• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.6 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan di SD

2.1.6.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berfungsi mengembangkan tiga karakteristik pokok warga negara yang demokratis, yaitu

civic intellegence atau kecerdasan warga negara, civic responsibility atau

tanggung jawab warga negara dan civic participation atau partisipasi warga negara (Winataputra, 2008: 1.2). PKn merupakan bidang studi yang bersifat

multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan (Sapriya, 2009: 7).

Zamroni (dalam Taniredja, 2013: 2) menyatakan PKn adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang menjamin hak-hak warga masyarakat. Selain itu, PKn adalah suatu proses yang dilakukan oleh

lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap, dan perilaku politik sehingga memiliki political knowladge, awarenes, attitude, political

efficacy, dan political participation, serta kemampuan mengambil keputusan

politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya, masyrakat, dan bangsa. Menurut pendapat Susanto (2016: 227) menjelaskan bahwa PKn adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, serta ikut berperan dalam percaturan global.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukan para ahli, dapat disimpulkan bahwa sebagai mata pelajaran PKn diartikan sebagai salah satu mata pelajaran yang digunakan untuk membekali siswa tentang hak-hak dan kewajiban agar menjadi warga negara yang baik dan berkarakter sesuai Pancasila dan UUD 1945.

2.1.6.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Menurut Winataputra (2008: 1.20) tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar yang terdapat pada Badan Standar Pendidikan Nasional dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan diantaranya agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya, (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (BSNP, 2006: 108). Sedangkan tujuan PKn menurut Susanto (2016: 234) menjelaskan bahwa tujuan PKn di Sekolah Dasar untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya sehingga dapat menjadi bangsa yang trampil dan cerdas serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dan dianalisis, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn di SD adalah menjadikan warga negara yang taat pada pancasila dan Undang-Undang 1945, dalam pengembangannya tujuan PKn ingin menciptakan individu yang mengembangkan nilai luhur bangsa bermoral baik dan kreatif.

2.1.6.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Ruang lingkup bahan kajian mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar dalam Badan Standar Pendidikan Nasional pada Standar Isi meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi

segala kegiatan yang dapat memupuk persatuan dan kesatuan bangsa, (2) norma, hukum, dan peraturan, meliputi norma, hukum, dan peraturan yang harus ditaati warga negara dan semua kegiatan yang berhubungan dengan taat norma, hukum, dan peraturan baik daerah, nasional, dan internasional, (3) hak asasi manusia, meliputi segala macam hak yang dimiliki oleh manusia dan hukum yang melindunginya, (4) kebutuhan warga negara, meliputi segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan seseorang sebagai seorang warga negara, (5) konstitusi negara, meliputi bentuk-bentuk konstitusi yang pernah di gunakan di Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga sekarang, (6) kekuasaan dan politik, meliputi susunan pemerintahan dari daerah hingga nasional dan budaya demokrasi, (7) pancasila, meliputi sejarah dan kedudukan pancasila, dan (8) globalisasi, meliputi pengertian serta dampak positif dan negatif globalisasi

Ruang lingkup PKn untuk jenjang sekolah dasar (SD) disesuaikan dengan kurikulum yang diterapkan. Dalam kurikulum 2006 (KTSP) pembelajaran PKn di kelas V Sekolah Dasar menggunakan sistem semester yang terdiri dari dua semester.

2.1.6.4 Pembelajaran PKn di SD

Winataputra (2008: 1.20) menyatakan pembelajaran PKn harus dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis supaya memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar untuk membatu siswa agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter

bangsa yang berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Susanto, 2016: 227). Dalam pelaksanaan pembelajaran PKn diharapkan siswa tidak hanya menguasai materi saja melainkan dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan yang telah di dapat. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar lebih menitikberatkan aspek afektif (sikap) yaitu pembentukan sikap siswa.Pembelajaran PKn sangat penting diberikan kepada siswa sejak usia dini khususnya jenjang SD. Hal tersebut akan membentuk karakter siswa sejak dini sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 sehingga dapat menjadikan penerus generasi muda sesuai dengan harapan negara Indonesia.

Bedasarkan penjelasan tersebut, pembelajaran PKn di SD bertujuan membentuk karakter siswa sejak dini sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembelajaran PKn salah satunya adalah didukung oleh kesiapan guru dalam bekal pengetahuan tantang materi dan penggunaan metode pembelajaran.

2.1.6.5 Materi Menghargai Keputusan Bersama

2.1.6.5.1 Pengertian Keputusan Bersama

Keputusan adalah segala putusan yang telah ditetapkan dan disetujui (Sapto, 2008: 94). Keputusan dibagi menjadi dua, yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama (Sulhan, 2008: 101). Keputusan pribadi adalah keputusan yang dibuat sendiri dan untuk kepentingan diri sendiri. Sedangkan keputusan bersama adalah segala sesuatu yang telah disepakati bersama.

Keputusan yang dibuat melalui musyawarah bertujuan agar tercipta ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melaksanakan keputusan bersama terdapat asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan memandang sikap anggota kelompok sebagai keluarga sendiri, semua anggota diperlakukan sama (Rikayani, 2009: 80).

2.1.6.5.2 Bentuk Keputusan Bersama

1. Musyawarah Mufakat

Musyawarah untuk mencapai mufakat adalah bentuk pengambilan keputusan bersama yang paling baik (Al Hakim, 2008: 67). Sebab dengan musyawarah mufakat berarti semua orang yang terlibat dalam musyawarah menyatakan setuju terhadap keputusan yang diambil bersama. Persetujuan yang dicapai dalam pengambilan keputusan bersama tentunya tidak dicapai dengan mudah. Musyawarah sesuai dengan nilai luhur dalam Pancasila sila ke empat.

2. Voting

Cara musyawarah mufakat tidak selalu membuahkan hasil. Hal ini terjadi bila terdapat pendapat tidak dapat diselesaikan (Sulhan, 2008: 109). Dengan demikian ditempuhlah pemungutan suara atau voting, tujuannya untuk mendapatkan keputusan bersama. Voting merupakan cara kedua jika cara musyawarah dan mufakat gagal dilakukan.

Ada kalanya keputusan bersama tidak diambil dengan cara mufakat atau voting tetapi dengan cara aklamasi. Aklamasi adalah pernyataan secara lisan dari seluruh anggota kelompok. Aklamasi terjadi karena adanya pendapat yang dikehendaki oleh semua anggota kelompok secara serempak. Keputusan bersama yang disetujui dengan cara aklamasi ini harus dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.

2.1.6.5.3 Mematuhi Keputusan Bersama

Setelah semua pihak dapat menerima hasil keputusan bersama, langkah selanjutnya adalah melaksanakan keputusan tersebut. Dalam musyawarah semua pihak harus mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan. Bila musyawarah telah mencapai mufakat, maka hasil pemufakatan menjadi keputusan bersama. Semua pihak harus menerima keputusan bersama dengan ikhlas, penuh tanggung jawab, dan lapang dada. Pihak yang tidak setuju dalam upaya mematuhi keputusan bersama menimbulkan rasa bersalah, dikucilkan dari kelopok, dan dihukum (Sulhan, 2008: 114).

2.1.6.5.4 Contoh Menghargai Keputusan Bersama dalam Kehidupan Sehari-hari

Pelaksanaan hasil keputusan bersama dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Sapto (2008, 107) dalam kehidupan sehari-hari tersebut antara lain seperti lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Keputusan dalam keluarga dihasilkan oleh ayah, ibu, dan anak melalui musyawarah atau suara terbanyak. Keputusan dalam keluarga diambil untuk kepentingan seluruh angota keluarga. Contohnya: pemilihan tempat liburan keluarga, pembagian tugas membersihkan rumah, pemilihan kado untuk ulang tahun nenek.

2. Lingkungan sekolah

Keputsan di lingkungan sekolah dihasilkan oleh siswa dan guru melalui musyawarah atau suara terbanyak. Keputusan di lingkungan sekolah diambil untuk kepentingan seluruh siswa. Contohnya: pemilihan ketua kelas, pembagian tugas piket kelas, pemilihan tempat tujuan rekreasi kelas, pembagian tugas kerja bakti di sekolah, pemilihan pengurus organisasi di sekolah.

3. Lingkungan masyarakat

Keputusan di lingkungan masyarakat dihasilkan oleh warga di daerah tersebut melalui musyawarah atau suara terbanyak. Keputusan di lingkungan masyarakat diambil untuk kepentingan seluruh warga masyarakat. Contohnya: pemilihan ketua RT, penentuan iuran kebersihan, pembagaian tugas ronda, penentuan iuran untuk perbaikan jalan.

Berdasarkan paparan materi tersebut, keputusan adalah pilihan yang diambil oleh seseorang untuk dilaksanakan. Keputusan dibagi menjadi dua yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama. Keputusan bersama dibagi menjadi tiga, meliputi musyawarah untuk mufakat, voting, dan aklamasi. Suatu yang telah menjadi keputusan bersama adalah milik bersama. Oleh karena itu semua pihak

harus bertanggung jawab untuk melaksanakannya dengan ikhlas, disertai dengan niat yang baik demi kebaikan dan keberhasilan bersama. Keputusan bersama harus dipatuhi dengan sungguh-sungguh dan penuh kejujuran. Pelaksanaan hasil keputusan bersama dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dokumen terkait