagai kemampuan (capabilitis). Menurutnya, terdapat lima macam kemampuan, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Kelima kemampuan tersebut diantaranya: keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik. 22

1) Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinterasi dengan lingkungannya melalui penggunaan symbol-simbol atau gagasan-gagasan. Belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkatan pertama sekolah dasar atau bahkan sewaktu taman kanak-kanak dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.

Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan-keterampilan intelektual yang dipelajari seseorang. Keterampilan-keterampilan yang didapat melalui berbagai mata pelajaran yang dapat digolongkan berdasarkan tingkat kompleksitasnya.

Selama proses belajar inilah perkembangan intelektual seseorang dapat berubah. Semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin dewasa seseorang semakin banyak pula tantangan dan hambatan yang akan menjadi masalah. Oleh karena itu untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan yang tinggi, yaitu aturan-aturan yang kompleks.

      

21 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 245-250

22

2) Strategi-Strategi Kognitif

Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berfikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.

Strategi-strategi kognitif sesuai dengan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam diantaranya: strategi menghafal (rehearsal strategies), strategi elaborasi, strategi pengaturan (organizing strategies), strategi metakognitif, dan strategi afektif.

3) Informasi Verbal

Informasi verbal juga disebut dengan pengetahuan verbal, nama lain untuk pengetahuan verbal ini ialah pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan media lainnya. 4) Sikap-sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain.

Dalam pelajaran sains misalnya, sikap sosial ini dipelajari selama siswa melakukan percobaan di laboratorium. Antara lain disebutkan, selama memanaskan zat-zat dalam tabung reaksi hendaknya para siswa jangan menghadapkan mulut tabung reaksi itu pada temannya, agar temannya jangan sampai kena percikan zat yang dipanaskan. Perlu diingat bahwa, suatu sikap dapat mempengaruhi perilaku khusus seseorang.

5) Keterampilan-keterampilan Motorik

Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, atau misalanya dalam pelajaran sains tentang cara menggunakan mikroskop, menggunakan neraca timbangan dan sebagainya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Belajar yang baik dapat menghasilkan nilai yang baik, begitupun sebaliknya belajar yang buruk maka hasilnya pun akan buruk. Baik buruknya hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang terdiri : a) Faktor-faktor nonsosial

Kelompok ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat peraga dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat plajaran.

b) Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada maupun kehadirannya tidak dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.

2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, yang terdiri dari : a) Faktor-faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tonus jasmani dan fungsi-fungsi fisiologis tertentu (fungsi pancaindera).

b) Faktor-faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis siswa merupakan faktor rohani yang didalamnya mencakup intelgensi, sikap, minat, dan motivasi yang dapat mempengaruhi belajar siswa.23

3) Faktor Instrumental24

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat sebagai sarana agar tercapainya tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan gurunya sendiri.

Kalau sudah berbicara kurikulum berarti kita akan berbicara mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas bahawa faktor instrumental ini sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar.

Dokumen terkait